Dalam Al-Quran dinukilkan di sana
sepotong ayat daripada surah At Taubah ayat 100 tentang Sahabat Nabi yang berhijrah
untuk mendapatkan keredhaan Allah s.w.t. itu.
Ayat tersebut memang membicarakan
keutamaan Sahabat Muhajirin dan Anshar serta yang mengikuti mereka dengan baik
kemudian hari.
“Orang-orang terdahulu lagi yang
pertama-tama dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah redha pada mereka dan merekapun redha kepada Allah.
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya itulah kemenangan yang besar”
(Al-Quran, surah At- Taubah : 100)
Muhajirin dalam ayat ini adalah
mereka yang berhijrah dengan mengharap redha Allah dan bukan kerana perkara
lain. Anshar dalam ayat ini adalah mereka dari kalangan kaum Anshar yang dengan
redha menyambut Nabi s.a.w. bukan sebagian kaum Anshar yang munafik. Sering
kaum awam mengertikan bahwa muhajirin dan anshar dalam ayat ini adalah mutlak
untuk semua mereka. Hal ini jelas tidak diterima, para sahabat sendiri mengakui
ada orang munafik diantara kaum Anshar maka apakah mereka juga termasuk dalam
ayat ini. Sudah jelas tidak.
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan
kepada kami Aswad bin Amir yang berkata telah menceritakan kepada kami Israil
dari Al A’masy dari Abi Shalih dari Abu Sa’id Al Khudri yang berkata:
“Sesungguhnya kami mengenal
orang-orang munafik dari kalangan Anshar melalui kebencian mereka terhadap Ali”
[Fadhail Shahabah no 979 dengan sanad shahih]
Begitu juga ternyata ada diantara kaum Muhajirin yang berhijrah bukan kerana Allah s.w.t. dan RasulNya melainkan demi kepentingan dunia.
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin ‘Aliy As Shaigh yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id
bin Manshur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari
A’masy dari Syaqiq yang berkata ‘Abdullah berkata:
“Siapa yang berhijrah demi mendapatkan sesuatu maka itulah yang ada
untuknya. Ia berkata: “Seorang laki-laki hijrah demi menikahi seorang wanita iaitu
Ummu Qais maka kami menamakannya Muhajir Ummu Qais” [Mu’jam Al Kabir Ath
Thabraniy 9/103 no 8540]
Riwayat Thabrani sanadnya shahih
diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. Syaikh Thabrani Muhammad bin ‘Ali Ash
Shaaigh adalah seorang imam yang tsiqat.
Muhammad bin Ali Ash Shaaigh
adalah muhaddis imam yang tsiqat sebagaimana disebutkan Adz Dzahabi [As Siyar
13/428 no 212]
Sa’id bin Manshur adalah perawi
kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad berkata: “Termasuk
orang yang memiliki keutamaan dan shaduq.” Ibnu Khirasy dan Ibnu Numair
menyatakan tsiqat. Abu Hatim menyatakan tsiqat dan termasuk orang yang mutqin
dan tsabit. Ibnu Hibban memasukkan dalam Ats Tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat tsabit.” Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaih” [At Tahdzib juz
4 no 148]
Abu Muawiyah Ad Dharir yaitu
Muhammad bin Khazim At Tamimi seorang perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat
[At Taqrib 2/70].
Sulaiman bin Mihran Al A’masy
perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit.” Ibnu Ma’in berkata “tsiqat.” Ibnu Hibban memasukkannya
dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai
mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih
[Thabaqat Al Mudallisin no 55]. Riwayat ‘an anahnya dari para syaikhnya seperti
Ibrahim, Abu Wail dan Abu Shalih dianggap muttashil [bersambung] seperti yang
dikatakan Adz Dzahabi [Mizan Al Itidal 2/224 no 3517].
Syaqiq bin Salamah Abu Wa’il Al
Kufiy adalah Mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Waki’,
Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 619].
Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At
Taqrib 1/421]
Ummu Qais termasuk dalam golongan
muhajirin awal maka laki-laki yang menyusulnya hijrah dengan berniat menikahi
Ummu Qais juga termasuk dalam muhajirin awal.
Telah menceritakan kepada kami
Abul Yaman yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri
yang berkata telah mengabarkan kepadaku Ubaidillah bin ‘Abdullah bahwa Ummu
Qais binti Mihshan Al Asadiyyah singa khuzaimah ia termasuk muhajirin awal dan
berbaiat kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Shahih Bukhari 7/127 no
5715]
Setiap amal perbuatan tergantung
pada niatnya, jika niatnya kerana Allah s.w.t. dan RasulNya maka ia akan
mendapatkan keutamaan tetapi jika niatnya demi menikahi wanita atau dunia maka
baginya adalah apa yang ia niatkan sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa’id yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahab
yang berkata aku mendengar Yahya bin Sa’id yang mengatakan telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin Ibrahim bahwa ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqaash Al
Laitsiy yang mengatakan aku mendengar Umar bin Khaththab radiallahu ‘anhu
berkata aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang
mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah
karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya barang
siapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin
dinikahi maka hijrahnya sekedar mendapatkan apa yang ia niatkan atasnya.”
[Shahih Bukhari 8/140 no 6689]
Maka jelas kepada kita bahawa Muhajirin
dan Anshar menazarkan diri mereka dengan bersungguh-sungguh kepada Ad-Deen dan
RasulNya.
No comments:
Post a Comment