KETIKA KITA KEHILANGAN ‘IZZAH
Oleh:Abu Usamah
JR
Editing:
Millahibrahim Team
Rasulullah
sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
إذ تبا يعتم با
لعينة وأخذ
تم آن
ال البقر
ورضيتم با
لزرع وتركتم
الجهاد سلط
الله عليكم
ذلا لاينزعه
حتى ترجعوا
إلي دينكم
“Jika kalian telah berjual beli dengan ‘ienah, mengikuti ekor
sapi, puas dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan
kehinaan kepada kalian, dan kehinaan itu tidak akan dicabut dari kalian
sehingga kalian kembali kepada agama kalian”. (HR Abu Daud, Ahmad, al Baihaqi
dan At Thabrani, dinyatakan shahih oleh Al-Albani).
Apakah keadaan
yang digambarkan oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu kini telah terjadi?
Ya, bahkan sedang terjadi di tengah mayoritas umat Islam hari ini. Hilangnya
tanah air kaum muslimin sebab dikuasai oleh orang-orang kafir, lenyapnya hukum
Islam dari kehidupan umat ini, dilarangnya umat Islam melaksanakan syariat,
dinajisinya tanah suci umat Islam sampai kepada pembantaian kaum muslimin di
banyak belahan dunia oleh kaum kafirin, adalah sebagian fakta bahwa keadaan
yang digambarkan Rasulullah sudah dan sedang terjadi.
Tidaklah itu
semua terjadi melainkan sebagai hukuman dari Allah kepada umat ini disebabkan
mereka telah mencampakkan syariat yang paling agung di dalam Islam, yaitu jihad
fie sabilillah. Sebagian besar dari umat ini bukan hanya meninggalkan kewajiban
jihad, bahkan sekedar membicarakannya saja mereka alergi. Yang lebih parah dari
hal ini adalah menganggap bahwa jihad dalam arti perang sudah tidak relevan
lagi pada zaman ini. Hal tersebut disebabkan karena keberhasilan dari dakwah
para da’i yang menyeru manusia kepada pintu-pintu jahannam. Para
da’i setan yang sebagiannya sering nampang di tv telah memutar lisan mereka
untuk memalingkan makna jihad dari arti sebenarnya secara syar’i.
Keadaan
demikian hampir merata terjadi di tengah kaum muslimin di setiap tempat di
penjuru dunia.Dimana ulama yang ada adalah seburuk-buruk makhluk yang ada di
kolong langit. Sementara itu umat yang ada mayoritas adalah para pengekor yang
secara membabi buta mengikuti para ulama bayaran. Makna jihad yang telah
diselewengkan maknanya oleh para ulama bayaran telah menambah subur penyakit al
wahn menjangkit di tengah umat. Akibatnya umat lebih memilih melakukan hal-hal
mubah yang bersifat duniawi dan cabang-cabang agama yang ringan yang oleh ulama
mereka telah diberi label sebagai jihad di jalan Allah.
Bukankah sesuatu
yang tidak asing kita mendengar, ada da’i yang menyebut termasuk amal jihad
adalah menuntut ilmu, mencari nafkah untuk keluarga, menyantuni anak yatim dan
fakir miskin, membangun jembatan dan jalan serta mengajarkan ilmu. Bahkan yang
lebih konyol adalah, ada seorang da’i dalam ceramahnya di televisi menyebutkan
bahwa membuang sampah pada tempatnya termasuk jihad. Akibat dari lisan-lisan
busuk para ulama suu’ inilah sebagian umat tidak lagi mengenal bahwa jihad
adalah berperang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah dan seluruh
usaha untuk itu.
Keadaan seperti
di atas juga terjadi di sebuah negeri dengan penduduk mayoritas muslim bernama Indonesia .
Seluruh nestapa, kehinaan, hilangnya harga diri, pengusiran, pelecehan syariat
sampai pembantaian terhadap umat Islam terjadi di negeri yang katanya
penduduknya mayoritas beragama Islam. Bahkan kehinaan yang menimpa umat Islam
di negeri ini ada yang hampir-hampir tidak terjadi di negeri yang mayoritas
berpenduduk kafir. Dan yang lebih miris, hal tersebut telah terjadi dari sejak
negeri ini dikuasai oleh penjajah nasrani belanda. Dan kini umat Islam negeri
ini mengalami penjajahan untuk yang kesekian kalinya. Bukan dari bangsa kristen
Eropa, tapi oleh bangsa yang memiliki kulit dan bahasa yang serupa dengan
mereka. Namun penjajah ini tidak kalah dzolim dan bengis daripada penjajah
berkulit bule dari Eropa.
Penjajah
tersebut melakukan pembodohan terhadap umat Islam di negeri ini tentang ajaran
Islam salah satunya melalui para ulama bayaran. Akibatnya umat ini tidak pernah
merasa terjajah ketika kebebasannya melaksanakan syariat dibelenggu dan
dibatasi. Mereka juga tidak keberatan ketika harus menerima ajaran kekafiran
semacam demokrasi untuk mengatur kehidupannya. Bahkan mereka tidak tersinggung
ketika harga dirinya sebagai seorang muslim disejajarkan dengan orang-orang
kafir yang oleh Allah disebut lebih hina dari binatang ternak, sebagaimana
firmanNya, ” Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah
ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”. (QS Al
Anfal:55).
Untuk
mengeksiskan kekuasaannya, para thoghut penjajah tersebut membungkam para da’i
yang jujur dan memberi kebebasan kepada penyeru kesesatan. Dakwah yang menyeru
kepada tauhid disebut hasutan dan ajaran radikal. I’dad dan jihad yang
merupakan syariat Islam disebut sebagai kejahatan yang tidak diajarkan oleh
islam. Namun demikian keadaan umat islam di negeri ini terus terlena dengan
keadaan demikian. Mereka tidak juga mengerti bahwa mereka tengah hidup dibawah kekuasaan
fir’aun modern yang digelari ulil amri oleh kalangan murjiah dan ulama su’.
Maka kehinaan terus meliputi umat ini hingga kini tanpa mereka sadari bahwa
mereka dihinakan. Inilah hasil dari makar sukses para penjajah (penguasa
thoghut) di negeri ini, dengan melakukan seperti yang Allah firmankan, “Dan
orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya
kamu dapat mengalahkan mereka”.(QS Fussilat:26).
Thoghut negeri
ini menghalangi kaum muslimin untuk mendapatkan pengajaran Islam yang benar,
dan hanya membolehkan ajaran islam yang sesuai dengan ideologi kafir mereka.
Bahkan sekedar mendapatkan informasi yang benar tentang umat Islam di belahan
dunia lain dihalangi oleh penjajah berkulit sawo matang tersebut. Dan ulama
bayaran penjajah menyebutkan bahwa menyebarkan berita tentang perjuangan umat
Islam adalah kejahatan yang lebih berbahaya daripada menyebarkan perbuatan
cabul dan mesum.
Kolaborasi
antara ulama suu’ dengan majikannya dari kalangan penguasa thoghut dan penjajah
melahirkan kedzaliman-kedzaliman yang diderita oleh umat Islam di negeri ini.
Anda tidak akan mendapatkan hal-hal dibawah ini kecuali di Indonesia, negeri
yang penduduknya konon mayoritas beragama Islam,
Hanya di
Indonesia ada pembantaian terhadap umat Islam oleh kaum minoritas kristen yang
hingga kini aktor intelektualnya tidak bisa ditangkap dan motifnya tidak bisa
diungkap. Inilah yang terjadi di Ambon pada
tahun 1999 yang dikenal dengan peristiwa Iedul fitri berdarah. Dan ini juga
yang terjadi di Tobelo maluku utara dalam peristiwa pembantaian terhadap
jama’ah sholat jum’at pada tahun 1999. Dan setelah itu semua terjadi, umat ini
mema’afkannya kemudian melupakannya. Dan para ulamanya menyerukan perdamaian
dengan para pembantai kaum muslimin tersebut dengan alasan Islam agama rahmat.
Hanya di
Indonesia ada penyerangan terhadap umat Islam di komplek pesantren yang memakan
korban ratusan orang dari anak-anak, wanita, orang dewasa dan orang tua yang
dilakukan oleh sebuah pasukan besar dan terlatih, tapi pelaku yang ditangkap
dan dihukum hanya empat orang. Ini yang terjadi ketika pesantren walisongo di
kilo 9 Kabupaten Poso diserang oleh pasukan salib kelelawar hitam pimpinan
Fabianus Tibo. Dan hanya di Indonesia
ketika mereka yang keluarganya menjadi korban pembantaian melakukan pembalasan
terhadap pelaku pembantaian, lantas yang membalas tersebut disebut teroris.
Hanya di
Indonesia ada ratusan rumah kaum muslimin dibakar oleh massa kristen tapi hingga kini tidak pernah
ditangkap aktor intelektualnya dan pasukan penyerangnya. Inilah yang terjadi di
Ambon pada tanggal 11 september 2011, dan
rumah yang dibakar berada di kampung waringin.
Hanya di
Indonesia jama’ah sholat Iedul fitri diserang oleh massa kristen yang dipimpin oleh pendeta,
masjid dibakar, puluhan rumah dan kios milik kaum muslimin juga dibakar, tapi
para penyerang yang terluka dirawat di rumah sakit, dikunjungi dan disantuni
oleh menteri dan gubernur. Setelah itu aktor penyerangan diundang ke istana dan
menjadi tamu kehormatan. Dan juga hanya di indonesia yang kemudian korban
penyerangan meminta ma’af kepada para pelaku, lantas para ulama menghimbau umat
Islam untuk tidak terpancing dan menyebut bukan konflik sara tapi salah paham.
Dan kemudian kita melupakannya seakan tidak pernah terjadi. Itulah peristiwa
penyerangan jama’ah sholat iedul fitri pada 17 juli 2015 di Tolikara, Papua
oleh massa
kristen GIDI (Gereja Injil Di Indonesia ) yang dipimpin oleh pendeta Martin
Jingga.
Hanya di Indonesia
kaum muslimin dilarang mengibarkan bendera tauhid, bahkan diperintahkan untuk
dibakar, tapi kaum muslimin dipaksa mengecat rumahnya dengan gambar bendera israel
dan jika tidak melakukan akan didenda (terjadi di Tolikara, papua). Dan hanya
di indonesia orang akan
ditangkap karena memakai kaos bertuliskan tauhid,tapi orang yang memakai
bendera komunis (di jawa timur) dan kaos bergambar bendera israel (di ambon dan papua ) akan
dibiarkan.
Dan hanya di indonesia
adzan dikumandangkan pada perayaan natal, lalu umat ini memakluminya dan bangga
sebagai sikap toleransi.
Hanya di indonesia
sampul Al-Qur’an dijadikan terompet tahun baru dan umat ini tidak marah karena
diperintahkan oleh ulamanya agar tidak terpancing. Kemudian kita pun
mema’afkan, melupakan dan memakluminya, karena katanya Islam agama pema’af dan
agama rahmat.
Hanya di indonesia
ada sajadah yang biasa dijadikan alas untuk sholat menjadi alas penari bali
yang memamerkan aurat. Dan kembali kita mema’afkan dan memakluminya, sebab kata
ustadz itu cuma simbol dan umat Islam tidak boleh marah karena Islam
memerintahkan kita menjadi pema’af.
Dan hanya di indonesia ada orang boleh melagukan bacaan ayat
Al-Qur’an dengan gaya
yang asing dan tidak nyaman di telinga, lantas kita memakluminya dan para
ulamanya mencari pembenaran akan hal tersebut. Lantas kita tidak
mempermasalahkannya, kemudian kembali melupakannya.
Itulah sedikit
fakta dihinakannya kaum muslimin di negeri ini padahal mereka mayoritas. Kenapa
hal tersebut terjadi?
Bersambung
No comments:
Post a Comment