Katakan padaku wahai Ahli dzikir pagi dan sore, apalah
artinya rudal-rudal nuklir, senjata-senjata kimia, dan gas-gas beracun mereka
dihadapan sebuah untaian kalimat yang menakjubkan, sebuah kalimat yang – demi
Alloh – mampu meluluh lantakkan kekuatan senjata apapun, keagungannya mampu
melenyapkan kecerdikan segala bidikan dan perencanaan. Di hadapannya semua
desingan peluru orang-orang kafir terpatahkan. Ringan diucapkan namun
bermanfaat bagi manusia: “Bismillahilladzi laa yadhurru ma’a ismihi syai’un fil
ardhi wa laa fis samaa’I wa huwas Samii’ul Alim”, yang mengerti keagungan
kalimat ini hanyalah orang yang kontinyu mengucapkannya setiap pagi dan sore.
Ini satu kalimat saja dari cahaya kenabian, mampu
melindungimu dari serangan mematikan rudal-rudal. Lalu bagaimana dengan orang
yang tak hentinya melantunkan dzikir-dzikir pagi dan sore.
Musuh-musuh kita mengira jika suatu musibah menimpa kami
maka kami akan berucap: “Seandainya kita
dulu begini, tentu begini….”
Mari wahai para pemuda generasi Muhammad bin Abdulloh….
Tunjukkan praktek nyata kepada mereka, bukan kata-kata, mengenai
firman Alloh Ta’ala: “Katakanlah:
Seandainya kalian berada di rumah-rumah kalian, tentu orang-orang yang sudah
dibariskan terbunuh akan keluar menuju tempat pembaringannya….”
Jelaskan kepada mereka dengan kenyataan, terangkan dengan
indahnya keberanian, tentang makna hadits Nabi kalian: “….Dan ketahuilah, apa
yang menimpamu tidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan meleset
darimu tidak akan menimpamu”. Setelah itu katakan kepada mereka: “Matilah
dengan kedongkolan kalian, kami tidak akan tertimpa selain apa yang sudah
ditulis Alloh untuk kami. Dan sesungguhnya peluru yang disana telah ditulis
akan mengenaimu tidak akan meleset darimu”.
Kemudian, renungkan pada perang apakah persenjataan kaum
muslimin lebih unggul daripada persenjataan orang-orang musyrik? Setelah itu
perhatikan bagaimana hasil yang dicapai dalam perang Hunain!.
Sungguh, aku heran dengan orang-orang yang berfikiran
dangkal yang mengukur jihad kami berdasarkan perhitungan duniawi, dengan uang,
perlengkapan dan persenjataan. Setelah itu ia sebarkan pengaruh-pengaruhnya,
lalu ia hias kebathilan-kebathilannya dengan bahasa simpatik, dengan harapan
ada “telinga tak sehat” yang mau mendengar, atau “pena” yang bisa dibayar.
Orang-orang bodoh itu tidak tahu, bahwa akidah kami ditolong oleh Robb langit.
Jika mereka menakut-nakuti kamu dengan “sampah-sampah” mereka, katakanlah:
Bukankah Alloh telah cukupkan (lindungi) hamba-Nya? Dan mereka menakut-nakutimu
dengan yang lebih rendah dari-Nya….”
Jika mereka berlagak dihadapan kamu, maka ingatlah: “Adapun
buih maka ia akan lenyap sebagai sesuatu yang tidak berguna….”.
Jika engkau merasa ngeri dengan kekuatan senjata,
perlengkapan, informasi, dan tulisan-tulisan yang mereka miliki, maka ingatlah
selalu firman Alloh SWT: “Sesungguhnya orang-orang kafir itu membelanjakan
harta mereka untuk memalingkan dari jalan Alloh, maka mereka akan
membelanjakannya, setelah itu menjadi penyerahan buat mereka, setelah itu
mereka dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu akan dikumpulkan ke neraka
Jahannam”.
Jika pesawat-pesawat mereka berlalu lalang dengan angkuh
sepanjang udara, maka katakan kepada pilotnya, pembuatnya dan orang-orang yang
mengirimnya, katakan kepada mereka semua: “Wahai sekalian jin dan manusia, jika
kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah.
Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Alloh).” Alloh
lebih tinggi dan lebih kuat serangannya daripada jet-jet tempur kalian.
Jika kalian menghadapi mereka secara terbuka lantas jumlah
mereka membuatmu takut, maka bertakbirlah dihadapan mereka sembari mengatakan: “Betapa banyak kelompok yang sedikit mampu
mengalahkan kelompok yang banyak, dengan izin Alloh….”.
Terakhir, jika jerat-jerat syaithon mulai muncul untuk
menimbulkan keraguan pada keyakinan terhadap pertolongan Alloh, segera
pangkaslah semua itu dengan firman Alloh SWT: “Alloh menetapkan: Pasti Ku-menangkan Aku dan Rosul-rosul-Ku….”.
Mereka tidaklah mengerti keislaman kita sebenarnya, maka
tunjukkan kepada mereka akan islam kita. Dan jangan sampai kalian tertipu
kata-kata manis dan ungkapan-ungkapan palsu. Perlihatkan kepada mereka,
siapakah anak cucu Kholid, Mutsanna, Amru dan Musa.
Inilah pertempuran Qodisiyah, tatkala perang sedang
sengitnya berlangsung, kematian menggigit para pahlawan, isteri Sa’ad yang
bernama Salma berteriak – Sa’ad menikahinya setelah mantan suaminya, Mutsanna
meninggal – ia berteriak karena tidak menemukan “Mutsanna” yang bisa mengendalikan tentara dan pasukan kuda untuk
bertahan dihadapan musuh. Ia berseru: “Waa
Mutsannaaah…., duh, sedihnya aku karena Mutsanna, tidak ada Mutsanna lagi hari
ini. Duh, sedihnya aku karena Mutsanna, tidak ada mutsanna lagi bagi kaum
muslimin hari ini. Mereka itu mirip semua, tapi tidak ada seperti Mutsanna
seorangpun buat mereka”.
“Sejarah tak henti
menceritakan kisahnya kepada kita….
Sudah berapa
pembicaraan yang kita riwayatkan dengan teriring kerinduan….
Sudah berapa kisah
yang membuat kami terpesona karena perasaan cinta….
Dan semakin mempesona
kita tatkala kita ulang kembali….
Parit-parit itu, wahai
Baghdad , telah
berubah menjadi nyanyian….
Tanahmu seolah
melantunkan dan pasir sebagai bibirnya….
Dan kuda-kuda Alloh
pun membuatku terpesona pada….
Sebuah pertempuran,
dimana Alloh lah penolongnya….
Ringkikannya di atas
jalan kebenaran menguasai diriku….
Betapa banyak rasa
rindu yang kubuang karenanya….
Inilah Al Mustanna, ia
siram tanah negeri ini dengan darahnya….
Dan kedua matanya yang
langsung menyaksikan berbagai peristiwa….
Ia tidak meminjam mata
lain, atau bibir lain….
Dan kedua telinganya
tidak mau mendengar penyesatan….
Wujudmu yang besar,
wahai Baghdad, dilindungi oleh….
Pedang Al Mutsanna
yang diterangi oleh cahaya kebenaran….
Cahaya diatas matahari
di pagi hari….
Dan cahaya di atas
purnama di sore hari….”.
Semoga Alloh merohmati Musa bin Nashir, sang penakluk
Maghrib dan yang merampungkan penaklukan Spanyol. Bagaimana ia bisa menang,
ketika Kholifah bertanya kepadanya, “Apa
yang kau jadikan pelindung dalam pertempuran dari urusan-urusan musuhmu?”
Musa menjawab, “Tawakkal
dan berdoa kepada Alloh, aku menempati sebuah lembah sembari menghadirkan rasa
takut (kepada Alloh) dan sabar. Aku berlindung dengan pedang dan tameng sembari
memohon kepada Alloh dan berharap kemenangan kepada-Nya”.
Kholifah berkata kepadanya, “Kalau begitu beritahu aku perihal bangsa Romawi?”
Ia berkata, “Mereka
itu singa-singa kandang, lari mundur jika di atas kuda, seperti wanita di atas
kendaraan. Jika melihat kesempatan mereka memanfaatkannya, jika melihat
kemenangan seperti kawanan kambing yang pergi ke gunung-gunung, mereka tidak
melihat kekalahan sebagai aib”.
Benar wahai Musa, tepat sekali perkiraanmu. Engkau
menyebutkan sifat yang betul dan cerita yang benar. dan alangkah mirip antara
malam dan gulita, alangkah mirip antara Amerika dan kaum Romawinya.
Maka demi Alloh, tak mungkin Dia kan menterlantarkan kalian, wahai para
Ghuroba’. Bagaimana mungkin Robb kita akan menterlantarkan orang yang berjuang
meninggikan kalimatNya dan menolong agama-Nya. Demi Alloh, Alloh tak kan menyia-nyiakan
kalian sementara kalian telah keluar dihadapan musuh kalian dan kalian
tinggalkan isteri dan anak-anak kalian. Alloh tidak akan menterlantarkan kalian
karena kalian telah meninggalkan kelezatan, syahwat, keluarga, dan tetangga
kalian, karena keinginan kuat untuk meraih jannah Robb kalian. Alloh tidak akan
menghinakan kalian karena kalian telah keluar berperang dalam rangka mencari
keridhoan Alloh, kalian berdakwah kepada Alloh atas ilmu, memerintahkan yang
ma’ruf, melarang yang munkar, sholat di malam hari dan puasa di siang hari,
kalian sambung tali silaturrahmi dan kalian bela syariat Islam, kalian bela
kemuliaan dan kalian perangi kehinaan. Maka selama kalian berada di atas
kebenaran, bergembiralah. Demi Alloh, Alloh tak kan menghinakan kalian.
Dan kalian pasti akan kalahkan Amerika, demi Alloh, kalian
pasti akan mengalahkan Amerika walau setelah waktu yang lama, sampai nantinya
Amerika berubah seperti “tahi lalat” pada
“pipi” sejarah zaman.
Hiburlah diri kalian dengan sebuah riwayat dalam sejarah
Nabi kalian, bahwa beliau pernah berkata kepada Ka’ab bin Malik: “Robbmu tak pernah lupa pada sebuah bait
syair yang kau ucapkan”.
Ka’ab berkata, “Apa itu?” Rosululloh SAW bersabda,
“Lantunkan wahai Abu Bakar”. Maka Abu Bakar berkata:
“Si dermawan mengira kan
mengalahkan tuhannya….
Pasti tukang mengalahkan itu akan terkalahkan oleh yang maha
menang….”.
Takutlah kepada Alloh akan agama kalian, akan
saudara-saudara dan diri kalian. Takutlah kepada Alloh perihal akidah dan
kehormatan kalian, jangan sampai islam di serang dari arah kalian, sebab perang
dihadapan kalian adalah menentukan, pasukan sekutu kembali datang, musuh begitu
terbakar semangatnya, maka semangat kita harus diasah dan tekad harus
dibangkitkan menuju puncak ketinggian. Jangan sampai kerakusan mereka terhadap
dunia mereka mengalahkan keinginan kuat kalian dalam menjaga agama kalian.
Sesungguhnya kalian berada diantara dua kebaikan: Syahid mendapatkan rezeki
atau kemenangan yang dekat.
Teriakkan dari hati terdalam kalian:
“Dan aku tak kan pernah berdamai
dengan kalian….
Selama aku masih punya
kuda….
Dan jariku masih
memegang pedang dengan erat….
Inilah seruan dari
lubuk hatiku yang paling dalam:
Kepada singa-singa di
Baghdad dan Al Anbaar….
Kepada para pahlawan
di Diyala dan Samarra ….
Dan kepada singa-singa
di Mosul dan Syamal….
Bersiaplah selalu untuk berperang. Tajamkan pendengaran
kalian. Tajamkan penglihatan kalian! Sadarlah selalu terhadap apa yang akan
terjadi di sekeliling kalian. Hendaknya tangan kalian selalu berada pada pelatuk
senapan, sebab dihadapan kalian terhampar sahara yang sepi, malam yang kelam
dan kerusuhan yang sengit. Setelah itu, milik kalianlah kemenangan, dengan izin
Alloh, jika kalian bersabar dan mempertahankan kesabaran. Dan yakinlah dengan
Alloh. Bersabarlah, pertahankan kesabaran kalian, ber ribathlah, dan
bertawakkalah kepada Alloh agar kalian beruntung.
Lihatlah, api sudah mulai menyala di Irak, dan pijar
panasnya akan semakin besar, dengan izin Alloh, sampai pasukan Salib terbakar
di Dabiq.
Bersambung
No comments:
Post a Comment