Tuesday, 16 February 2016

KETIKA KITA KEHILANGAN ‘IZZAH




15 JANUARY 2016 • 23:46


KETIKA KITA KEHILANGAN ‘IZZAH

Oleh:Abu Usamah JR
Editing: Millahibrahim Team

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

إذ تبا يعتم با لعينة وأخذ تم آن ال البقر ورضيتم با لزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلي دينكم

Jika kalian telah berjual beli dengan ‘ienah, mengikuti ekor sapi, puas dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, dan kehinaan itu tidak akan dicabut dari kalian sehingga kalian kembali kepada agama kalian”. (HR Abu Daud, Ahmad, al Baihaqi dan At Thabrani, dinyatakan shahih oleh Al-Albani).

Apakah keadaan yang digambarkan oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu kini telah terjadi? Ya, bahkan sedang terjadi di tengah mayoritas umat Islam hari ini. Hilangnya tanah air kaum muslimin sebab dikuasai oleh orang-orang kafir, lenyapnya hukum Islam dari kehidupan umat ini, dilarangnya umat Islam melaksanakan syariat, dinajisinya tanah suci umat Islam sampai kepada pembantaian kaum muslimin di banyak belahan dunia oleh kaum kafirin, adalah sebagian fakta bahwa keadaan yang digambarkan Rasulullah sudah dan sedang terjadi.

Tidaklah itu semua terjadi melainkan sebagai hukuman dari Allah kepada umat ini disebabkan mereka telah mencampakkan syariat yang paling agung di dalam Islam, yaitu jihad fie sabilillah. Sebagian besar dari umat ini bukan hanya meninggalkan kewajiban jihad, bahkan sekedar membicarakannya saja mereka alergi. Yang lebih parah dari hal ini adalah menganggap bahwa jihad dalam arti perang sudah tidak relevan lagi pada zaman ini. Hal tersebut disebabkan karena keberhasilan dari dakwah para da’i yang menyeru manusia kepada pintu-pintu jahannam. Para da’i setan yang sebagiannya sering nampang di tv telah memutar lisan mereka untuk memalingkan makna jihad dari arti sebenarnya secara syar’i.

Para ulama suu’ dan da’i-da’i penyeru ke pintu-pintu jahannam bukan berperanan sebagi pencerah bagi umat, namun mereka justru menjadi karyawan bahkan budak bagi para thoghut. Keadaan yang demikian menyebabkan mereka berfatwa dan berbicara sesuai dengan pesanan para tuannya. Dan sudah dipastikan para thoghut tidak menghendaki kaum muslimin memiliki pemahamannya yang benar tentang Islam dan makna jihad. Sebab jika hal ini terjadi, maka umat ini akan bangkit untuk merobohkan singgasana para thoghut yang hari ini oleh para ulama suu’ disebut sebagai pemimpin kaum muslimin.

Keadaan demikian hampir merata terjadi di tengah kaum muslimin di setiap tempat di penjuru dunia.Dimana ulama yang ada adalah seburuk-buruk makhluk yang ada di kolong langit. Sementara itu umat yang ada mayoritas adalah para pengekor yang secara membabi buta mengikuti para ulama bayaran. Makna jihad yang telah diselewengkan maknanya oleh para ulama bayaran telah menambah subur penyakit al wahn menjangkit di tengah umat. Akibatnya umat lebih memilih melakukan hal-hal mubah yang bersifat duniawi dan cabang-cabang agama yang ringan yang oleh ulama mereka telah diberi label sebagai jihad di jalan Allah.

Bukankah sesuatu yang tidak asing kita mendengar, ada da’i yang menyebut termasuk amal jihad adalah menuntut ilmu, mencari nafkah untuk keluarga, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, membangun jembatan dan jalan serta mengajarkan ilmu. Bahkan yang lebih konyol adalah, ada seorang da’i dalam ceramahnya di televisi menyebutkan bahwa membuang sampah pada tempatnya termasuk jihad. Akibat dari lisan-lisan busuk para ulama suu’ inilah sebagian umat tidak lagi mengenal bahwa jihad adalah berperang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah dan seluruh usaha untuk itu.

Keadaan seperti di atas juga terjadi di sebuah negeri dengan penduduk mayoritas muslim bernama Indonesia. Seluruh nestapa, kehinaan, hilangnya harga diri, pengusiran, pelecehan syariat sampai pembantaian terhadap umat Islam terjadi di negeri yang katanya penduduknya mayoritas beragama Islam. Bahkan kehinaan yang menimpa umat Islam di negeri ini ada yang hampir-hampir tidak terjadi di negeri yang mayoritas berpenduduk kafir. Dan yang lebih miris, hal tersebut telah terjadi dari sejak negeri ini dikuasai oleh penjajah nasrani belanda. Dan kini umat Islam negeri ini mengalami penjajahan untuk yang kesekian kalinya. Bukan dari bangsa kristen Eropa, tapi oleh bangsa yang memiliki kulit dan bahasa yang serupa dengan mereka. Namun penjajah ini tidak kalah dzolim dan bengis daripada penjajah berkulit bule dari Eropa.

Penjajah tersebut melakukan pembodohan terhadap umat Islam di negeri ini tentang ajaran Islam salah satunya melalui para ulama bayaran. Akibatnya umat ini tidak pernah merasa terjajah ketika kebebasannya melaksanakan syariat dibelenggu dan dibatasi. Mereka juga tidak keberatan ketika harus menerima ajaran kekafiran semacam demokrasi untuk mengatur kehidupannya. Bahkan mereka tidak tersinggung ketika harga dirinya sebagai seorang muslim disejajarkan dengan orang-orang kafir yang oleh Allah disebut lebih hina dari binatang ternak, sebagaimana firmanNya, ” Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (QS Al Anfal:55).

Untuk mengeksiskan kekuasaannya, para thoghut penjajah tersebut membungkam para da’i yang jujur dan memberi kebebasan kepada penyeru kesesatan. Dakwah yang menyeru kepada tauhid disebut hasutan dan ajaran radikal. I’dad dan jihad yang merupakan syariat Islam disebut sebagai kejahatan yang tidak diajarkan oleh islam. Namun demikian keadaan umat islam di negeri ini terus terlena dengan keadaan demikian. Mereka tidak juga mengerti bahwa mereka tengah hidup dibawah kekuasaan fir’aun modern yang digelari ulil amri oleh kalangan murjiah dan ulama su’. Maka kehinaan terus meliputi umat ini hingga kini tanpa mereka sadari bahwa mereka dihinakan. Inilah hasil dari makar sukses para penjajah (penguasa thoghut) di negeri ini, dengan melakukan seperti yang Allah firmankan, “Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”.(QS Fussilat:26).

Thoghut negeri ini menghalangi kaum muslimin untuk mendapatkan pengajaran Islam yang benar, dan hanya membolehkan ajaran islam yang sesuai dengan ideologi kafir mereka. Bahkan sekedar mendapatkan informasi yang benar tentang umat Islam di belahan dunia lain dihalangi oleh penjajah berkulit sawo matang tersebut. Dan ulama bayaran penjajah menyebutkan bahwa menyebarkan berita tentang perjuangan umat Islam adalah kejahatan yang lebih berbahaya daripada menyebarkan perbuatan cabul dan mesum.

Kolaborasi antara ulama suu’ dengan majikannya dari kalangan penguasa thoghut dan penjajah melahirkan kedzaliman-kedzaliman yang diderita oleh umat Islam di negeri ini. Anda tidak akan mendapatkan hal-hal dibawah ini kecuali di Indonesia, negeri yang penduduknya konon mayoritas beragama Islam,

Hanya di Indonesia ada pembantaian terhadap umat Islam oleh kaum minoritas kristen yang hingga kini aktor intelektualnya tidak bisa ditangkap dan motifnya tidak bisa diungkap. Inilah yang terjadi di Ambon pada tahun 1999 yang dikenal dengan peristiwa Iedul fitri berdarah. Dan ini juga yang terjadi di Tobelo maluku utara dalam peristiwa pembantaian terhadap jama’ah sholat jum’at pada tahun 1999. Dan setelah itu semua terjadi, umat ini mema’afkannya kemudian melupakannya. Dan para ulamanya menyerukan perdamaian dengan para pembantai kaum muslimin tersebut dengan alasan Islam agama rahmat.

Hanya di Indonesia ada penyerangan terhadap umat Islam di komplek pesantren yang memakan korban ratusan orang dari anak-anak, wanita, orang dewasa dan orang tua yang dilakukan oleh sebuah pasukan besar dan terlatih, tapi pelaku yang ditangkap dan dihukum hanya empat orang. Ini yang terjadi ketika pesantren walisongo di kilo 9 Kabupaten Poso diserang oleh pasukan salib kelelawar hitam pimpinan Fabianus Tibo. Dan hanya di Indonesia ketika mereka yang keluarganya menjadi korban pembantaian melakukan pembalasan terhadap pelaku pembantaian, lantas yang membalas tersebut disebut teroris.

Hanya di Indonesia ada ratusan rumah kaum muslimin dibakar oleh massa kristen tapi hingga kini tidak pernah ditangkap aktor intelektualnya dan pasukan penyerangnya. Inilah yang terjadi di Ambon pada tanggal 11 september 2011, dan rumah yang dibakar berada di kampung waringin.

Hanya di Indonesia jama’ah sholat Iedul fitri diserang oleh massa kristen yang dipimpin oleh pendeta, masjid dibakar, puluhan rumah dan kios milik kaum muslimin juga dibakar, tapi para penyerang yang terluka dirawat di rumah sakit, dikunjungi dan disantuni oleh menteri dan gubernur. Setelah itu aktor penyerangan diundang ke istana dan menjadi tamu kehormatan. Dan juga hanya di indonesia yang kemudian korban penyerangan meminta ma’af kepada para pelaku, lantas para ulama menghimbau umat Islam untuk tidak terpancing dan menyebut bukan konflik sara tapi salah paham. Dan kemudian kita melupakannya seakan tidak pernah terjadi. Itulah peristiwa penyerangan jama’ah sholat iedul fitri pada 17 juli 2015 di Tolikara, Papua oleh massa kristen GIDI (Gereja Injil Di Indonesia ) yang dipimpin oleh pendeta Martin Jingga.
Hanya di Indonesia kaum muslimin dilarang mengibarkan bendera tauhid, bahkan diperintahkan untuk dibakar, tapi kaum muslimin dipaksa mengecat rumahnya dengan gambar bendera israel dan jika tidak melakukan akan didenda (terjadi di Tolikara, papua). Dan hanya di indonesia orang akan ditangkap karena memakai kaos bertuliskan tauhid,tapi orang yang memakai bendera komunis (di jawa timur) dan kaos bergambar bendera israel (di ambon dan papua ) akan dibiarkan.

Dan hanya di indonesia adzan dikumandangkan pada perayaan natal, lalu umat ini memakluminya dan bangga sebagai sikap toleransi.

Hanya di indonesia sampul Al-Qur’an dijadikan terompet tahun baru dan umat ini tidak marah karena diperintahkan oleh ulamanya agar tidak terpancing. Kemudian kita pun mema’afkan, melupakan dan memakluminya, karena katanya Islam agama pema’af dan agama rahmat.

Hanya di indonesia ada sajadah yang biasa dijadikan alas untuk sholat menjadi alas penari bali yang memamerkan aurat. Dan kembali kita mema’afkan dan memakluminya, sebab kata ustadz itu cuma simbol dan umat Islam tidak boleh marah karena Islam memerintahkan kita menjadi pema’af.

Dan hanya di indonesia ada orang boleh melagukan bacaan ayat Al-Qur’an dengan gaya yang asing dan tidak nyaman di telinga, lantas kita memakluminya dan para ulamanya mencari pembenaran akan hal tersebut. Lantas kita tidak mempermasalahkannya, kemudian kembali melupakannya.
Itulah sedikit fakta dihinakannya kaum muslimin di negeri ini padahal mereka mayoritas. Kenapa hal tersebut terjadi?

Bersambung






No comments:

Post a Comment