Selasa, Februari 10,
Membaca lembaran sejarah penakhlukkan
kaum muslim mendakwahkan Islam dibelahan dunia membuat mata selalu
berkaca-kaca. Bagaimana tidak? Sebuah keberhasilan dikarenakan keimanan selalu
mengiringi derapnya langkah para panglima perang beserta seluruh mujahid atau
pasukan perang.
Melangkahkan kaki karena sebuah
kesadaran akan keimanan pada Allah dan RasulNya. Melalui Khalifah, perintah
untuk mendakwahkan Islam mereka jalankan. Mengindahkan penakhlukkan dengan
tingginya ketaatan. Menjagai langkah hingga tak sedikitpun menyalahi syari'at.
Begitulah kiranya saat memperhatikan
pasukan Muhammad bin Abi Amir saat membawa kemenangan atas pertempuran
menghadapi pasukan Leon dari Kerajaan Leon.
Mereka para pejuang Islam akan selalu
tercatat oleh malaikatNya. Perjuangannya kita saksikan dari lembaran para
sejarawan mengkisahkannya. Meriwayatkan hingga sampailah pada kita.
"Al
Hajib Al Manshur" adalah sebuah gelar yang digunakan oleh
Muhammad bin Abi Amir pada tahun 371 H saat keberhasilan menakhlukkan
pembangkangan Ghalin An Nashiri, kekalahan pasukan Leon, lalu kekalahan pasukan
Kristen yang bersekutu hingga keberhasilan sampai ke pintu gerbang Leon. Sejak
saat itulah gelar "Al Hajib Al
Manshur" dikenal dan dinisbatkan padanya. Dimasa inilah, kejayaan
Andalusia diwarnai kegemilangan yang selalu dikawal oleh para pemimpin-pemimpin
yang Agung. Persis, seperti para khalifah sebelum-sebelumnya.
Ada sebuah riwayat yang membanggakan
bagi kaum muslim keseluruhan ketika melihat perjalanan kehidupan "Al Manshur" ini.
Lembaran-lembaran jihad pada masa kekhilafahan Islam dikisahkan rapih oleh
"Ibnu Adzari" dalam kitab "al
bayan al Mughrib". Tentang pengiriman sebuah pasukan besar untuk
menyelamatkan tiga wanita muslimah. Perempuan didalam Islam laksana mutiara
yang selalu dilindungi oleh cangkangnya. Tak mudah mendapatkannya, apalagi
kemuliannya selalu dijaga. Begitulah tepatnya disaat Islam memimpin dunia.
Dikisahkan tentang Al Hajib Al
Manshur dalam perjalanan perangnya, bahwa ia pernah menggerakkan sebuah pasukan
utuh untuk menyelamatkan tiga orang wanita muslimah yang menjadi tawanan di
Kerajaan Navarre. Itu karena antara dirinya dan kerajaan Navarre terikat
perjanjian di mana mereka harus membayar jizyah. Salah satu persyaratan dalam
perjanjian itu adalah mereka tidak dibenarkan menawan seorang pun dari kaum
muslimin atau menahan mereka di kerajaan mereka.
Suatu ketika, seorang utusan Al Hajib
Al Manshur pergi ke kerajaan Navarre. Di sana, setelah ia menyampaikan surat
kepada raja Navarre, mereka mengajaknya perjalanan keliling. Dalam perjalanan
itu, ia menemukan tiga orang wanita muslimah dalam salah satu gereja mereka.
Utusan ini merasa keheranan, lalu ia bertanya tentang mengapa mereka berada
disitu. Wanita itupun menjawab bahwa mereka adalah tawanan di tempat itu.
Di sini, utusan Al Manshur itupun
marah besar. Ia segera kembali menemui Al Hajib Al Manshur dan menyampaikan
kasus itu. Maka, Al Manshur pun segera mengirimkan sebuah pasukan besar untuk
menyelamatkan para wanita itu. Ketika pasukan itu tiba di Kejaraan Navarre,
raja Navarre sangat terkejut dan mengatakan, "Kami tidak tahu apa kalian
datang, padahal antara kami dengan kalian ada perjanjian untuk tidak saling
menyerang. Lagi pula, kami tetap membayar “jizyah,,,"
Maka pasukan kaum muslimin menjawab, "Sungguh
kalian telah menyelisihi perjanjian kalian!
Kalian
telah menahan beberapa tawanan wanita muslimah!"
Pihak Navarre menjawab, "Kami sama
sekali tidak mengetahui hal tersebut." Maka utusan tadi pergi ke
gereja dan mengeluarkan ketiga wanita tersebut. Melihat itu, Raja Navarre
mengatakan, "Para wanita itu telah
ditawan oleh seorang prajurit dan prajurit yang bersangkutan telah diberikan hukuman."
Lalu Raja Navarre mengirimkan surat kepada Al Hajib Al Manshur menyampaikan
permohonan maaf sebesar-besarnya, dan menyampaikan bahwa ia akan menghancurkan
gereja tersebut. Al Hajib Al Manshur pun kembali ke negerinya dengan membawa
ketiga wanita itu.
Subhanallah, Subhanallah!
Sungguh tiada kemulian yang didapat
seorang perempuan kecuali adanya institusi yang menjagainya yakni Islam. Betapa
banyak perempuan di masa ini yang tengah dinodai kemuliaannya? Betapa banyak
perempuan muslimah diluar sana tengah terancam kehormatannya? Bahkan, mereka
berkali-kali meminta bantuan, "Dimana
umat muslim?" "Dimana umat
muslim?" Lantas apa yang tengah pemimpin negeri muslim lakukan?
Sungguh mereka tak sedikitpun bergerak. Melakukan pembelaan pun tidak, apalagi
mengirimkan pasukan untuk menyelamatkan.
“Ya
Allah,, kami rindu Khilafah. Rindu Islam menjaga kemuliaan setiap umat yang
ternaungi oleh pemimpin yang taat akan perintahMu.”
Sumber: “ Bangkit dan Runtuhnya
Khilafah Andalusia”
Rizka K. Rahmawati
Divisi Intelektual BEM J Sejarah dan
Kebudayaan Islam
UIN Sunan Kalijaga
[www.al-khilafah.org]
No comments:
Post a Comment