Kandungan Laa ilaaha illallaah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Segala puji hanya milik Allah,
shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga, dan
sahabatnya seluruhnya.
Wa ba’du:
Apa yang dikandung oleh Laa
ilaaha illallaah sebagaimana apa yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Muhammad
Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah yaitu menafikan atau meniadakan empat hal,
maksudnya orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan dikatakan memegang
Laa ilaaha illallaah: dikatakan muslim, mukmin apabila dia meninggalkan atau
menjauhi, atau berlepas diri dari empat hal, yaitu:
- Alihah (Sembahan-sembahan)
- Arbaab (tuhan-tuhan pengatur)
- Andaad (tandingan-tandingan)
- Thaghut
Jadi Laa ilaaha illallaah
menuntut kita untuk berlepas diri, menjauhi, meninggalkan empat hal tadi dan
insya Allah kita akan membahas satu demi satu dari keempat hal tersebut…
Alihah adalah jamak daripada
ilaah, yang artinya tuhan. Jadi Laa ilaaha illallaah ketika kita
mengucapkannya: tidak ada ilaah, tidak ada tuhan yang diibadati kecuali Allah,
berarti menuntut dari kita untuk meninggalkan ilah-ilah selain Allah
(tuhan-tuhan selain Allah) dan yang penting bagi kita di sini adalah memahami
apa makna ilaah. Karena kalau kita melihat realita orang yang melakukan
kemusyrikan pada jaman sekarang, mereka tidak menamakan apa yang mereka ibadati
selain Allah itu sebagai ilah (sebagai tuhan) akan tetapi dengan nama-nama yang
lain. Dan kalau kita memahami makna ilah, maka kita akan mengetahui bahwa apa
yang dilakukan oleh si fulan atau masyarakat fulani itu adalah mempertuhankan
selain Allah.
Ilaah, definisinya adalah: Apa
yang engkau tuju dengan sesuatu hal dalam rangka mencari manfaat atau menolak
bala (bencana).
Kalimat “dengan sesuatu hal”
adalah suatu tindakan atau suatu perbuatan. Dengan contoh:
Contoh 1:
Batu besar (ini adalah sesuatu),
lalu orang datang menuju ke batu besar tersebut dengan sesajian, bisa berbentuk
cerutu, kopi pahit, atau rujak-rujakan, atau apa saja, ataupun bekakak ayam.
Batu ini adalah sesuatu yang dituju oleh orang tersebut dengan suatu hal tadi
(sesajian, cerutu, dll) pasti ada maksudnya, karena tidak mungkin seseorang
menyimpan sesajian-sesajian pada batu besar tersebut dengan tujuan agar dimakan
semut. Tidak… bukan itu maksudnya, akan tetapi maksudnya adalah sebagai bentuk
mencari manfaat atau tolak bala.Adayang minta dijauhkan dari bala (bencana),
karena menurut keyakinannya bahwa pada batu besar itu ada yang menunggunya.
Ketika orang tadi melakukan
tindakan pada batu besar itu dengan persembahan-persembahan tadi dalam rangka
tolak bala atau minta manfaat, berarti batu besar ini adalah ilaah yang
dipertuhankan selain Allah, sehingga pengucapan Laa ilaaha illallaah itu adalah tidak benar… bohong !, dengan kata
lain orang tersebut belum muslim meskipun dia shalat, shaum, zakat, haji, dan
lainnya.
Contoh 2:
Pohon besar, dituju oleh
seseorang atau masyarakat dengan sesuatu hal tadi (sesajian-sesajian). Pasti
ada maksudnya, kalau bukan tolak bala berarti meminta manfaat.
Berarti disini pohon besar itu
adalah dipertuhankan selain Allah dengan kata lain bahwa orang yang
melakukannya itu telah melanggar Laa ilaaha illallaah atau dia belum muslim,
karena seharusnya dia meninggalkan hal itu.
Contoh 3:
Dewi Nyi Roro Kidul… biasanya
orang pantai selatan, mereka datang ke pantai tersebut menuju Nyi Roro Kidul
dengan suatu hal seperti “Pesta Laut”, dengan cara melemparkan makanan-makanan
ke laut untuk persembahan ke Dewi Nyi Roro Kidul, kata mereka ada maksudnya…
apa? yaitu tolak bala atau cari manfaat.
Disini berarti Nyi Roro Kidul itu
adalah ilaah, yang telah dipertuhankan selain Allah. Mereka yang melakukan
pesta laut itu adalah orang-orang musyrik ! bukan orang-orang muslim.
Contoh 4:
Di sebagian masyarakat ada yang
berkeyakinan bahwa Dewi Sri itu adalah Dewi Padi. Petani datang ke sawah dengan
membawa kelapa muda atau rujak-rujakkan atau terkadang tumpeng, lalu disimpan
di pematang sawah. Buat siapa…? Kata mereka buat Dewi Sri.
Dewi Sri adalah sesuatu yang
dituju oleh orang atau oleh petani tersebut dengan suatu hal tadi
(sesajian-sesajian) apa maksudnya…? Kalau bukan tolak bala berarti meminta
manfaat agar panennya berhasil atau supaya tidak adahama, dst. Berarti Dewi Sri
ini telah dipertuhankan selain Allah, dan berarti orang-orang tersebut telah
melanggar Laa ilaaha illallaah, dengan kata lain belum muslim.
Contoh 5:
Orang mau membuat rumah, di mana
kata masyarakat bahwa di daerah yang akan dibangun rumah itu terdapat jin
penunggunya. Ketika membuat rumah, maka orang tersebut menuju sesuatu itu (jin)
dengan sesuatu hal berupa tumbal (seperti : memotong ayam lalu dikubur sebelum
dibuat pondasi rumah) dalam rangka supaya tidak digangu oleh jin tersebut.
Berarti jin ini adalah sesuatu
yang dituju oleh pemilik rumah dengan sesuatu (tumbal) dalam rangka tolak bala.
Dan berarti jin ini telah dipertuhankan selain Allah, dan orang yang melakukan
perbuatan tersebut adalah orang musyrik…! Bukan muslim, meskipun dia shalat,
shaum, zakat, haji dan yang lainnya.
Contoh 6:
Kuburan, baik itu kuburan Nabi
atau kuburan wali atau kuburan siapa saja. Orang menamakan kuburan tersebut
adalah kuburan keramat sehingga orang datang ke kuburan tersebut.
Kuburan adalah sesuatu, kemudian
dituju oleh orang tersebut dengan sesuatu., ada yang minta ke penghuni kubur
tersebut jodoh, bahkan ada yang minta do’anya (sedang meminta do’a kepada yang
sudah meninggal adalah tidak dibolehkan), berarti kuburan ini adalah sesatu
yang dituju oleh orang tadi dalam rangka meminta manfaat, minta jodoh, minta
rizqi, atau minta do’a, ada juga yang minta agar dijauhkan dari bala. Berarti
kuburan tersebut telah dipertuhankan selain Allah, dan orang-orangnya adalah
orang-orang musyrik…
Mereka beralasan bahwa bahwa kami
ini adalah orang kotor, sedangkan wali ini adalah orang suci, bersih, dan dekat
dengan Allah, sedangkan Allah itu Maha Suci, jika kami orang kotor lalu minta
langsung kepada Allah maka kami malu, sebagaimana kalau minta suatu kebutuhan
pada penguasa kita tidak langsug datang ke penguasa tersebut, akan tetapi
melalui orang dekatnya… jadi dia menyamakan Allah dengan makhluk. Perbuatan
tersebut adalah penyekutuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berarti orangnya adalah
orang musyrik dan orang tersebut telah mempertuhankan selain Allah, walaupun
dia tidak mengatakan bahwa dirinya telah mempertuhankan selain Allah.
Walaupun batu besar, pohon besar,
atau kuburan keramat itu tidak disebut tuhan, akan tetapi hakikat perbuatan
mereka itu adalah mempertuhankan selain Allah. Maka orang-orang yang melakukan
hal itu adalah bukan orang-orang muslim. Dan kalau kita hubungkan dengan
realita, ternyata yang melakukan hal itu umumnya adalah orang yang mengaku
muslim. Mereka itu sebenarnya bukan muslim tapi masih musyrik.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
mengatakan tentang orang-orang kafir Arab, karena di antara kebiasan mereka
adalah menjadikan Latta sebagai perantara, mereka memohon kepada Latta ~yang
dahulunya orang shalih~ untuk menyampaikan permohonan mereka kepada Allah.
Ketika mereka diajak untuk mengatakan dan komitmen dengan Laa ilaaha illallaah
maka mereka menolaknya, Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ
لَهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (٣٥) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا
لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
“Sesungguhnya mereka dahulu
apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata:
“Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena
seorang penyair gila?” (QS. As Shaffat [37] : 35-36)
Dalam ayat ini Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam digelari “penyair gila”, padahal sebelumnya mereka
menyebutnya “Al Amin” (yaitu orang jujur lagi terpercaya), mereka memahami
bahwa apabila komitmen dengan Laa ilaaha illallaah konsekuensinya adalah
meninggalkan ilah-ilah tadi (batu-batu keramat, pohon-pohon keramat, kuburan
keramat, dan sembahan-sembahan syaitan), sedangkan mereka itu tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
tersebut.
Juga ketika Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam menawarkan kepada mereka, beliau mengatakan: “Maukah kalian
berikan kepada saya satu kalimat yang dengannya kalian akan mampu mendudukan
orang-orang Arab dan ‘Ajam ?”, Abu Jahhal mengatakan: “Senang sekali, saya akan
memberikannya… bahkan 10 kali lipat dari kalimat yang kamu minta itu”, kemudian
Rasulullah mengatakan: “Katakan; Laa ilaaha illallaah”. Lalu mereka bangkit dan
pergi sambil mengatakan: “Apakah kami harus menjadikan ilaah-ilaah itu hanya
menjadi satu saja?, ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan !” (sebagiannya
diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim).
Mereka paham akan Laa ilaaha illallaah,
karena tidak sulit dan mereka tidak perlu diajarkan artinya, tidak seperti di
kita. Sedangkan di antara makna adalah itu bahwa mereka harus meninggalkan
alihah selain Allah, sehingga karenanya mereka menolak. Jadi, mereka enggan
meninggalkannya, berbeda dengan orang sekarang ; mengucapkan mau… bahkan
ratusan kali, ribuan kali akan tetapi perbuatannya bertentangan dengan
kandungan daripada Laa ilaaha illallaah.Ini adalah yang pertama, alihah :
sesuatu yang engkau tuju dengan suatu hal dalam rangka tolak bala atau meminta
manfaat. Mudah-mudahan yang pertama ini jelas…
No comments:
Post a Comment