Saturday, 6 June 2015

SERANGAN YANG SEMPURNA




SERANGAN YANG SEMPURNA
John Cantlie

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesuatu yang awalnya berupa gerakan eksplosif di Irak, kini tiba-tiba menjelma menjadi suatu fenomena yang dihadapi Barat dan dunia demokrasi secara keseluruhan sebagai perangkat rusak. – John Cantlie

“Ini adalah sebuah prinsip inti kepresidenanku: jika anda mengancam Amerika, maka anda tidak akan menemukan tempat berlindung yang aman.” Obama, September 2014

“Ketika mereka berusaha keras membangun tempat berlindung yang aman, ini akan menjadi titik awal untuk mengadakan serangan atas Amerika, Barat, dan serangan global.” RAND Corporation, Maret 2015

Berbagai bai’at kini dinyatakan pada waktu yang tampaknya terjadi setiap bulan dari kelompok-kelompok Islam di seluruh dunia kepada Islamic State. Maka itu benar-benar suatu hal yang dido’akan oleh setiap mujahid dan sebuah mimpi buruk bagi para pemimpin militer dan politik dunia demokrasi. Pertumbuhan luar biasa Khilafah dan fakta bahwa ia adalah entitas hidup dan bernafas dengan wilayah seluas ribuan mil persegi telah memberikan Muslimin di sekitar Timur Tengah, Asia, dan Afrika kepercayaan dan keyakinan untuk mengulurkan tangan, memberikan bai’at kesetiaan, dan melancarkan berbagai operasi dengan kesatuan dan kekuatan tujuan yang sama sekali tidak terlihat sebelumnya.

Sesuatu yang awalnya berupa “kelompok” Islam paling eksplosif di dunia modern secara deras meningkat menjadi gerakan Islam paling eksplosif yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia.

Tidak pernah terjadi sebesar ini sebelumnya pada skala maupun secepat ini. Sapuan besar di Pakistan, Nigeria, Libya, Yaman, dan Jazirah Sinai sekarang ini, semuanya bersatu di bawah bendera hitam tauhid, sama-sama terikat satu oleh Daulah Islam. Mujahidin di provinsi-provinsi di Afganistan yang dulu merupakan kancah pertempuran dahsyat selama lebih dari satu dekade dan membuat Amerika menghabiskan trilyunan dolar, maka kini – kurang dari enam bulan setelah Amerika “menarik diri” secara memalukan – loyal kepada Khilafah.

Mujahidin Afrika Barat menguasai banyak wilayah di Nigeria dan serangan mereka meningkat, mendorong keluar tentara nasional yang keletihan dan hancur yang sekarang sebetulnya berada di ambang kejatuhan. Mereka mengumumkan bai’at kepada Khilafah pada Maret dan ingatlah, mereka merupakan kelompok yang sama yang diklaim oleh Obama tahun lalu berhasil dipukul mundur oleh kebijakan intervensi Amerika. Tentu saja, dia mengklaim bahwa model serupa (memutus dana, perangkat perekrutan, dan kemauan untuk berperang) yang bekerja begitu “baik” dalam menurunkan moral mujahidin di sana sebelum bai’at, akan bekerja sama baiknya terhadap Daulah Islam.


Tampaknya tidak bekerja seperti yang direncanakan.

Kekuatan di balik pergerakan ini mengerikan. Satu ekor singa dapat membunuh antilop, tetapi sebuah rasa harga diri yang lapar dan cerdik dapat – jika mereka bekerja bersama-sama – menjatuhkan seekor gajah Afrika. Ketika kelompok-kelompok mujahid di seluruh dunia menyatukan kekuatan, maka kekuatan di balik Daulah Islam menempatkan mereka pada posisi untuk melahap lebih banyak lagi mangsa.

Sekali lagi, Barat dan sekutu-sekutunya tiba-tiba saja terperangkap total ketika kini mereka mendapatkan diri mereka bukan hanya berperang melawan satu musuh di Irak dan Syam, namun kini sebuah tentara internasional yang terdiri dari mujahid berjumlah ratusan ribu dari berbagai negara; maka semua benua terbelah. Dalam satu tahun, ia membuat pihak koalisi menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bersama-sama melakukan serangan atas Daulah Islam yang kini hanya melihat gerombolan Syi’ah yang didukung oleh serangan udara menyerang Tikrit. Akan tetapi, itu hanyalah berita yang telah usang yang baru saja dimulai. Mengapa fokus ke Tikrit ketika Timur Tengah, Afrika, dan Asia sekarang sudah siap?

Pergerakan ini tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang. Sungguh, kelompok-kelompok Islam yang cepat dan bersatu serta berbagi fokus dan kepercayaan yang murni ini justru semakin meningkat. Dan semakin banyak kelompok bergabung, semakin kuat pergerakan tersebut.

Ketika kelompok-kelompok itu mengembangkan serpihan sel yang mengobarkan peperangannya sendiri-sendiri berubah menjadi tubuh yang satu dan bersatu, maka ia berubah menjadi kekuatan yang luar biasa, seperti halnya bola salju yang menggelinding dari atas gunung. Ia semakin membesar hinga berakhir dengan sebuah longsoran salju. Semakin banyak kesatuan bekerja bersama, maka mereka bisa saling memanfaatkan kemampuan dan kekuatan untuk menutupi celah hingga hanya terdapat sedikit kelemahan.

“Katakan satu kelompok bagus dalam membuat bom dan kelompok lainnya bagus dalam membuat propaganda.” Demikian dikatakan Jonah Blank dari RAND Corporation, sebuah lembaga “think-tank” AS. “Jika anda meletakkan bom yang benar di tempat yang benar untuk efek propaganda yang benar, maka hal itu jauh lebih penting daripada bekerja sendiri-sendiri.”

Gary Bernsten, mantan pegawai intelijen CIA, berkata dalam sebuah wawancara dengan Fox News tanggal 9 Maret, “Ini bukan bukan hanya suatu propaganda. ISIS mempunyai milyaran dolar dana. Mereka mempunyai jaringan komunikasi yang terhubung dengan kelompok-kelompok ini. Dan hal itu menunjukkan kepadamu betapa berbahaya dan efektifnya ISIS. Mereka benar-benar kelompok teroris Sunni paling sukses dalam sejarah karena mereka telah mengukir sebuah ruang bagi sebuah negara bangsa, dan kelompok-kelompok ini mengakuinya. Ini menunjukkan bahwa pernyataan Obama ‘ini bukanlah Islam’ adalah sebuah perkataan yang salah (batil). ISIS telah bekerja dengan cemerlang dalam menjual dirinya kepada ratusan ribu manusia di sana yang tengah mencari sebuah pesan (risalah).”

Lalu, mengapa Obama terlambat menyadarinya? Dengan sejujurnya, saya belum pernah mendengar komentar si peraih hadiah Nobel Perdamaian akhir-akhir ini, namun pasti ia tidak bisa terlalu lama bersenang-senang. Pada akhir September, dia mengatakan, “Strategi untuk membuat para teroris yang mengancam kita ini seraya menolong rekan-rekan yang ada di garis depan, selama bertahun-tahun merupakan hal yang berhasil kita peroleh di Yaman dan Somalia.” Saya tidak mendapatkan informasi mengenai situasi saat ini di Somalia, tetapi Yaman tengah bergejolak. Islamic State telah mendapatkan keuntungan dari chaos (kekacauan) yang terjadi di sana. Dan jelas sekali tidak ada yang namanya “berhasil kita peroleh.” Kedutaan Amerika telah ditutup lebih dari tiga bulan sekarang ini, disebabkan takut akan adanya kemungkinan serangan “teroris”, sementara negara tersebut terus mengalami chaos. Apakah anda suka bila kata-kata tersebut dihidangkan dengan makanan yang enak atau asam, ya Presiden?

“[Obama] menyebutkan kebijakan AS atas Yaman dan Somalia sebagai sebuah gambaran yang sukses dengan apa yang tersedia bagi Irak dan Suriah – sebuah pukulan satu-dua dari angkatan udara AS yang dibantu sejumlah angkatan darat lokal. Tetapi Somalia adalah sebuah negara yang gagal dan Yaman nyaris tidak sehat; keduanya tetap merupakan inkubator (mesin penetas) bagi terorisme berbahaya.” Demikian yang ditulis oleh Washington Post dalam merespon pernyataan presiden. Dan itu terjadi delapan bulan yang lalu, yaitu sebelum Muslimin di seluruh dunia mengangkat senjata dalam jumlah yang banyak.

Tatkala Daulah Islam merampas senjata dari kelompok-kelompok proksi yang didukung Amerika dan Iran setelah dibantai mujahidin, maka mereka mendapatkan tank, roket peluncur, sistem rudal, dan sistem anti-pesawat udara. Dengan mendapatkan pesawat udara bisa menjadi langkah logis selanjutnya. Ini adalah alur sebuah film horor Barat yang berbau politik.

Apa yang tengah terjadi saat ini merupakan sebuah penyatuan kemampuan dan pengalaman yang memperlihatkan bahaya terbesar yang belum pernah dialami oleh Barat dalam era modern. Ketika anda mendapatkan sekumpulan mujahid yang kuat dalam berperang; semua bekerjasama dan saling bertukar informasi untuk pertama kalinya di bawah satu bendera, maka potensi bagi adanya sejumlah operasi pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya meningkat berkali-kali lipat.

“Tatkala Daulah Islam merampas senjata dari kelompok-kelompok proksi yang didukung Amerika dan Iran setelah dibantai mujahidin, maka mereka mendapatkan tank, roket peluncur, sistem rudal, dan sistem anti-pesawat udara.”

Mari saya tunjukkan sebuah operasi hipotesis ke atas meja. Daulah Islam mempunyai milyaran dolar di bank, maka mereka menyeru wilayah mereka di Pakistan untuk membeli sebuah peralatan nukllir melalui diler senjata yang terhubung dengan pejabat-pejabat yang korup di kawasan tersebut. Senjata itu kemudian dikirim lewat darat hingga mencapai Libya, lalu dibawa oleh mujahidin ke selatan, yaitu Nigeria. Pengapalan obat-obat terlarang dari Kolombia menuju Eropa akan melewati Afrika Barat, maka memindahkan barang selundupan jenis lainnya dari timur ke barat bisa saja terjadi. Nuklir yang disertai mujahidin tiba di pantai Amerika Selatan dan dibawa melewati perbatasan yang keropos di Amerika Tengah sebelum tiba di Meksiko dan kemudian ke perbatasan Amerika Serikat. Dari sana, dengan sekali lompatan, melewati terowongan yang biasa menyelundupkan barang, dan ‘sim salabim’; mereka kini bercampur dengan 12 juta orang asing “ilegal” lainnya di Amerika yang membawa bom nuklir di dalam bagasi mobil mereka.

Barangkali skenario semacam itu terlalu jauh, namun itu merupakan kesimpulan dari semua ketakutan agen-agen intelijen Barat dan secara umum lebih mungkin saat ini daripada setahun yang lalu. Jika bukan sebuah nuklir, bagaimana bila ia adalah beberapa ribu ton bahan peledak amonium nitrat? Itu cukup mudah dilaksanakan. Daulah Islam tidak membuat rahasia apa pun, karena faktanya mereka memiliki setiap niat untuk menyerang Amerika di kampung halamannya sendiri dan mereka tidak akan berterus terang tentang dua mujahid yang mengadakan puluhan insiden jika berasal dari Khilafah. Mereka akan melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang bisa membuat operasi yang telah terjadi tampak seperti menembak tupai. Dan semakin banyak kelompok yang berbai’at, maka semakin mungkin untuk menarik sesuatu yang benar-benar dahsyat.

Ingat! Semua ini sudah terjadi dalam waktu kurang dari setahun. Betapa akan lebih berbahaya lagi keadaan jaringan komunikasi dan suplai satu tahun ke depan? Jika Barat benar-benar gagal menemukan cara untuk mengatasi kemunculan Daulah Islam, kemudian sekutu-sekutunya dengan cepat berbai’at kepadanya dari seluruh dunia, maka bentuk signifan yang besar apa lagi yang akan lepas dari mereka kelak?

Mari saya akhiri dengan sebuah contoh singkat tentang motivasi kecil dari para pejuang Muslim yang sekarang dihadapi pihak Barat. Baru-baru ini saya mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan dengan seorang pejuang kharismatik dari sebuah negara Arab. Orangnya berpendidikan dan cerdas. Dia mengatakan kepada saya dengan perasaan muak bahwa beberapa saudaranya yang sedarah bekerja sebagai prajurit di ketentaraan sebuah rezim Arab. Dia mengatakan, “Saya berkata kepada mereka sekali tiap beberapa bulan dengan harapan mereka bisa berubah. Jika mereka menolak, maka insya Allah, saya memiliki kesempatan untuk membunuh mereka semua di medan tempur. Mereka berperang karena rezim thaghut yang mencintai Amerika, sedang saya berperang karena Allah. Siapa yang lebih kuat?”

Itu adalah sebuah contoh yang menimbulkan rasa hormat dan sederhana yang karenanya Barat tidak akan pernah memenangkan perang ini. Barangkali pernah terjadi satu kali kesempatan untuk menyerang di dalam perbatasan pihak Barat atau di perbatasannya oleh Daulah Islam bisa dicegah lewat negosiasi; tetapi itu tidak lagi. Pada saat wilayah Daulah Islam bergerak dari satu perbatasan ke perbatasan lainnya seperti sebuah api liar yang membakar tak terkendali, maka itu hanya soal waktu saja sebelum Daulah Islam mencapai dunia Barat.

Sumber: Majalah DABIQ #9













No comments:

Post a Comment