Strategi anti-ISIS Dirumuskan
dalam Pertemuan di Paris
wartaperang - Koalisi anti-ISIS
akan bertemu di Paris hari Selasa setelah serangkaian kemenangan mengejutkan di
medan perang oleh jihadis IS, dengan Irak di bawah tekanan meningkatkan
perjuangannya untuk menjadi lebih inklusif dari minoritas Sunni. Fokus utama
dari pertemuan tersebut adalah mengenai krisis di Irak, di mana ISIS merebut kota Ramadi dua pekan
lalu dalam sebuah pukulan terbesar untuk koalisi pimpinan AS sejak mulai membombardir
posisi jihad pada bulan Agustus.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry
akan mengambil bagian dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Irak Haider
al-Abadi dan diplomat lainnya dari "jarak
jauh" setelah kakinya patah dalam kecelakaan bersepeda, kata
Departemen Luar Negeri.
"Kami akan membahas Irak, cara membuat ISIS untuk mundur,"
kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius pekan lalu, memperingatkan Baghdad atas ketegangan
sektarian yang menurut para ahli menghambat kemampuan negara untuk melawan
jihadis.
"Kami terlibat secara militer namun dengan kondisi politik: Bahwa
pemerintah bersifat inklusif, yang berarti membawa semua orang bersama-sama,
Syiah, Sunni dan Kurdi."
Juru bicara Kementerian Luar
Negeri Perancis Romain Nadal mengatakan bahwa sementara pembicaraan akan
berpusat pada Irak, dengan mempertimbangkan medan perang dan tumpang tindihnya situasi,
Suriah juga akan dibahas.
Menurut sumber diplomatik
Perancis, menteri dari Turki, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab diharapkan
ada diantara 24 peserta pada pertemuan tersebut.
Namun direbutnya Ramadi, diikuti
hari kemudian oleh kota
Palmyra di Suriah, telah menimbulkan pertanyaan sulit tentang kemanjuran
strategi koalisi saat ini.
Hal ini juga terkena kendala
ketegangan sektarian antara sekte Syiah dan Sunni Islam yang mendalam di Irak.
Magdalena Kirchner dari think
tank Jerman DGAP mengatakan upaya untuk memasukkan Sunni ke politik "tidak bekerja sama sekali" karena kecurigaan sangat
mendarah daging antara kedua belah pihak.
Koalisi telah mendorong para
pejuang suku Sunni untuk dilatih melawan pejuang ISIS, sebagian besar warga
Sunni di daerah mereka sendiri, tapi Syiah yang memerintah Baghdad dalam
keadaan ragu-ragu untuk mempersenjatai penduduk yang dikhawatirkan dapat
menghidupkan kembali kelompoki sunnni.
Bagian dari harapan adalah bahwa
lebih baik mempersiapkan Sunni untuk membela diri dan menghentikan penyebaran
milisi Syiah yang setia kepada Teheran.
Pengamat dan politisi telah
memperingatkan bahwa sektarianisme di Irak bisa menjadi lonceng kematian bagi
upaya untuk memerangi ISIS .
Sumber: ZA
Oleh: n3m0
Senin, Juni 01, 2015
No comments:
Post a Comment