DARI “JIHAD” MENJADI FASAD
DARI ‘JIHAD’ MENJADI RUSAK
Diterjemahkan dari artikel
berjudul “From ‘Jihad’ to Fasad” pada majalah Dabiq #11
Alih Bahasa: Usdul Wagha
Ibrahim at-Taymi rahimahullah
(Wafat 92 H) mengatakan;
“Siapakah yang aman dari fitnah setelah Khalilullah
Ibrahim ‘alaihis-salam berdoa; Wahai Rabb kami {Jagalah aku dan anak-anakku
dari menyembah berhala} [Ibrahim: 35]” [Diriwayatkan oleh at-Tabari di dalam
tafsirnya].
Ummu Salamah radhiyallahu anha
pernah ditanya; “Doa apakah yang paling sering diulang oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau bersamamu?” dia menjawab, “Doa yang
paling sering beliau ulang-ulang adalah ‘Wahai Yang Maha Membolak-balikkan
hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’”. Dia berkata bahwa dia bertanya
kepada beliau; “Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca doa ‘Wahai
Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu’? Beliau
menjawa; “Wahai Ummu Salamah, tidaklah seorang Bani Adam kecuali hatinya berada
di antara dua jemari Ar-Rahman. Jika Dia berkehendak maka Dia akan
meluruskannya dan jika Dia berkehendak Dia akan membengkokkannya”. [Hasan:
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi].
Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah
berkata;
“Aku telah bertemu tiga puluh shahabat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, semua dari mereka khawatir akan kemunafikan menimpa diri mereka
sendiri” [Dinukil oleh al-Bukhari di dalam Shahih-nya].
Umar radhiyallahu anhu berkata;
“Kami hampir saja menjadi kufur dalam satu pagi jika saja Allah tidak
menyelamatkan kami melalui Abu Bakr as-Siddiq radhiyallahu anhu” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Battah di dalam Al-Ibanah al-Kubra].
Ini gerangan sikap salaf.
Kemudian datanglah generasi setelahnya yang terjangkiti penyakit Irja’ hingga
ke titik di mana mereka berani mengklaim bahwa iman mereka adalah sama dengan
imannya Jibril! Mereka tidak takut terhadap sifat kemunafikan kecil, tidak
pernah khawatir terhadap kemunafikan besar, apalagi kemurtadan terang-terangan.
Mereka yakin bahwa mereka benar, dan yakin bahwa mereka tulus, sehingga merasa
perbuatan mereka tentu akan diterima, dan setelah itu mereka pasti akan
memiliki akhir yang baik! Semoga Allah melindungi hati kita dan perbuatan kita
dari kemunafikan dan sifat ‘ujub.
Dan, demi klarifikasi, pada kolom
dari lembaran sejarah kita akan menyajikan secara singkat daftar para
militan[1] dan bahkan “Mujahidin” yang jatuh ke dalam kemurtadan secara
terang-terangan entah karena mereka berpihak kepada tentara salib atau para
thaghut melawan Mujahidin atau masuk ke agama parlemen dan presidensi taghut.
Setelah itu, janganlah terkejut jika kemudian melihat berbagai faksi di Syam
atau tempat lain berpihak dengan Sahwah, para thaghut atau tentara salib,
menyerang Daulah Islam.
Afghanistan
Abdul Rasul Sayyaf (mantan kepala
“Persatuan Islam untuk Pembebasan Afghanistan,” sekarang anggota parlemen
taghut), Burhanuddin Rabbani (mantan kepala “Masyarakat Islam Afghanistan,”
meninggal saat menjadi Ketua Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan), dan Ahmad
Shah Massoud (mantan komandan militer, meninggal ketika sebagai komandan “Front
Persatuan Islam”), semuanya adalah mantan para pemimpin faksi-faksi utama yang
berjuang melawan komunis Rusia dan selanjutnya melawan komunis Afghanistan.
Ketiganya berjuang bersama ‘Abdullah ‘Azzam dan sebelumnya sering dipuji
olehnya di dalam pidato dan surat-suratnya. Setelah runtuhnya rezim komunis
Afghanistan, mereka semua secara bersama dengan yang lain mendirikan apa yang disebut
“Negara Islam Afghanistan” pada tahun 1992. “Negara” ini yang kelak membentuk
“Front Persatuan Islam untuk Keselamatan Afghanistan” alias ” Afghanistan
Aliansi Utara ” yang berjuang demi kepentingan tentara salib dan para thaghut,
ini menjadi sangat nyata setelah operasi 11 September yang penuh berkah.
Tajikistan
Abdullo Nuri (mantan kepala ”
Partai Kebangkitan Islam Tajikistan”) berperang melawan komunis Tajikstan. Amir
Khattab Chechnya rahimahullah dirinya datang ke Tajikistan untuk berjihad dan berjuang
bersama berbagai kelompok di sana, termasuk yang bersekutu dengan Nuri.
Kelompok Nuri kemudian menandatangani perjanjian damai dengan komunis murtad.
Partai ini kemudian menjadi anggota utama parlemen taghut, sehingga murtad dari
Islam.
Libya
Abdelhakim Belhadj (Abu ‘Abdillah
as-Shadiq), Abdel Wahab Qaid (Abu Idris al-Libi), Abdel-Hakim al- Hasidi, Sami
Mustafa as-Sa’idi (Abul-Mundzir as-Sa’idi), semua adalah mantan anggota
“Kelompok Pejuang Islam Libya” di mana kepemimpinannya berbasis di Afghanistan
sebelum 11 September dan anggota pejuangnya telah melakukan berbagai operasi di
Libya melawan taghut Gaddafi dan rezim murtadnya. Banyak pemimpin ini pernah
menyertai Syaikh Usamah Ibnu Ladin rahimahullah di Afghanistan. Setelah
runtuhnya Emirat Taliban, para pemimpin “Kelompok Pejuang Libya” ditangkap oleh
tentara salib dan kemudian diserahkan kepada dan boneka tentara salib Gaddafi
lalu dibebaskan. Para mantan pemimpin jihad ini kemudian bergabung dengan
parlemen taghut dan mengambil bagian dalam pemilu syirik setelah bertempur
dalam perang melawan taghut Gaddafi pada tahun “2011.”
Somalia
Sharif Sheikh Ahmed adalah
komandan kepala Persatuan Pengadilan Islam pada “2006.” Selama waktu ini, ia
berperang melawan taghut Transisi Federal Pemerintah Republik Somalia. Setelah
jatuhnya Mogadishu ke tangan tentara salib Afrika dan murtad Somalia, ia melarikan
diri, kemudian kembali ke Somalia, ikut dalam pemilu syirik, dan menjadi
presiden taghut, setelah itu dia mengatur dengan hukum buatan manusia sejak
“2009” hingga “2012.” Dia terus menjadi sekutu tentara salib Amerika.
Iraq
Ali Bapir (mantan kepala
“Kelompok Islam Kurdistan”), Mahmoud al-Mashhadani (mantan shar’ī[2] dan
pemimpin puncak di Ansar al-Islām), Sa’dun al Qadhi Abu Wa’il (mantan kepala
syar’i dari Ansar al-Islām), Muhammad Husain al-Juburi Abu Sajjad (mantan
pemimpin Ansar al-Islām), Amin as-Sab’ Abu Khadijah (mantan kepala “Tentara
Islam”), Abul-Abd dari al-‘Āmiriyyah (mantan komandan “Tentara Islam”), Abu
‘Azzam at-Tamimi (mantan pemimpin “Tentara Islam”), Muhammad Abu Hardan Sa’id
(mantan kepala “Tentara Mujahidin”), dan Haqqi Ismail ash-Shūrtānī (mantan
komandan “Tentara Mujahidin”). Para pemimpin ini mengambil bagian dalam jihad
di Irak. Ali Bapir mengambil bagian dalam jihad melawan taghut Saddam dan
murtad Peshmerga sebelum invasi Amerika ke Irak. Di saat invasi Amerika
dimulai, ia bekerja sama dengan Peshmerga yang didukung tentara salib guna
melawan Mujahidin di Kurdistan dan kemudian bergabung dengan parlemen taghut.
Tokoh-tokoh lainnya semua mengambil bagian dalam jihad melawan tentara salib
Amerika hingga beberapa dari mereka berakhir di penjara tentara salib dan
membentuk kesepakatan dengan Amerika untuk menghentikan perang melawan tentara
salib dan hanya berperang melawan “Khawarij.” Mereka kemudian dibebaskan dan
meyakinkan berbagai kelompok mereka dan bawahan mereka untuk ikut serta dalam
pengkhianatan.[3] Ini adalah Sahwah Irak pertama yang terang-terangan keluar
dari al-Qa’idah dan bahkan Dhawāhirī sendiri memperingatkan terhadap mereka
pada beberapa kesempatan sebelum Dhawāhirī sendiri menjadi pion di tangan
Sahwah Suriah.
Mesir
Mohamed Abu Samra, Kamal Habib,
Nabil Nu’aim, Karam Zuhdi, Abbud al-Zumar, Tarek al-Zumar, Najih Ibrahim,
Usamah Hafidh, ‘Asim ‘Abdil-Majid, ‘Isam Dirbālah, ‘Abdul-Akhir al-Ghunaymī,
dan Usamah Rushdi semuanya adalah mantan pemimpin dari ” Kelompok Islam Mesir ”
atau ” kelompok Jihad Mesir.” Kedua kelompok ini telah melakukan jihad terhadap
taghut dan tentara murtad Mesir. Semua pemimpin ini meninggalkan keyakinan
mereka yang dulu dan ikut ambil bagian dalam pemilu Mesir setelah jatuhnya
taghut Mubarak dengan membentuk dan mendukung partai politik termasuk “Partai
Pembangunan dan Pengembangan” yang menjadi lengan politik dari “Kelompok Islam
Mesir,” “Partai Islam” (“Partai Perdamaian dan Pembangunan”), ” Partai Jihad
Demokrat” serta yang lain …
Chechnya
Akhmad Kadyrov, Ramzan Kadyrov,
Akhmed Zakayev, Ilyas Akhmadov, Sulim Yamadayev, Ruslan Yamadayev, dan
Dzhabrail Yamadayev semua mantan nasionalis, pemimpin militan yang berjuang
dalam Perang Chechnya Pertama melawan tentara salib Rusia di mana Amir Khattab
dan Shamil Basayev rahimahumallah juga berperang. Akhmed Zakayev dan Ilyas
Akhmadov kemudian didukung tentara salib Barat di dalam media melawan
Mujahidin. Sedangkan yang lain semuanya secara militer adalah satu pihak dengan
tentara salib Rusia melawan mujahidin pada Perang Chechnya II. Mereka pada
dasarnya adalah Sahwah Chechnya.
Palestina
Berbagai pemimpin dan cabang
Hamas sejak bertahun-tahun mengaku akan melakukan “jihad” melawan Yahudi.
Kenyataan menyatakan sebenarnya milisi ini adalah entitas nasionalis yang aktif
mengadopsi demokrasi sebagai sarana perubahan sejak tahun “2005.” Ini termasuk
pemerintahan, presiden, dan pemilu legislatif, ikut ambil bagian dalam
undang-undang dan pelaksanaan hukum buatan manusia. Ideologi demokrasi ini telah
dipropagandakan oleh para pemimpinnya bahkan sebelum tahun “2005” sejak zaman
Ahmed Yassin. Ia pernah ditanya dalam sebuah wawancara, “Orang-orang Palestina
menginginkan negara demokrasi. Mengapa Anda menentang ini?” Dia menjawab, “Saya
juga ingin negara multi-partai demokratis di mana otoritas adalah bagi mereka
yang memenangkan pemilu.” Dia kemudian ditanya, “Jika partai komunis yang
menjadi pemenang pemilu, bagaimana Anda menempatkan posisi Anda?” Dia menjawab,
“Bahkan jika partai komunis yang memenangkan pemilu, saya akan menghormati
keinginan rakyat Palestina.” Dia lalu ditanya, “Jika dari pemilihan menjadi
jelas bahwa rakyat Palestina menginginkan negara demokratis multi-partai,
bagaimana Anda menempatkan posisi Anda saat itu?” Dia menjawab,”Wallahi, kita
adalah bangsa yang memiliki martabat dan hak. Jika rakyat Palestina
mengekspresikan penolakan mereka terhadap negara Islam, maka saya akan
menghormati dan memuliakan keinginan dan kemauan mereka” [Ahmad Yasin,
adz-Dhāhirah al-Mu’jizah – Ahmad Ibnu Yusuf: 116, 118].
KESIMPULAN
Ini adalah sebagian kecil dari
sebuah daftar panjang. Semoga Allah menjaga hati kita di atas tauhid dan
terbebas dari syirik hingga kita berjumpa dengan-Nya sementara Dia ridha
terhada kita. Amin.
[1] Catatan: Beberapa individu
dan kelompok yang akan disebutkan tidak pernah berperang di jalan Allah sejak
awal – mirip dengan kondisi banyak faksi di Syam – namun sebagian orang bodoh
menganggap mereka sebagai “mujahidin” hanya lantara mereka berperang melawan
tentara salib, komunis, dan orang kafir lainnya untuk alasan nasionalis.
[2] Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan orang yang bertanggung jawab atas fatwa, dakwah, dan pengadilan
pada sebuah kelompok.
[3] Ansar al-Islām menolak untuk
ambil bagian dalam Sahwah ini, sehingga Sa’dun dan al-Juburi memisahkan diri
dari kelompok tersebut dan membentuk kelompok mereka sendiri bernama “Ansar
as-Sunnah -. Komite Syar’i”
No comments:
Post a Comment