Saturday, 2 January 2016

PESANAN KEPADA PEJUANG: “BERANGKATLAH DALAM KEADAAN RINGAN ATAUPUN BERAT”



Oleh: Khalifah (hafidhahullah)

KHUTBAH KHALIFAH tentang MAKAR MURTADIN AKHIR-AKHIR INI
Pada 25 Rajab 1436, Khalifah (hafidhahullah) mengarahkan umat dalam pidatonya bertajuk “Berangkatlah dalam keadaan ringan ataupun berat” yang menegaskan latar belakang rencana makar baru terhadap Islam yang sedang dibuat.

Pertama ia mengingatkan terhadap sikap yang membawa banyak militan menjadi murtad dan bergabung dengan kufar, dan keinginan mereka berkompromi dan berharap perdamaian yang langgeng dengan salibis.

Dia mengatakan:

“Wahai kaum muslimin! Siapa saja yang berfikir untuk berdamai dengan Yahudi, Nasrani, dan kufar lainnya, dan mereka merasa dapat berdamai dengannya, dan ia hidup berdampingan dengan mereka dan mereka hidup berdampingan dengannya sementara ia dalam keadaan bertauhid, maka ia telah mengingkari pernyataan yang sangat jelas dari Rabbnya (azza wa Jalla), yang berkata, {Mereka tidak henti hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup [Al Baqarah: 217]. Maka inilah kondisi kufar dalam urusannya dengan muslim sampai hari qiyamat {Dan kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunatullah} [Fatir: 43].

Khalifah menerangkan bahwa muslim tidak akan berhenti memerangi kufar sampai Isa bin Maryam ‘alayhissalam turun dan memimpin tentara muslimin.

Dia berkata:

”Sungguh perang atas kufar, hijrah dan jihad akan tetap ada sampai datangnya as sa’ah (Qiyamat). Rasul shalallahu ‘alayhi wasallam mengatakan, “hijrah tidak akan berhenti sampai taubat diterima, dan taubat tidak berhenti diterima  sampai matahari terbit dari barat,” (Riwayat Abu Daud dari Mu’awiyah).

Dia shalallahu ‘alayhi wasallam juga mengatakan:

“Akan selalu ada dari kaumku berperang atas kebenaran, terus menerus sampai hari Qiyamat. Lalu Isa bin Maryam akan turun dan para pemimpin mereka akan berkata ‘Datanglah dan pimpin kami dalam Sholat’ maka ia akan berkata, ‘Tidak, Kamu pemimpin satu atas yang lain sebagai anugrah Allah kepada umat ini’,” [Riwayat Muslim dari Jabir].


Khalifah juga menjelaskan akan segera punahnya daerah abu abu (samar samar) dengan mengatakan,

“Dan jika salibis sekarang mengklaim untuk menjauhi dunia muslim dan membatasi diri mentarget muslim bersenjata, maka segera kalian akan melihat mereka mentarget tiap muslim di mana saja. Dan jika saat ini salibis mulai mengganggu muslim yang hidup di negeri yang masih bercampur, dengan mengawasi mereka, menangkap mereka, menginterogasi mereka, dan kemudian menyingkirkan mereka dan menculik mereka baik mati, dipenjara, ataupun terlantar. Mereka tidak akan membiarkan seorang muslimpun kecuali ia murtad dan mengikuti mereka. Dan kalian akan mengingat kata-kata saya saat ini, saya serahkan semua urusan kepada Allah.

Wahai kaum Muslimin, sungguh Yahudi dan Nasrani dan semua kufar tidak akan ridha pada kalian bahkan memerangi kalian sampai kalian ikut agama mereka atau murtad dari Islam”.

Khalifah lalu menguraikan kewajiban muslim selama perang ini sebelum hari qiyamat. Dia berkata,

“Wahai muslimin, jangan anggap perang yang kita kerjakan ini hanya milik Daulah Islam, bahkan ini peperangan bersama muslim seluruh dunia. Daulah Islam hanya membuka jalan dan mempelopori perang orang orang yang beriman melawan orang orang kufur, maka majulah bersegera wahai kaum muslimin. Adalah kewajiban kita kaum muslimin yang bertanggung jawab kepada Allah. Tidak ada alasan bagi muslim yang mampu berperang dimanapun ia berada, untuk berhijrah dan berperang. Allah telah wajibkan berperang, maka kami seru tiap tiap muslim di setiap tempat untuk berhijrah ke Daulah Islam atau berjihad dimanapun ia berada,”.

Ini perintah Khalifah (hafidhahullah). Hijrah ke wilayah khilafah atau kalau tidak mampu, maka ia harus menyerang para salibis dan sekutunya, juga Rafidhah, thaghut thaghut, dan kekuatan kekuatan murtadin dimana saja dengan cara dan alat yang mungkin baginya.

Khalifah kemudian mengancam para thaghut penguasa yang melakukan kedzaliman di tanah kaum muslimin dengan hukum buatan manusia dan tak berdaya terhadap salibis.

Dia katakan,

“Wahai Muslimin, para thaghut penguasa yang menguasai negerimu adalah sekutu sekutu Yahudi dan nasrani , mereka tidak lain hanya budak, pelayan, dan anjing penjaga. Tentara yang mereka persiapkan dan dipersenjatai juga dilatih oleh Yahudi dan Nasrani hanya untuk menghancurkan kalian, melemahkan kalian, menjadikan kalian hamba yahudi dan nasrani, memalingkan kalian dari agama kalian dan dari jalan Allah, merampas harta benda di negeri kalian dan merampok kekayaan kalian. Kenyataan ini semakin terang benderang seperti jelasnya matahari di tengah hari”.


Dia lalu menguraikan secara detail kelesuan para thaghut penguasa terhadap muslim diikuti dengan kata;

”Penguasa Jazirah Arab terlihat malu dan kehilangan ‘legitimasi’ mereka. Penghianatan mereka jelas terlihat bahkan oleh muslim yang awam sekalipun. Realitanya para thaghut penguasa semakin nyata lemahnya, karena itu tuan tuan mereka yaitu yahudi dan nasrani tidak memakai mereka lagi, dan menggantinya dengan Safawi Rafidhah dan Kurdi yang atheis. Ketika al Salul menyadari bahwa tuan-tuan mereka meninggalkan mereka, dibuang laksana sepatu rombeng dan dalam upaya penggantian mereka maka Al Salul mengobarkan perang melawan Rafidhah Yaman. Dan itu bukan badai penyelesaian, tapi menendang orang sekarat, -dengan izin Allah- saat ia berjuang sampai nafas terakhir”.

Dia (Khalifah) katakan:

“Hari ini mereka mengklaim membela ahlu Sunnah di Yaman melawan Rafidhah! Mereka berdusta dan gagal, peperangan mereka hanyalah upaya membuktikan diri akan kesetiaan mereka pada tuan tuan Yahudi dan Nasrani. Hal itu tidak lain hanyalah keinginan untuk membelokkan Muslimin agar jauh dari Daulah Islam yang gaungnya tinggi dimana mana dan nyatanya kaum muslimin berlomba ke sana. Badai mereka tidak lain hanyalah badai khayalan, setelah api Rafidhah menghanguskan singgasana dan setelah barisan Rafidah mencapai rakyat Jazirah Arab, hal yang akan membuat kaum muslimin berduyun-duyun mendatangi Daulah Islam sejak nyata Daulah membela mereka melawan Rafidah. Hal ini yang ditakutkan Al Salul dan para penguasa Jazirah Arab dan membuat singgasana mereka berguncang. Inilah rahasia yang mereka sebut ‘badai’, yang dengan izin Allah, sebentar lagi akan menjadi akhir mereka. Al Salul dan para penguasa Jazirah Arab bukanlah orang-orang yang militant dalam perang, tidak juga memiliki kesabaran untuk itu. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam kemewahan, pemborosan, pemabuk, prostitusi, tarian, dan pesta. Mereka sudah terbiasa membela Yahudi dan Salibis dan hati mereka telah mabuk akan penghinaan, aib dan kepatuhan”.

Amirul Mu’minin juga memerintahkan Muslim mengakui perang ini.

“Wahai muslimin dimana saja, belum datangkah waktunya pada kalian untuk menyadari kebenaran dari permusuhan ini yaitu antara kekufuran dan keimanan? Lihatlah di front yang mana para penguasa di negeri kalian berpihak. Belum datangkah waktunya wahai Ahlus-Sunnah bagi kalian untuk mengetahui bahwa kalianlah target mereka? Perang ini hanyalah melawan kalian dan agama kalian. Belumkah tiba waktunya bagi kalian untuk kembali pada agama kalian dan jihad kalian dan dengannya akan mengembalikan kemuliaan kalian, kehormatan, hak-hak, dan kepemimpinan? Belum tibakah waktunya bagi kalian untuk menyadari bahwa tidak ada kekuatan tidak juga kehormatan tidak juga keamanan tidak juga hak-hak untuk kalian kecuali di bawah naungan Khilafah?”

Beliau juga memperlihatkan bagaimana perjanjian antara Rafidah dengan murtaddin sekutu “Sunni” ketika mereka tidak lagi berguna bagi Rafidah. Beliau berkata,

“Ya Ahlus-Sunnah di Iraq, carilah perlindungan –sesudah Allah- kepada Daulah Islam.
Apa yang kalian tunggu setelah kebenaran semakin jelas dari sebelumnya dan setelah Rafidah membongkar kenyataannya? Inilah mereka hari ini menyembelih setiap Ahlus sunnah di Baghdad dan di tempat lainnya. Tak seorangpun selamat dari mereka, bahkan sekutu mereka, para pendukung, para penolong mereka, pengikut mereka, dan anjing-anjing dari para murtaddin mantan ahlussunnah, di Shahawat, tentara, polisi, dan di tempat-tempat lainnya lagi, para ulama buruk membuat bingung mengaburkan implementasi hukum Allah di wilayah Daulah Islam. Mereka menjadi gelandangan, terhina, takut, dan penuh kekhawatiran akan kekejaman Rafidah, sebaliknya muslim yang tinggal di Daulah Islam hidup dengan kekuatan dan kehormatan, aman dengan karunia Allah, hidup dengan nyaman, menjalankan urusan-urusan bisnis mereka, mata pencaharian dan perdagangan, menikmati rahmat hidup dibawah pemerintahan hukum Allah, dan segala puji dan rahmat adalah milik Allah. Karena itu wahai muslimin, carilah perlindungan –sesudah pada Allah- pada Daulah Islam”.


Khalifah juga mengingatkan kemungkinan penyerangan ke wilayah Daulah Islam di Sham dan Iraq.

“Bersabarlah dan teguhlah, dan berhati-hatilah pada musuh-musuh Allah yang bergerak, berderap, dan meningkat, dan mengancam rakyat Mosul. Kita yakin bahwa pergerakan mereka akan mengarah ke Raqqah dan Halab sebelum Mosul. Jadi berhati-hatilah”.


Akhirnya, beliau menjelaskan kelemahan para salibis modern yang terus tumbuh.

“Wahai tentara Daulah Islam, teguhlah, karena kalian diatas kebenaran. Carilah pertolongan melalui kesabaran, karena kemenangan datang dengan kesabaran dan kemenangan bagi orang-orang yang bersabar. Bersabarlah, karena para salibis sedang menuju kematian mereka, Rafidah sedang terhuyung-huyung, dan Yahudi sedang tenggelam dalam ketakutan. Musuh kalian telah menjadi lemah dan lebih lemah dari hari kemarin –dengan rahmat Allah- dan terus melemah dan melemah, segala puji bagi Allah”.



No comments:

Post a Comment