Oleh: Hanifah
Qomariah - Selasa 12 Zulkaedah 1434 / 17 September 2013 21:48
“Barangsiapa membaca satu huruf
dari Al-Qur’an maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali
lipat.” (HR. Tirmidzi)
SEPERTI yang telah kita ketahui
bersama bahwa perang antara Israel-Palestina (HAMAS) tidak akan ada hentinya
entah sampai kapan. Israel terus menerus
melakukan pembantaian-pembantaian terhadap warga Palestina, entah dengan cara
sadis ataupun menggunakan siasat licik yang lemah lembut.
Perlu diketahui bahwa dari sekian
ribu jiwa korban keganasan perang Israel, 75% diantara mereka adalah anak-anak
dan wanita. Berbagai alasan disampaikan oleh Israel mengenai korban tersebut,
inilah, itulah bahkan sebagian besar alasannya sangat tidak masuk akal sama
sekali dan terkesan mengada-ada. Lebih parahnya lagi Negara-negara dunia seakan
tidak mampu menghentikan ini semua, termasuk negara-negara arab sendiri.
Banyak dari kita yang
mempertanyakan kenapa Israel tega menghabisi nyawa anak-anak Palestina? Ada
yang bilang memang tabiat Israel yang kejam dan biadab, ada juga yang bilang
Israel takut akan pertumbuhan anak-anak Palestina. Karena anak-anak yang
terlahir adalah generasi masa datang yang gemilang. Mungkin pendapat yang kedua
ada benarnya dan masuk akal juga.
Berikut ini akan dijelaskan
mengapa Israel menjadikan anak-anak Palestina sebagai target operasi mereka
selain kelompok HAMAS tentunya.
Pada penyerangan Israel terhadap
Palestina pada Desember 2008 yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan tahun
1429 H, pimpinan HAMAS Ismail Haniyah melantik sekitar 3,500 anak-anak Palestina
yang telah hafal Al-Qur’an. Dan ternyata anak-anak yang sudah hafal 30 juz
Al-Quran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi.
“Jika dalam usia semuda itu
mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi
seperti apa?” Demikian pemikiran yang berkembang di dalam pikiran orang-orang
Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina
menjadi para penghafal Al-Quran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah
oleh Israel, menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Tidak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi tersebut memacu
mereka untuk menjadi para penghafal Al-Quran yang masih begitu belia. Dan pada
saat itu, karena ketakutan Zionis Yahudi, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu
telah syahid.
Itulah sebagian alasan mengapa
HAMAS memberlakukan syarat-syarat yang amat berat untuk menjadi anggota mereka,
diantaranya Hafidz Al-Qur’an dan tidak pernah meninggalkan shalat fardhu
terutama shalat subuh.
Teringat sejarah emas tentang
kejayaan Islam di masa kekhalifahan dahulu. Dan rahasia besar yang perlu
dicatat dalam masa itu adalah umat Islam tidak pernah jauh dengan Al-Quran,
tidak pernah melepaskan hadits Rasulullah saw menjadi pedoman. Seperti dalam sebuah
hadits Rasulullah Saw. pernah bersabda.
“Telah kutinggalkan untuk kalian
dua hal. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, maka kalian tidak akan
pernah sesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya” (HR. Malik).
Perang panjang dengan Yahudi akan
berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang
Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Apa yang telah dilakukan pemerintah
Indonesia untuk membina generasi penerus bangsa?
Belajarlah dari Palestina,
walaupun mereka dikurung oleh penjajahan Zionis, nyawa mereka terancam setiap
saat, setiap menit bahkan setiap detik, tapi itu semua tidak menyurutkan niat
mereka untuk dekat dengan Sang Khalik dan mendalami lebih dalam dan lebih jauh
tentang Agama Islam.
Israel memang unggul dalam segi
jumlah pasukan dan perlengkapan tempur yang berteknologi paling tinggi. Tapi
rakyat Palestina memiliki semangat juang yang tinggi, mereka berani mati demi
kebebasan mereka, anak cucu mereka. Mendapat syahid dengan janji bertemu Rabb
dengan leluasa tanpa tabir apapun. [hf/islampos/kazuki011.wp]
No comments:
Post a Comment