PERSEKONGKOLAN KUFFAR MEMERANGI DAULAH ISLAMIYAH
Rusia juga terlibat dalam perang
melawan wilayah Qawqaz, selain berada di pihak Amerika Serikat, Rofidhoh, dan
Nushairiyyah di Iraq dan Syam dalam perang melawan Daulah Islamiyyah. Adapun di
Iraq dan Syam, maka Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander
Bortnikov mengatakan kepada wartawan pada “20 Februari 2015” bahwa
“Amerika Serikat dan Rusia bisa memulai
pengadaan pertukaran intelijen untuk mengalahkan Daulah Islamiyyah.”
Didahului oleh laporan dari “New York Times” pada “14 Oktober 2014” berjudul “U.S. and Russia Agree to Share More Intelligence on ISIS” (“AS dan Rusia Setuju untuk Lebih Sering Bertukar Intelijen dalam Hal ISIS”). Di dalam laporan tersebut, mereka menyatakan, “Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat dan Rusia telah setuju untuk saling bertukar lebih banyak lagi intelijen dalam masalah Daulah Islamiyyah, sementara dia berusaha meletakkan landasan untuk meningkatkan kerjasama dengan Moskwa… Kerry menegaskan bahwa dia menerima kerjasama yang lebih luas dengan Putin setelah pertemuan di sini dengan Sergey V. Lavrov, menteri luar negeri Rusia. … Dengan catatan bahwa 500 atau lebih sukarelawan Daulah Islamiyyah datang dari Rusia, Kerry berkata dia telah mengajukan gagasan bahwa kedua belah pihak saling meningkatkan pertukaran intelijen dalam melawan kelompok militan tersebut dan ancaman teroris lainnya, sementara Lavrov menyetujuinya. Dengan membuka pintu kerjasama di Iraq, Kerry mengatakan bahwa Lavrov telah menyetujui untuk menimbang-nimbang apakah Rusia akan lebih banyak memberikan dukungan pada pemerintahan Iraq yang terjebak dalam peperangannya melawan Daulah Islamiyyah – termasuk dengan menyediakan senjata.”
Didahului oleh laporan dari “New York Times” pada “14 Oktober 2014” berjudul “U.S. and Russia Agree to Share More Intelligence on ISIS” (“AS dan Rusia Setuju untuk Lebih Sering Bertukar Intelijen dalam Hal ISIS”). Di dalam laporan tersebut, mereka menyatakan, “Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat dan Rusia telah setuju untuk saling bertukar lebih banyak lagi intelijen dalam masalah Daulah Islamiyyah, sementara dia berusaha meletakkan landasan untuk meningkatkan kerjasama dengan Moskwa… Kerry menegaskan bahwa dia menerima kerjasama yang lebih luas dengan Putin setelah pertemuan di sini dengan Sergey V. Lavrov, menteri luar negeri Rusia. … Dengan catatan bahwa 500 atau lebih sukarelawan Daulah Islamiyyah datang dari Rusia, Kerry berkata dia telah mengajukan gagasan bahwa kedua belah pihak saling meningkatkan pertukaran intelijen dalam melawan kelompok militan tersebut dan ancaman teroris lainnya, sementara Lavrov menyetujuinya. Dengan membuka pintu kerjasama di Iraq, Kerry mengatakan bahwa Lavrov telah menyetujui untuk menimbang-nimbang apakah Rusia akan lebih banyak memberikan dukungan pada pemerintahan Iraq yang terjebak dalam peperangannya melawan Daulah Islamiyyah – termasuk dengan menyediakan senjata.”
Rusia juga mendukung rezim Iraq
yang didukung Amerika Serikat secara terbuka. Melalui kantor berita pemerintah
Rusia Itar- Tass, Menteri Luar Negeri Rusia merilis sebuah pernyataan pada “26
September 2014” mengenai pertemuan yang diadakan antara Menteri Luar Negeri
Rusia Sergei Lavrov dan Perdana Menteri Iraq Haider al Abadi. Kementerian Luar
Negeri berkata dalam pernyataan tersebut, “Selama berlangsungnya pertemuan,
Lavrov mengkonfirmasikan dukungan Rusia bagi kemerdekaan Iraq, baik dalam
bentuk integritas maupun kedaulatan wilayah… Moskwa siap untuk melanjutkan
dukungannya pada Iraq dalam upayanya untuk memerangi ancaman teroris, terutama
yang berasal dari Daulah Islamiyyah.”
Menurut “New York Times” di dalam
artikel berjudul “Russian Jets and Experts Sent to Iraq to Aid Army”
(“Pesawat-pesawat Jet dan Para Ahli Rusia Dikirim ke Iraq untuk Membantu
Militer”) yang dirilis pada tanggal “29 Juni 2014,” “Para pejabat pemerintah
Iraq mengatakan pada hari Ahad bahwa para ahli Rusia telah tiba di Iraq dalam
rangka membantu militer Iraq untuk mendapatkan 12 pesawat tempur Rusia dalam
perang menghadapi para ekstrimis Sunni … ‘Tiga atau empat hari lagi pesawat udara
akan siap digunakan untuk mendukung pasukan kami dalam perang’ melawan para
pemberontak Daulah Islamiyyah Iraq dan Syam, kata Jenderal Anwar Hama Ameen,
komandan Angkatan Udara Iraq, merujuk pada pesawat udara SU-25 yang
diterbangkan ke Iraq yang diangkut menggunakan pesawat-pesawat kargo Rusia pada
malam Sabtu. Dua lagi diperkirakan datang pada Ahad nanti. Komandan Angkatan
Udara Iraq, Jenderal Ameen, mengatakan bahwa para ahli militer Rusia telah tiba
untuk membantu menyediakan pesawat-pesawat tempur SU-25, namun mereka hanya
akan tinggal dalam waktu yang singkat. Lima pesawat udara Rusia terakhir akan
tiba hari Senin, ujarnya … Ini merupakan laporan pertama bantuan militer Rusia
di negara tersebut, meskipun Jenderal Ameen berkata bahwa mereka adalah para
ahli, bukan penasihat. … Pada hari Kamis, Perdana Menteri Nuri Kamal al Maliki
mengatakan bahwa pihak Iraq, berdasarkan kesepakatan dengan Menteri Pertahanan
Rusia, telah meminta puluhan SU-25, sebuah jet tempur darat yang berguna bagi
operasi dukungan udara jarak dekat. ‘Pesawat-pesawat tersebut datang cepat
sekali,’ kata Jenderal Ameen dalam sebuah wawancara telepon, ‘karena kami
membutuhkannya sesegera mungkin dalam konflik melawan para teroris ini.’ Dia
mengatakan bahwa pihak Rusia akan meninggalkan Iraq kira-kira tiga hari setelah
pesawat udara siap digunakan. … Jenderal Ameen mengatakan bahwa mereka masih
mengharapkan berlangsungnya kembali hal seperti ini dalam waktu dekat. ‘Kami
memiliki pilot-pilot yang mempunyai pengalaman lama dalam menerbangkan pesawat
ini dan tentu saja kami mempunyai kawan-kawan Rusia yang membantu dan ahli-ahli
yang mendatangkan pesawat udara ini untuk mempersiapkannya,’ katanya. ‘Hal ini
nantinya akan menghasilkan serangan yang sangat kuat terhadap para teroris.’ …
Pesawat udara baru ‘akan meningkatkan dan membantu kekuatan serta kemampuan
pasukan udara Iraq untuk melenyapkan terorisme.’ Demikian sebuah pernyataan
yang dikatakan oleh Kementerian Pertahanan Iraq.”
Menurut “The Hill” di dalam
artikel berjudul “Hagel: US knows Iran, Russia aiding Iraq in fight against
ISIS” (“Hagel: AS tahu bahwa Iran, Rusia membantu Iraq dalam perang melawan
ISIS”) yang dirilis pada “11 Juli 2014,” Chuck Hagel mengomentari laporan bahwa
“dengan mengutip para pejabat militer Iraq, Iran dan Rusia tengah melakukan
serangan udara di negara mereka, yaitu dengan menyerang target-target Daulan
Islamiyyah di Iraq dan Syam (ISIS),” dengan mengatakan, “Kami menyadari upaya
pihak Iran dan Rusia untuk membantu Iraq.”
Maka dengan demikian, Iran dan
semua sekutunya langsung terlibat dalam perang Salibis memerangi Daulah
Islamiyyah. “Foreign Policy” melaporkan pada “12 November 2014” dalam artikel
berjudul “Who Has Contributed What in the Coalition against the Islamic State?”
(“Siapa yang berkontribusi terhadap semua yang ada di dalam Koalisi melawan
Daulah Islamiyyah?”), “Walaupun Iran bukan rekanan koalisi yang diakui, tetapi
Iran dan Amerika Serikat berunding secara informal.”
Semua ini berpuncak pada
kesepakatan nuklir “Kerjasama Rencana Aksi Komprehensif” antara Barat yang
dipimpin AS dan rezim dukungan Rusia.
Pada akhirnya, Amerika melayani
kepentingan Dinasi Shofawiy dengan membantu serangan udara, intelijen, dan
politiknya, sementara Dinasti Shofawiy pun bekerjasama dengan pihak Amerika
secara sama dalam melawan mujahidin. Hal ini terjadi secara rahasia, tidak
langsung, dan bahkan secara terang-terangan. “Penengah” – jika dibutuhkan –
ialah rezim boneka Shofawiy di Iraq. David Petraeus (mantan komandan tertinggi
Amerika di Iraq) mengomentari perang pemerintahan Obama dengan mengatakan,
“Bantuan pasukan udara untuk milisi-milisi Syiah atau sebuah perang antara
Syiah atas Sunni Arab tidak mungkin dilakukan Amerika Serikat.” Dan hal inilah
yang tengah terjadi, bahkan ia adalah perang melawan Islam, bukan melawan Arab.
Bersambung
No comments:
Post a Comment