Sunday, 17 January 2016

KETELUSANMU PEMUDA, MEMUSNAHKAN KESYIRIKAN



Sambungan KE-2 Di Manakah Para Kesatria?

Wahai umat Islam….


Bukankah bangsa-bangsa mengerumuni kalian layaknya orang makan mengerumuni nampan makanannya? Lantas, mengapakah ditolak keberadaan sekelompok mujahidin yang datang dari penjuru dunia, padahal mereka telah tinggalkan semua, dari yang berharga hingga yang murah, mereka jual nyawa demi meraih sesuatu yang mahal, untuk menjadi garda depan pelindung kehormatan umat, sekaligus penghalang yang kuat yang dihadapannya kesombongan dari bualan Amerika tumbang?

Wahai umat Islam….

Hingga kapan kalian tertipu oleh gema terompet barat dan antek-anteknya di negeri kita ini? bagaimana bisa kalian mau mendengar para penghancur keadilan? Keadilan apalagi yang tersisa pada orang yang berlumur kotoran, mengenakan pakaian tipu daya, dan kelakuannya dipenuhi pengkhianatan?

Umatku, bagaimana bisa kamu masih percaya terhadap kedustaan jahat mereka terhadap putra-putramu yang telah menggadaikan masa depannya dengan kondisi saat ini, padahal telah mereka persembahkan nyawanya di bawah deringan peluru orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan dan menjaga agamamu?!

Wahai umatku….aku memohon ampun kepada Alloh! Umatku tak kunjung beranjak dari ranjang wanita pingitan.

Bahkan, wahai orang-orang yang perwira, kapankah kalian akan berdiri satu barisan, padahal muslimat-muslimat suci di sembelih di hadapan kalian dan air mani kejahatan bermain-main ke sana ke mari di depan mata kepala kalian, dan orang-orang kafir yang hina itu menggigit kehormatan kalian lalu ia bersembunyi?!

Inilah Penjara Abu Ghroib, coba tanyalah ia…. Duh, sedihnya jiwaku, tatapan-tatapan gamang, hati-hati yang penuh emosi, dan luka yang terus tergores di setiap hati. Dan orang yang mendengar tidak sama dengan orang yang melihat langsung.

Wahai orang-orang yang kesatria….

Sampai kapan kalian hanya sekedar tidak bisa tidur dan mencucurkan air mata, padahal kalian telah dihinakan sedemikian rupa, kalian hanya berucap: La Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah! Lalu memejamkan mata, seolah semuanya hanya tembakan tanpa penembak?!

Duh, menyesal sekali, wahai orang-orang yang kesatria….

“Aku masuk menemui keperwiraan, sementara ia menagis,

Lalu kutanya: Mengapakah, si pemudi menangis?

Ia menjawab: Bagaimana aku tidak menangis sementara keluargaku

Semuanya mati di bawah makhluk-makhluk Alloh…”

Setelah aib memalukan ini, katakan padaku, wahai umatku, kapankah kamu kibaskan debu kehinaan? Kapan kamu patahkan rantai nestapa? Kapan kamu lepas belenggu perbudakan? Lantas, kapan kalian pasang pelana kuda-kuda kemuliaan?

“Umatku, kenistaan sementara tak henti-hentinya kita ucapkan:

Bahwa kita adalah putra-putra para pemuka.

Sementara Al Quds tengelam tercabik-cabik kesedihan

Dan rintihannya bergema berulang-ulang

Sampai kapan semangat kita digerogoti hawa nafsu

Dan kita terus dihancurkan oleh rintihan dan kesedihan?”

Adapun kalian wahai para mujahidin yang terasing….

Demi Alloh, belum pernah jalan-jalan dakwah itu terbentang dengan taburan bunga ataupun wewangian.

Sungguh, harga ajaran-ajaran dakwah itu besar.

Harga dari memindahkan prinsip kepada dunia nyata adalah timbunan daging yang terpotong-potong dan banjir darah. Dan tidak ada yang mampu menyalakan pelita masa depan yang cerah dalam kegelapan ini selain para mujahidin dan syuhada’.

Alangkah indah kata-kata itu,”Aku telah berhasil (menang), demi Robb Ka’bah.”

Aduhai, indahnya aroma surga, sungguh indah. Akan tetapi, dimana orang yang jujur kepada Alloh lalu Allohpun membenarkan (kejujuran)nya?

Sungguh lembut lantunan sang Nabi kalian SAW, ditengah beratnya menempuh perjalanan, ia berujar kepada jarinya yang terluka:

“Kamu hanyalah jari yang berdarah, dan apa yang kau alami adalah di jalan Alloh.”

Nabi kita itu, wajahnya terluka. Patah gigi gerahamnya, dan pelindung kepada yang mulia remuk.

Saudara-saudaraku…,
Wahai yang diwajahnya terpancara air muka kebahagiaan, dan yang singgasananya menyibakkan cahaya kemuliaan….

Sungguh, beruntunglah kalian, demi Alloh.

Sungguh, bahagialah kalian, demi Alloh.

Ikatan unik apakah gerangan yang mengikat hati-hati kalian, sehingga senyum manis kalian mampu membalikkan roh kehidupan pada hati yang mati. Hendaknya kalian merasa bahagia dengan kondisi kalian saat ini, yang berbeda dengan kondisi kebanyakan orang. Maka, waspadalah akan penyakit bosan, janganlah kalian utamakan keinginan mencari selamat, sebab akibat dari langkah mundur adalah penyesalan. Naudzubillah.

Percayalah kepadaku jika kukatakan kepada kalian: bahwa aku tidak pernah menyaksikan orang yang di zalimi memaafkan orang lain akan aniaya terhadap dirinya, zuhud dan sederhana dalam haknya, selain mujahidin dan jihad mereka. Meski begitu, kalian tidak akan rugi. Kebathilan memang memiliki giliran, dan kebenaran akan menang pada waktunya nanti. Intinya adalah sadar sesaat, setelah itu kesudahan yang baik. Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan amal usaha kalian.

“Majulah, jangan rela dengan hidup susah….

Orang yang tidak maju ke depan tidak akan berhasil meraih kenikmatan.”

Apakah kalian mengira, bahwa jenderal pemegang kendali Amerika itu lebih baik kondisinya daripada Abu Jahal, ketika ia dibuat “mabuk” dengan senjata dan perlengkapannya lalu ia bersumpah untuk tidak pulang sebelum ia tabuh rebana dan ia tenggak arak? Tapi sungguh, ia tidak pulang kecuali dengan kepala terpenggal dan kekalahan memalukan diselimuti kehinaan.

Sungguh, musuh kita kebingungan bagaimana mencerai beraikan kekuatan kalian. Akhirnya, tak ada cara lain menurut mereka selain melakukan teror mental dengan senjata-senjata modern mematikan yang mereka miliki. Para penyembah materi itu tidak mengerti bahwa kekuatan yang didukung morilnya dari Alloh tidak bisa dibuyarkan oleh badai ataupun tekhnologi Amerika.


Bersambung




No comments:

Post a Comment