Sunday, 4 October 2015

DINASTI SHOFAWIY



Sambungan:
PERSEKONGKOLAN KUFFAR MEMERANGI DAULAH ISLAMIYAH


Bangkitnya Dinasti Shofawiy merupakan tujuan akhir Rofidhoh Iran. Dinasti Shofawiy didirikan oleh thoriqoh Sufi bernama ash Shofawiyyah. Asalnya digambarkan sebagai sekte “Sunnah” dan bermadzhab “Syafi’i”, padahal ia mencampuradukkan banyak klenik ekstrim Sufi yang murtad. Firqah sesat ini kemudian mengambil ajaran Sufi Imamiyyah setelah pendiriannya. Tidak lama kemudian berubah menjadi kelompok politik dan militer yang berperang hingga pemimpinnya Isma’il ibnu Haidar ash Shofawiy mengambil alih Persia. Dia memaksakan ajaran Syiah terhadap penduduk Sunni hingga Persia didominasi Rofidhoh setelah sebelumnya didominasi Ahlus Sunnah. Termasuk dalam kebijakannya ialah menghukum mati para ulama Ahlus Sunnah dan membantai penduduk Ahlus Sunnah yang menentang. Dia merupakan penguasa yang sangat anti-Sunnah yang merebut kekuasaan semenjak runtuhnya negara ‘Ubaidiyyah penganut firqah Isma’iliyyah yang berkedudukan di Mesir. Dinasti Shofawiyyah berkuasa tahun “1501-1736 M”.

Lebih dari dua ratus tahun kemudian, Khomeini yang menganut Rofidhoh membawa hasil usaha orang-orang Shofawiy pendahulunya dan memberi para ulama Rofidhoh kekuasaan langsung dalam politik lewat konsep yang dipropagandakannya, yang dikenal dengan istilah “wilayah al faqih” (“perwalian ahli fiqh”), dan melalui apa yang dia sebut dengan “revolusi.” Tiba-tiba saja para ulama Rofidhoh berada dalam kendali langsung atas Persia dan dalam beberapa tahun, mereka mengekspor agama syirik mereka ke Syam, Iraq, Jazirah Arab, Khurosan, India, Turki, Azerbaijan, Afrika, dan Asia Tenggara.

Kemudian Rofidhoh mendominasi banyak wilayah Yaman dengan bergerak bersama boneka Amerika ‘Ali ‘Abdullah Shalih. Hal itu terjadi tatkala mereka sudah mendapat kemenangan di Suriah dan Lebanon sebagai hasil dari penyerahan Iraq kepada mereka oleh Amerika pasca “Operasi Pembebasan Iraq.” Tiba-tiba “Bulan Sabit Syiah” berubah menjadi gerhana matahari sehingga akhirnya mengancam Islam di mana-mana. Mereka mempersatukan Nushairiyyah, Isma’iliyyah, dan Zaidiyyah di balik apa yang mereka namakan “faqih” dalam perang melawan Ahlus Sunnah. Rencana mereka ialah meneruskan perang melawan Islam hingga kemunculan “Al Mahdi” versi Rofidhoh, yang – menurut mereka – akan berbicara dengan bahasa Ibrani, berhukum dengan Taurat, diikuti oleh Yahudi, dan membunuh semua orang Arab – tanpa diragukan lagi ciri-cirinya sesui dengan Dajjal Yahudi dan bukan Al-Mahdi yang Muslim.[1]

Fakta bahwa Rofidhoh yang murtad lebih bersatu-padu, terorganisir, keras, dan agresif daripada sekutu-sekutu para salibis – thowaghit dan shohawat – membuat mereka lebih disukai oleh salibis. Dengan demikian, para salibis lebih mengandalkan mereka dan sekutu-sekutu Kurdi Rofidhoh daripada yang lainnya dalam perang melawan Khilafah. Secara umum Rofidhoh lebih barbar dan bersatu daripada koalisi salibis sendiri, tetapi muwahhidin Khilafah telah menajamkan banyak pisau dan mempersiapkan banyak bom mobil untuk membantai kawanan domba Rofidhoh hingga Rofidhoh terakhir mati di bawah bendera Dajjal.

  
Bersambung










No comments:

Post a Comment