Monday, 4 May 2015

IBNU KHALDUN MENUNJUK AJAR DAULAH ISLAMIYAH



9 NOVEMBER 2014 • 0:08
Teori Ibnu Khaldun Menunjukkan Pada Kemenangan Daulah Islamiyyah Dan Perluasannya

Mu’adalah Ibni Khaldun Tadullu ‘Ala Intishar Ad Daulah Al Islamiyyah Wa Tamaddudiha
  
Penulis: Nashih Munshif


Alih Bahasa: Abu Sulaiman Al Arkhabiliy
  
Sumber: dawaalhaq.com

Orang yang mengenal sejarah Islam dan bersikap objektif, maka sesungguhnya dia tidak akan ragu bahwa Daulah Islamiyyah ini -yang mana para thaghut arab dan ‘ajam telah berkoalisi untuk memeranginya dan telah dibidik dengan satu panah oleh orang-orang kafir dan munafiqin, serta ditelantarkan oleh banyak ulama, du’at dan sebagian mujahidin- adalah pasti menang dan pasti mendapatkan tamkin walaupun setelah waktu yang lama. Hal ini ditunjukkan oleh sunnah kauniyyah yang Allah tetapkan bahkan ditunjukkan pula oleh banyak ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi.

Allah Ta’ala berfirman:


{ ياأيها الذين آمنوا ما لكم إذا قيل لكم انفروا في سبيل الله اثاقلتم إلى الأرض أرضيتم بالحياة الدنيا من الآخرة فما متاع الحياة الدنيا في الآخرة إلا قليل * إلا تنفروا يعذبكم عذابا أليما ويستبدل قوما غيركم ولا تضروه شيئا والله على كل شيء قدير}،

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni’matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.“ (At Taubah: 38-39).

Umat ini semuanya sejak satu abad diajak untuk berjihad fi sabilillah dan untuk memberlakukan syari’at, membebaskan Al Masjid Al Aqsha serta mengembalikan khilafah islamiyyah, maka para penguasa arab berpaling dari penegakkan dien, dan mayoritas kaum muslimin bermalas-malasan dari menjihadi orang-orang kafir dan munafiqin, kecuali sedikit saja dari kaum mu’minin pilihan, yang telah Allah berikan kepada mereka taufiq untuk menegakkan puncak menara dien. Dan di saat umat ini meninggalkan jihad yang merupakan kewajiban Allah atas mereka, maka umat ini ditimpa apa yang mereka alami berupa berbagai fitnah dan adzab yang menghinakan, dan Allah mencaput dari dada-dada musuh mereka rasa segan dari mereka dan Allah masukan ke dalam hati mereka itu wahn, dan bangsa-bangsa mengerumini mereka sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni nampan makannya, serta mereka itu menjadi buih seperti buih banjir.

Dan segala puji hanya bagi Allah yang menghidupkan kita sampai kita menzamani permulaan tegaknya Khilafah Islamiyyah kembali, sehingga wajib atas setiap muslim yang mampu untuk membela khilafah yang telah tegak dengan darah para mujahidin yang jujur -kami menilai mereka demikian dan kami tidak mensucikan seorang-pun di hadapan Allah-, dan kami bersaksi karena Allah bahwa mereka itu berperang dalam rangka meninggikan kalimat Allah dan menginginkan tahkim syari’at Allah. Sesungguhnya Allah telah menjadikan umat ini sebagai saksi atas manusia di dunia dan di akhirat, dan kami bersaksi bagi mereka sesuai dengan apa yang nampak di hadapan kami dari mereka itu, sedangkan Allah-lah yang menangani masalah batin sebenarnya, karena Allah Subhanahu mengetahui orang yang membuat kerusakan dari orang yang melakukan perbaikan, dan Dia lebih mengetahui keberadaan Ahlul Haq dan Ahlul Bathil.

Orang yang mengetahui sejarah Negara-Negara Islam maka ia tidak mendapatkan tandingan bagi Daulah ini setelah Khilafah Rasyidah, di mana Daulah Umawiyyah telah berdiri di atas kefanatikan terhadap Keturunan Umawiy, dan Daulah ‘Abbasiyyah juga telah berdiri di atas permintaan Ar Ridla Min Ali Muhammad kemudian berujung pada Keturunan ‘Abbasiy, dan Daula Utsmaniyyah juga telah berdiri di atas kefanatikan pada Etnis Turki. Dan walaupun pada Dinasti-Dinasti ini terdapat banyak kesalahan dan kekuasaan yang menggigit namun Allah telah memenangkan dien ini dengannya dan Allah melindungi kaum muslimin dengannya, kemudian datang sesudahnya Mulkan Jabariyyan (Kerajaan yang otoriter) yang sekarang mulai oleng kekuasaan-kekuasaannya, dan muncullah Daulah Islam, dan para thaghut arab-pun khawatir dari perluasan dan penyingkirannya terhadap singgasana-singgasana mereka yang lebih mereka utamakan pengokohannya daripada pengokohan dien ini. Di mana tidak mengingkari hal ini dan tidak membela-bela para penguasa yang berkhianat kepada amanah-amanah mereka itu kecuali orang yang keliru dalam dugaannya atau orang yang mengikuti hawa nafsunya.

Sesungguhnya Daulah Islam telah berdiri di atas kepanatikan terhadap Islam saja dan penegakkan syari’at Allah saja, ia telah tegak di atas peribadatan kepada Allah saja dan pengikutan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja. Inilah manhaj Daulah walaupun terjadi kekeliruan, karena sesungguhnya tidak ada yang ma’shum (terjaga dari kesalahan) kecuali para nabi. Maka hendaklah sejarah menulis bahwa Daulah ini telah tegak dengan apa yang tidak tegak dengannya Negara Islam manapun setelah Khulafa Rasyidin, sehingga kita sangat berharap semoga ia adalah Khilafah ‘Ala Minhaj An Nubuwwah yang dijanjikan (Allah) lewat lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Al Imam Ahmad meriwayatkan (18406), Ath Thayalisiy (439) dan Al Bazzar (2796) dari Hudzaifah radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


” تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها، ثم تكون ملكا عاضا، فيكون ما شاء الله أن يكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكا جبرية، فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة “.


“Kenabian itu ada di tengah kalian selama waktu yang Allah kehendaki untuk berada, kemudian Dia mengangkatnya bila Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian jadilah khilafah di atas minhaj kenabian, di mana ia berada di tengah kalian selama waktu yang Allah kehendaki untuk berada, kemudian Allah mengangkatnya bila Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian jadilah kerajaan yang menggigit, di mana ia berada di tengah kalian selama waktu yang Allah kehendaki untuk berada, kemudian mengangkatnya bila Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian jadilah kerajaan yang otoriter, di mana ia berada di tengah kalian selama waktu yang Allah kehendaki untuk berada, kemudian mengangkatnya bila Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian muncullah khilafah di atas minhaj kenabian.”


Demikianlah; sesungguhnya negara apapun baik negara isalam maupun negara kafir, baik adil maupun zalim, tidaklah mungkin berdiri kecuali di atas kefanatikan terhadap sesuatu yang menyatukannya, sebagaimana yang disebutkan oleh ahli ilmu ijtima’ (sosial) Ibnu Khaldun di dalam banyak tempat di Muqaddimah-nya yang terkenal, dan di antara yang beliau rahimahullah katakan adalah (1/193):


”الملك والدولة العامة إنما يحصلان بالقبيل والعصبية“،


“Kerajaan dan Negara yang menyeluruh itu hanyalah tercapai dengan kesukuan dan ‘ashabiyyah (fanatisme).”

Dan berkata (1/182):


”الملك إذا ذهب عن بعض الشعوب من أمة فلا بد من عوده إلى شعب آخر منها ما دامت لهم العصبية.“

“Kerajaan itu bila lenyap dari sebagian bangsa dari umat mana saja, maka ia itu pasti kembali ke bangsa lain darinya selagi mereka itu memiliki fanatisme.”


Dan berkata (1/174):


”العصبيّة بها تكون الحماية والمدافعة والمطالبة وكلّ أمر يُجتمع عليه“

“Fanatisme itu dengannya tercapai perlindungan, pembelaan dan penuntutan serta segala hal butuh persatuan.”


Dan berkata seraya menjelaskan dengan apa fanatisme itu terjadi (1/160):


“العصبية إنما تكون من الالتحام بالنسب أو ما في معناه”.

“Fanatisme hanyalah terjadi dari adanya kesatuan dari sebab nasab atau hal yang semakna dengannya.”


Saya berkata: Dien itu lebih besar dari kesatuan dengan sebab nasab, dan dia-lah yang menyatukan mujahidin pada penaklukan-penaklukan mereka di masa Al Khulafa Ar Rasyidin dan masa sesudah mereka, dan dia-lah yang sekarang menyatukan mujahidin Daulah Islamiyyah, di mana engkau melihat mereka itu nuzzaa’ minal qaba-il al muata’addidah (berasal dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda) dan negara yang berlainan, di mana di antara mereka ada yang dari ras ‘Adnan dan Qahthan, ada orang ‘Arab dan ‘Ajam, ada dari Bani Ismail dan juga dari Bani Ishaq, di antara mereka ada yang berkulit putih, berkulit hitam, berkulit merah dan berkulit kuning, namun demikian engkau mereka itu bagaikan bangunan yang kokoh rapi, keras terhadap orang-orang kafir lagi saling berkasih sayang di antara mereka, maka alangkah agung sekali fanatisme tersebut yang mana gunung-gunung yang kokoh tidak bisa tegar di hadapannya!!

Alangkah indah apa yang dikatakan oleh Syaikh Husen Ibnu Mahmud waffaqahullah saat mensifati bala tentara Khilafah Islamiyyah dan fanatisme mereka yang terpuji untuk meninggikan panji Islam:

“Junud Daulah itu berperang di atas aqidah yang tidak ada seorangpun yang bisa membendungnya; di mana permasalahan penghidupan Khilafah Islamiyyah yang telah lama lenyap dari realita umat selama 90 tahun itu tidaklah seperti permasalahan lain, dan pemutusan dengan syari’at Allah itu adalah urusan yang tidak bisa dibandingkan dengan tujuan dunia apapun, serta kematian di jalan peraihan tujuan-tujuan ini adalah berarti kekekalan di bumi dan di langit. Seorang mujahid itu meyakini bahwa dia itu sedang menegakkan syari’at Allah di muka bumi, dan orang yang datang sesudahnya itu amalannya ada dalam timbangan kebaikan-kebaikannya, sedangkan tidak ada amalan yang sebanding dengan ini bagi junud Daulah, dan tidak ada pasukan militer manapun di muka bumi ini yang memiliki aqidah semacam ini yang mendorong para penganutnya untuk merangkul kematian dengan dada-dada yang dipenuhi kerinduan. Ini tidak ada kecuali pada ahli jihad, sedangkan junud Daulah itu memiliki bagian terbesar dari dorongan-dorongan ini, di mana hari ini tidak ada yang bisa menandingi mereka di muka bumi, dan jumlah mereka itu selalu bertambah setiap harinya walaupun upaya pencitraan buruk media yang begitu besar dan begitu juga penyudutan. Taktik-taktik peperangan mereka, perencanaan-perencanaan militer mereka dan strategi-strategi mereka itu menjadikan kita meyakini bahwa mereka itu sangat terorganisir, profesional, penuh persiapan, fokus, cerdik dan jenius. Dan sepertinya kumpulan pengalaman-pengalaman perang yang ada pada qiyadah Daulah Islamiyyah itu tidak ada bandingannya pada militer manapun di muka bumi ini. Kemudian bila pengalaman ini menyatu dengan kecerdikan, sikap pantang mundur, aqidah, mental yang tinggi dan persiapan yang baik, maka sesungguhnya kemenangan sudah pasti dikantonginya yang tidak akan berkurang kecuali oleh kebaikan tawakkal kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai Penolong.”


Wahai bangsa arab, kalian adalah kaum yang telah Allah jayakan dengan Islam, maka bila kalian mencari kejayaan pada selainnya maka Allah pasti menghinakan kalian, kalian telah pengalaman mencoba paham Sosialis, Kapitalis, Sekuleris dan Demokrasi, dan kalian masih saja hina dan kaum Yahudi juga masih terus mengotori Al Masjid Al Aqsha. Bangsa arab itu tidak akan bisa berdiri kecuali dengan dien yang dengannya Allah telah menjayakan mereka. Allah Ta’ala berfirman:


{لقد أنزلنا إليكم كتابا فيه ذكركم أفلا تعقلون}

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”. (Al Anbiya: 10)


Para ahli tafsir berkata: yaitu di dalamnya ada kejayaan kalian, kemuliaan kalian dan kekuatan kalian, maka apakah kalian tidak memahami apa yang Aku lebihkan kalian dengannya atas yang lain?

Dan benar sekali apa yang dikatakan Ibnu Khaldun rahimahullah di saat berkata sebagaimana di dalam Tarikh-nya (1/189):


“العرب لا يحصل لهم الملك إلا بصبغة دينية من نبوة أو ولاية أو أثر عظيم من الدين على الجملة”.

“Bangsa arab itu tidak akan meraih kekuasaan kecuali dengan celupan agama berupa kenabian atau ke-wali-an atau pengaruh yang besar dari agama ini secara umum.”


أمتي قد لاح فجرٌ فارقبي النصرَ المبين


دولةُ الإسلامِ قامتْ بدماءِ الصادقين


دولةُ الإسلام قامتْ بجهادِ المتقين


قدموا الأرواحَ حقا بثباتٍ ويقين


ليقامَ الدينَ فيها شرعُ ربِ العالمين


أمتي فاستبشري لا تيأسي النصرُ قريب


دولةُ الإسلامِ قامتْ وبدا العزُ المـَهيب


أشرقتْ ترسمُ مجدا وانتهى عهدُ الغروب


برجالٍ أوفياءٍ لا يهابون الحروب


صاغوا مجداً خالداً لا، ليس يفنى أو يغيب


أمتي الله مولانا فجودي بالدماء


لن يعود النصرُ إلا بدماءِ الشهداء


من مضوا يرجون مولاهم بدارِ الأنبياء


قدموا الأرواحَ للهِ وللدينِ فِداء


أهلُ بذلٍ وعطايا أهلُ جودٍ وإباء


أمتي فاستبشري قدْ أشرقتْ شمسُ الصمود


ولقد سِرنا جموعاً لرُبى المجدِ التليد


لنُعيدَ النورَ والإيمانَ والعزَ المجيد


برجالٍ طلقوا الدنيا وفازوا بالخلود


وأعادوا أمتي الأمجادَ والنصرَ الأكيد


{ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون}.




Kabar gembira kenabian bagi bala tentara Syam, Yaman, Mesir dan Iraq, dari Abu Ad Darda radliyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:


«إِنَّكُمْ سَتُجَنِّدُونَ أَجْنَادًا، جُنْدًا بِالشَّامِ، وَمِصْرَ، وَالْعِرَاقِ، وَالْيَمَنِ، قَالُوا: فَخِرْ لَنَا يَا رَسولَ اللهِ. قَالَ: عَلَيْكُمْ بِالشَّامِ، قَالُوا: إِنَّا أَصْحَابُ مَاشِيَةٍ، ولاَ نُطِيقُ الشَّامَ، قَالَ: فَمَنْ لَمْ يُطِقِ الشَّامَ فَلْيَلْحَقْ بِيَمَنِهِ، فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ تَكَفَّلَ لِي بِالشَّامِ».


“Sesungguhnya kalian akan menjadi banyak pasukan, pasukan di Syam, Mesir, Iraq dan Yaman”.

Mereka berkata:

“Wahai Rasulullah pilihkanlah buat kami”.

Maka beliau berkata:

“Hendaklah kalian ke Syam”.

Mereka berkata:

“Sesungguhnya kami adalah para pemilik hewan ternak dan kami tidak kuat dengan Syam”.

Maka beliau berkata:

“Barangsiapa yang tidak kuat dengan Syam maka hendaklah dia ke Yaman, karena sesungguhnya Allah telah menjaminkan Syam bagiku”.


Hadits ini dikeluarkan oleh Al Bazzar dalam Musnadnya dengan nomor 4144 dan berkata: “Hadits ini kami tidak mengetahuinya diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sanad yang lebih baik dari hadits Abu Ad Darda ini, dan ia telah diriwayatkan dari selain Abu Ad Darda dengan redaksi yang mirip ucapan ini, dan kami sebutkan hadits Abu Ad Darda dikarenakan keagungannya dan kabagusan sanadnya”. Selesai

Dan hadits ini dishahihkan oleh Al Albaniy di dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir (3659) dan Shahih At Targhib wa At Tarhib (3088).

Bisa jadi pasukan-pasukan ini adalah apa yang kita lihat hari ini berupa kelompok-kelompok jihad di negeri-negeri ini, dan bisa saja kejadian-kejadian yang sedang berjalan ini adalah muqaddimah tamkin bagi umat ini dan awal perjalan untuk membebaskan Al Masjid Al Aqsha yang tidak akan terealisasi kecuali dengan kekalahan Rafidlah dan Nushairiyyah dan penjatuhan kekuasaan para thaghut arab yang merupakan antek-antek Barat.

Maka kami berpesan kepada seluruh mujahidin yang jujur agar meluruskan panji-panji mereka, sehingga jihad mereka itu adalah dalam rangka peninggian kalimat Allah dan pentahkim-an syari’at-Nya. Dan setelah pelurusan panji dan kejelasan tujuan, maka hendaklah mereka mengerahkan dan mengobarkan semangat kaum mu’minin untuk berperang di jalan Allah, dan mereka wajib saling menahan diri di antara diri mereka, saling mendukung di antara sesama mereka, saling mengkoordinasikan usaha-usaha mereka serta berkoalisi di dalam jihad mereka, semoga Allah menyatukan hati mereka dan memudahkan mereka untuk bersatu di bawah satu panji dan satu pimpinan.

Dan pada saat itu maka kaum mu’minin berbahagia dengan pertolongan Allah, Dia menolong orang yang dikehendaki-Nya…”

Penterjemah berkata: Selesai dialihbahasakan pada tanggal 11 Muharram 1436H

oleh Abu Sulaiman Al Arkhabiliy di LP Kembang Kuning Nusakambangan.












No comments:

Post a Comment