Wahai umat Islam….
Bukankah bangsa-bangsa mengerumuni kalian layaknya orang
makan mengerumuni nampan makanannya? Lantas, mengapakah ditolak keberadaan
sekelompok mujahidin yang datang dari penjuru dunia, padahal mereka telah
tinggalkan semua, dari yang berharga hingga yang murah, mereka jual nyawa demi
meraih sesuatu yang mahal, untuk menjadi garda depan pelindung kehormatan umat,
sekaligus penghalang yang kuat yang dihadapannya kesombongan dari bualan
Amerika tumbang?
Wahai umat Islam….
Hingga kapan kalian tertipu oleh gema terompet barat dan
antek-anteknya di negeri kita ini? bagaimana bisa kalian mau mendengar para
penghancur keadilan? Keadilan apalagi yang tersisa pada orang yang berlumur
kotoran, mengenakan pakaian tipu daya, dan kelakuannya dipenuhi pengkhianatan?
Umatku, bagaimana bisa kamu masih percaya terhadap kedustaan
jahat mereka terhadap putra-putramu yang telah menggadaikan masa depannya
dengan kondisi saat ini, padahal telah mereka persembahkan nyawanya di bawah
deringan peluru orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan dan menjaga
agamamu?!
Wahai umatku….aku memohon ampun kepada Alloh! Umatku tak
kunjung beranjak dari ranjang wanita pingitan.
Bahkan, wahai orang-orang yang perwira, kapankah kalian akan
berdiri satu barisan, padahal muslimat-muslimat suci di sembelih di hadapan
kalian dan air mani kejahatan bermain-main ke sana ke mari di depan mata kepala kalian, dan
orang-orang kafir yang hina itu menggigit kehormatan kalian lalu ia
bersembunyi?!
Inilah Penjara Abu Ghroib, coba tanyalah ia…. Duh, sedihnya
jiwaku, tatapan-tatapan gamang, hati-hati yang penuh emosi, dan luka yang terus
tergores di setiap hati. Dan orang yang mendengar tidak sama dengan orang yang
melihat langsung.
Wahai orang-orang yang kesatria….
Sampai kapan kalian hanya sekedar tidak bisa tidur dan
mencucurkan air mata, padahal kalian telah dihinakan sedemikian rupa, kalian
hanya berucap: La Haula Wa Laa
Quwwata Illa Billah! Lalu memejamkan mata, seolah semuanya hanya tembakan
tanpa penembak?!
Duh, menyesal sekali, wahai orang-orang yang kesatria….
“Aku masuk menemui
keperwiraan, sementara ia menagis,
Lalu kutanya:
Mengapakah, si pemudi menangis?
Ia menjawab: Bagaimana
aku tidak menangis sementara keluargaku
Semuanya mati di bawah
makhluk-makhluk Alloh…”
Setelah aib memalukan ini, katakan padaku, wahai umatku,
kapankah kamu kibaskan debu kehinaan? Kapan kamu patahkan rantai nestapa? Kapan
kamu lepas belenggu perbudakan? Lantas, kapan kalian pasang pelana kuda-kuda
kemuliaan?
“Umatku, kenistaan
sementara tak henti-hentinya kita ucapkan:
Bahwa kita adalah
putra-putra para pemuka.
Sementara Al Quds
tengelam tercabik-cabik kesedihan
Dan rintihannya
bergema berulang-ulang
Sampai kapan semangat
kita digerogoti hawa nafsu
Dan kita terus
dihancurkan oleh rintihan dan kesedihan?”
Adapun kalian wahai para mujahidin yang terasing….
Demi Alloh, belum pernah jalan-jalan dakwah itu terbentang
dengan taburan bunga ataupun wewangian.
Sungguh, harga ajaran-ajaran dakwah itu besar.
Harga dari memindahkan prinsip kepada dunia nyata adalah
timbunan daging yang terpotong-potong dan banjir darah. Dan tidak ada yang
mampu menyalakan pelita masa depan yang cerah dalam kegelapan ini selain para
mujahidin dan syuhada’.
Alangkah indah kata-kata itu,”Aku telah berhasil (menang), demi Robb Ka’bah.”
Aduhai, indahnya aroma surga, sungguh indah. Akan tetapi,
dimana orang yang jujur kepada Alloh lalu Allohpun membenarkan (kejujuran)nya?
Sungguh lembut lantunan sang Nabi kalian SAW, ditengah
beratnya menempuh perjalanan, ia berujar kepada jarinya yang terluka:
“Kamu hanyalah jari
yang berdarah, dan apa yang kau alami adalah di jalan Alloh.”
Nabi kita itu, wajahnya terluka. Patah gigi gerahamnya, dan
pelindung kepada yang mulia remuk.
Saudara-saudaraku…,
Wahai yang diwajahnya terpancara air muka kebahagiaan, dan
yang singgasananya menyibakkan cahaya kemuliaan….
Sungguh, beruntunglah kalian, demi Alloh.
Sungguh, bahagialah kalian, demi Alloh.
Ikatan unik apakah gerangan yang mengikat hati-hati kalian,
sehingga senyum manis kalian mampu membalikkan roh kehidupan pada hati yang
mati. Hendaknya kalian merasa bahagia dengan kondisi kalian saat ini, yang berbeda
dengan kondisi kebanyakan orang. Maka, waspadalah akan penyakit bosan,
janganlah kalian utamakan keinginan mencari selamat, sebab akibat dari langkah
mundur adalah penyesalan. Naudzubillah.
Percayalah kepadaku jika kukatakan kepada kalian: bahwa aku
tidak pernah menyaksikan orang yang di zalimi memaafkan orang lain akan aniaya
terhadap dirinya, zuhud dan sederhana dalam haknya, selain mujahidin dan jihad
mereka. Meski begitu, kalian tidak akan rugi. Kebathilan memang memiliki
giliran, dan kebenaran akan menang pada waktunya nanti. Intinya adalah sadar
sesaat, setelah itu kesudahan yang baik. Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan
amal usaha kalian.
“Majulah, jangan rela
dengan hidup susah….
Orang yang tidak maju
ke depan tidak akan berhasil meraih kenikmatan.”
Apakah kalian mengira, bahwa jenderal pemegang kendali
Amerika itu lebih baik kondisinya daripada Abu Jahal, ketika ia dibuat “mabuk”
dengan senjata dan perlengkapannya lalu ia bersumpah untuk tidak pulang sebelum
ia tabuh rebana dan ia tenggak arak? Tapi sungguh, ia tidak pulang kecuali
dengan kepala terpenggal dan kekalahan memalukan diselimuti kehinaan.
Sungguh, musuh kita kebingungan bagaimana mencerai beraikan
kekuatan kalian. Akhirnya, tak ada cara lain menurut mereka selain melakukan
teror mental dengan senjata-senjata modern mematikan yang mereka miliki. Para penyembah materi itu tidak mengerti bahwa kekuatan
yang didukung morilnya dari Alloh tidak bisa dibuyarkan oleh badai ataupun
tekhnologi Amerika.
Bersambung
No comments:
Post a Comment