Sambungan:
PERSEKONGKOLAN KUFFAR MEMERANGI DAULAH ISLAMIYAH
Sebagaimana halnya para sahabat
harus menghadapi koalisi berbagai kelompok, Yahudi, musyrikin, dan munafiqin
dalam Ghozwah al Ahzab, kaum Muslimin Daulah Islamiyyah juga menghadapi koalisi
berbagai kelompok kafir yang mempunyai kepentingan bersama untuk menghancurkan
Khilafah.
Dan sebagaimana halnya reaksi para sahabat atas kelompok-kelompok
tersebut termasuk dalam keyakinan,
“Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang
bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya
kepada kita. Dan benarlah Allah dan RasulNya.’ Dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan,” [QS Al Ahzaab 22],
maka demikian pula seharusnya reaksi Muslimin ketika melihat koalisi yang
berjumlah banyak ini berkumpul dan bermobilisasi. Di sini kami berusaha
memberikan beberapa wawasan ke dalam berbagai koalisi yang beragam supaya kaum
Muslimin bisa berupaya melawan mereka dalam ucapan dan perbuatan, sebab,
“Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum, maka dia termasuk golongan
mereka.” [HR Imam Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu ‘Umar], dan supaya,
“Jelaslah jalan orang-orang yang berdosa.” [QS al An’aam 55]
Koalisi Salibis
Walaupun koalisi ini tampak
seperti baru, sebenarnya ia mulai eksis sejak tahun “2001” dalam “Operation
Enduring Freedom” di Afghanistan. Dengan cepat ia meluas ke:
Filipina,
Tanduk
Benua Afrika,
Lintas Sahara, dan
Kaukasus.
Kemudian pada tahun “2003” pihak
salibis meluncurkan operasi kedua yang dikenal dengan “Operation Iraqi Freedom”
di Iraq.
Diikuti oleh operasi ketiga yang disebut dengan “Operation Inherent
Resolve” yang diluncurkan pada tahun “2014” di Iraq dan Suriah melawan Daulah
Islamiyyah.[2]
Tidak ada satu pun dalam operasi tersebut yang berhasil dalam mengatasi bangkitnya kembali
Khilafah, kelanjutannya, dan ekspansinya. Justru sebaliknya, Khilafahlah yang
terus bertahan dengan ketetapan yang melekat padanya, buah dari penegakan
Tauhid dan Wala wal Baro’.
Koalisi Salibis untuk operasi
Iraq dan Suriah – “Operation Inherent
Resolve” – secara resmi meliputi negara-negara dan lembaga-lembaga berikut:
Albania,
Amerika Serikat,
Arab Saudi,
Australia,
Austria,
Bahrain,
Belanda,
Belgia,
Bosnia dan Herzegovina,
Bulgaria,
Ceko,
Denmark,
Estonia,
Finlandia,
Georgia,
Hongaria,
Inggris,
Iraq,
Irlandia,
Islandia,
Italia,
Jepang,
Jerman,
Kanada,
Korea Selatan,
Kosovo,
Kroasia,
Kuwait,
Latvia,
Lebanon,
Liga Arab,
Lithuania,
Luxemburg,
Macedonia,
Maroko,
Mesir,
Moldova,
Montenegro,
Norwegia,
Oman,
Panama,
Polandia,
Portugal,
Prancis,
Qatar,
Rumania,
Selandia Baru,
Serbia,
Singapura,
Siprus,
Slovakia,
Slovenia,
Somalia,
Spanyol,
Swedia,
Taiwan,
Turki,
Ukraina,
Uni Emirat Arab,
Uni Eropa,
Yordania, dan
Yunani.[3]
Rezim dan kekuatan militer
lainnya yang didukung oleh Barat namun tidak disebutkan di atas ikut ambil
bagian dalam perang melawan Daulah Islamiyyah di kawasan-kawasan yang lebih
jauh:
Benina,
Chad,
Kamerun,
Niger,
Nigeria, dan
Uni Afrika terlibat dalam perang
melawan Daulah Islamiyyah di wilayah Afria Barat.
Afganistan,
Armenia,
Azerbaijan,
Mongolia,
NATO, dan
Pakistan – selain banyak negara
yang tersebut dalam daftar pertama – terlibat dalam perang melawan Wilayah
Khurosan.[4]
Aljazair,
Libya,
Tunisia, dan
Yaman terlibat dalam perang
melawan Daulah Islam di kawasan mereka masing-masing.
Negara Yahudi secara
terbuka terlibat perang melawan Wilayah Sayna’, di samping secara diam-diam
terlibat bersama Salibis di sebagian besar perang melawan wilayah-wilayah
Daulah Islamiyyah. Dewan Kerjasama:
Negara-negara Teluk,
India,
Indonesia,
Kirgistan,
Malaysia, dan
Organisasi Kerjasama “Islam”,
Swiss juga terlibat – dalam
tingkat politik, dana, intelijen, dan dalam kebanyakan kasus, di ranah militer
– dalam perang melawan Islam dan Khilafahnya.[5]
Sementara itu, berikut ini
sekutu-sekutu terpenting Amerika: Iran, Suriah, dan Rusia.
Bersambung
No comments:
Post a Comment