NASIHAT LUKMAN HAKIM: "WAHAI ANAKKU, TIADA AMALAN SOLEH TANPA KEYAKINAN DENGAN ALLAH TAALA. SESIAPA YANG MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG LEMAH MAKA AMALANNYA JUGA MENJADI CACAT."

Blogger Widgets Blogspot Tutorial

Saturday 28 March 2015

WASIAT KEPADA PARA AMIR DAULAH ISLAM (BAG. 2)



[Dabiq 7] Wasiat-Wasiat Bagi Para Amir Daulah Islam (Bag. 2)
Jum`at, 22 Rabi`ul Akhir 1436  Dunia Jihad, Featured

Wasiat-Wasiat Bagi Para Amir Daulah Islam (bag. 2)
oleh: Abu Hamzah al-Muhajir (rahimahullah)
[15] Seyogyanya bagi amir mempelajari dengan cermat lokasi peperangan, maka dia jangan berperang dari lokasi yang mudah dia disergap tanpa menutup celah, dan jangan membawa terlalu jauh pasukannya yang menjadikannya mustahil bisa kembali membawa pulang mereka dalam keadaan aman.
[17 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Perang itu tipu daya” [17]

Al-Muhallab[18] berkata: “Gunakanlah tipu daya dalam peperangan, karena ia itu lebih membuat berhasil daripada keberanian”, dan di antara tipu daya adalah:

Menebar mata-mata
Mencari-cari berita
Tauriyah (penyembunyian maksud) dalam peperangan, di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ingin melakukan suatu peperangan, maka beliau menutupinya dengan yang lain.
“Bila sempit dada seseorang dari rahasia dirinya
Maka dada yang dititipkan rahasia lebih sempit” [Syair]
Dan waspadalah terhadap musuhmu bagaimanapun keadaannya, supaya tidak:
Menyergap dari jarak dekat
Atau menyerbu secara tiba-tiba dari kejauhan
Atau bersembunyi menunggu lengah
Atau menyusul setelah kembali

[18] Di antara tanda pengalaman seorang amir dan kecerdikannya adalah memanfaatkan kesempatan, “Larena kesempatan itu berlalu cepat seperti awan, dan jangan kalian mengejar bekas setelah berlalu”,[19] dan sergaplah saat kepalanya muncul dan jangan menyergap pada ekornya!
“Bila berhembus anginmu, maka gunakanlah kesempatannya
Karena bagi setiap yang bergerak itu ada diamnya” [Syair]

[19] Boleh bagi amir pasukan untuk menceburkan kepada kesyahidan dari kalangan yang menginginkannya orang yang diketahui bahwa pada keterbunuhannya di dalam peperangan itu menjadi penyemangat bagi kaum muslimin terhadap peperangan karena pembelaan untuknya. Dan sebaliknya juga benar, yaitu: ia menjaga orang yang pada keterbunuhannya bisa menghancurkan kekuatan ikhwannya, seperti komandan yang istimewa; oleh sebab itu posisi jantung adalah tempat paling terlindungi dan paling jauh dari musuh.

[20] Jangan kamu mengizinkan ikhwanmu untuk membunuh atau menawan apa yang bisa memecah barisan mereka dan membuat mereka berselisih dengan sebabnya, hatta walaupun hal itu boleh dari satu sisi, karena persatuan barisan saat qital itu adalah mashlahat paling utama.

[21] Hati-hatilah dari darah dan penumpahannya tanpa haq, karena tidak ada suatu pun yang lebih cepat mendatangkan adzab dan melenyapkan nikmat daripada penumpahan darah tanpa haknya. Jangan sekali-kali kamu mengokohkan urusanmu dan tentaramu dengan darah yang haram, karena sesungguhnya hal ini adalah hal segera yang kemudian harinya adalah kelemahan dan keambrukan, sehingga tidak ada udzur bagimu di sisi Allah dan juga di sisi kami. Dan demi Allah tidak diadukan kepada kami kasus darah yang ditumpahkan dari orang ma’shum dari kalangan Ahlussunnah tanpa bukti nyata yang menunjukan bahwa ia melakukan apa yang menghalalkan darahnya dan tanpa syubhat melainkan kami pasti mengambilkan haknya baginya. Jangan kamu terpedaya dengan mudahnya ‘amaliyyah tertentu; karena bisa saja tempat yang turun itu sesudahnya adalah jurang yang mencekam, oleh sebab itu maka hendaklah pikiranmu untuk harimu itu dan untuk esok harinya; karena tidak ada yang lebih membahayakan manusia daripada amir yang berpikir hanya untuk harinya.

[23] Balaslah orang yang berbuat baik atas perbuatan baiknya, dan muliakanlah sariyah setelah keberhasilan, berikanlah penghargaan kepada pemberani di hadapan umum, dan berikanlah sangsi terhadap orang yang berbuat salah atas kesalahannya walau dengan hajr; karena boleh bagi amir untuk memberikan pelajaran kepada orang yang maksiat terhadap perintahnya, dan bila kamu tidak melakukannya, maka orang yang berbuat baik menjadi malas dan orang yang berbuat salah menjadi lancang, dan rusaklah urusan serta sia-sialah amalan.

Dan hendaklah balasan baik kepada orang yang berbuat baik itu dilakukan dihadapan umum, sedang sangsimu kepada orang yang berbuat salah adalah secara sirr (rahasia), terutama terhadap orang-orang baik di antara mereka, adapun orang-orang yang rusak maka sangsi dilakukan di hadapan manusia, dan syari’at telah datang dengannya.

Hati-hatilah jangan berlebih-lebihan dalam pemberian sangsi atau menyesal atas pemberian maaf, dan hindari juga sikap kasar yang membuat orang lari, karena syari’at ini memberikan sangsi untuk memperbaiki bukan untuk melampiaskan kedongkolan. Jagalah diri saat marah dari kalimat yang tidak bisa kembali, karena berapa banyak kalimat yang mengatakan kepada pemiliknya “Tinggalkan saya”, dan janganlah kamu wahai amir menjadikan ucapanmu main-main di dalam sangsi maupun pemaafan, dan jangan kamu melampaui di dalam sangsimu –dengan aniaya dan hawa nafsu- apa yang telah Allah tetapkan  batasannya bagimu. karena “kedzaliman itu adalah kegelapan-kegelapan di hari kiamat”.

Maka hendaklah kamu wahai saudaraku bersikap lembut di dalam urusanmu seluruhnya termasuk di dalam pemberian sangsi. Allah ta’ala berfirman: {Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekitarmu} [Ali Imran: 159].

Dan Rasulullah (shallallahu ‘alayhi wa sallam) berkata: “Barangsiapa diberikan bagiannya dari sikap lembut, maka ia telah diberikan baginya dari kebaikan, dan barangsiapa dihalangi (dari) bagiannya dari sikap lembut, maka ia telah dihalangi (dari) bagiannya dari kebaikan)”. Dan beliau (shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata: “Sesungguhnya dien ini adalah kokoh; maka masuklah di dalamnya dengan lembut”.

[24] Ketahuilah bahwa ikhwanmu mendengar dan taat karena menginginkan apa yang ada di sisi Allah; di mana sikap komitmen mereka itu adalah dorongan syar’iy akhlaqiy lebih dari sekedar rasa takut terhadap kekuasaan; maka dari itu janganlah kamu memberi pelajaran kecuali kepada orang yang kamu anggap memiliki dien yang bisa menerimanya, adapun orang-orang yang kamu anggap bahwa diennya tidak membuat dia jera maka jangan sekali-kali kamu memberinya hukuman, akan tetapi bersikap lembutlah kepadanya dan jinakanlah hatinya, karena orang yang paling berhak memberikan maaf adalah orang yang paling mampu memberikan hukuman, dan orang yang paling kurang akal dan pertimbangannya adalah orang yang mendzalimi orang yang di bawahnya, maka berikanlah keadilan kepada Allah dan berikanlah keadilan kepada manusia dari dirimu, keluargamu dan dari orang yang kamu cintai dari kalangan ikhwanmu dan rakyatmu. Dan bila kamu tidak melakukannya, maka kamu berbuat dzalim, dan barangsiapa dzalim kepada hamba-hamba Allah, maka Allahlah seterunya, dan barangsiapa yang Allah seterunya maka ia telah menancapkan peperangan terhadap-Nya sampai ia taubat dan mencabut diri. Maka hindarilah doa orang yang didzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya itu dengan Allah, dan sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka baginya. Dan hendaklah dari waktumu ada satu saat di siang hari yang di dalamnya kamu berpikir apakah kamu telah mendzalimi orang atau di sana ada orang yang didzalimi yang wajib kamu tolong? Dan barangsiapa menginginkan penyegeraan murka Allah, maka silahkan berbuat dzalim!

Kuasailah ikhwanmu dan manusia dengan ihsan (berbuat baik), tentu kamu bisa mengikat hati mereka, karena kesinambungan mahabbah itu adalah dengan ihsan, dan lenyapnya mahabbah itu adalah dengan sikap kasar. Santunlah kepada manusia tentu tulus pula kecintaan mereka kepadamu dan pasti kamu raih penghargaan dari mereka, karena sikap santun dari orang kuat itu adalah tawadlu.

Adalah Umar ibnu Abdil Aziz sangat lemah lembut kepada masyarakat, di mana bila ia menginginkan suatu hal dari urusan Allah (dan) ia mengira manusia kurang menyukainya, maka ia menunggu sampai datang apa yang disukai masyarakat kemudian ia mengeluarkannya bersamanya. Dan telah ada ucapan darinya: (Sesungguhnya Allah mencela khamr dua kali dalam Al-Qur’an dan mengharamkannya pada kali ketiganya, dan saya khawatir membawa manusia kepada al-haq secara sekaligus kemudian mereka malah meninggalkannya, dan jadilah fitnah).[20]

[26] Kenalilah kedudukan manusia dan ketahuilah macam-macam mereka, dan kedepankanlah seseorang karena dia itu:

Tergolong ahlul ilmi wal fadli, sedangkan nash-nash prihal keutamaan mereka sangatlah banyak.
Tergolong orang-orang yang berumur, karena (bukan tergolong kita orang yang tidak memuliakan orang yang tua di antara kita, dan tidak menyayangi orang yang kecil di antara kita, serta tidak mengenal bagi orang alim kita haknya).[21]

Berasal dari keluarga bangsawan dan pemimpin, dan terutama adalah keluarga rumah kenabian.

[27] Perhatikanlah keluarga-keluarga para syuhada dan tawanan dan kedepankanlah mereka terhadap yang lain, jenguklah orang yang sakit, dan jadilah kamu terhadap ikhwanmu sebagai pelayan bagi mereka; karena kamu ini hanyalah salah seorang dari mereka, namun bedanya adalah karena kamulah yang paling berat bebannya dan paling banyak perhitungannya di sisi Allah, maka beramallah untuk esok hari.

[28] Selektiflah dalam memilih utusanmu kepada kabilah-kabilah dan kelompok-kelompok bersenjata, dan begitu juga orang yang bertugas menguasai (wilayah) dan mencari dukungan masyarakat, karena sesungguhnya mereka adalah wajah Daulah di hadapan manusia, bila mereka baik maka baik pula kita, dan bila mereka berbuat buruk maka buruk pula kita. Dan secara umum: “Utuslah orang yang bijaksana dan jangan mewasiatinya.”

[29] Wahai amir, hindarilah fanatisme-fanatisme kejahiliyahan; karena sesungguhnya bangunan kekuasaan yang kokoh itu tidak hancur kecuali dengan sebab fanatisme yang berlebihan. Gunakanlah kecerdasan dan hilah (kecerdikan) dalam menghancurkan fanatisme itu dan bukan menggunakan kekuatan saja, di mana sesungguhnya Ahlul Iraq bangkit membangkang terhadap Abdul Malik ibnu Marwan bersama ibnul Asy’ats dan di tengah mereka banyak tabi’in pilihan seperti Sa’id ibnu Jubair dan yang lainnya, maka Al-Hajjaj mengalahkan mereka dalam perang “Dairul Jamajim”[22] dengan hilah lebih dari sekedar dengan kekuatan. Dan ketahuilah bahwa termasuk siasat yang bijak bersegera menguasai mereka itu, terutama para tokoh.

[30] Hendaklah kalian serius, bersungguh-sungguh dan tinggi cita-cita, dan hindarilah sikap lemah, karena ia itu –demi Allah- adalah kendaraan yang paling hina; dan dikala kamu tersandung maka cobalah kembali; di mana sudah diketahui dari pengalaman bahwa tidak ada amaliyyat yang Allah berikan kemenangan di dalamnya kecuali ia itu pernah melalui berbagai ketersandungan yang banyak.

Saudara Kalian
Abu Hamzah Al-Muhajir
1 Ramadhan 1428 H.
Footnote:

[17] Muttafaq ‘alaih.
[18] Al-Muhallab ibnu Abi Sufrah ini dituturkan Ibnu Hibban dalam tabi’in yang tsiqat, dan berkata: “…ia menjadi gubernur khurasan dari pihak Al-Hajjaj selama 9 tahun, Ibnu Shibyah berkata: ia adalah orang paling berni” lihat Tahdzib At-Tahdzib milik Ibnu Hajar.
[19] Disandarkan kepada Ali radliallahu ‘anhu dalam Al-’Iqdul Farid dan Badaius Salik dan Nihayatul Arib
[20] Disebutkan oleh pemilik Al-‘Iqdul Farid darinya
[21] At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim dengan sanad hasan
[22] Perang Dairul Jamajim adalah peperangan penentu antara Al-Hajjaj ibnu Yusuf Ats-

Tsaqafiy dengan Abdurrahman ibnu Muhammad ibnul Asy’ats, dan dimenangkan oleh Al-Hajjaj, dan Dairul Jamajim ini ada di luar Kufah sejauh 7 farsakh.
Terjemahan diambil dari https://millahibrahim.wordpress.com/2012/01/23/30-wasiat-risalah-ke-1/  dengan sedikit penyesuaian format sesuai majalah Dabiq.
































No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Nasihat Lukman Al-Hakim: “Anakku, apabila sesiapa datang kepada kamu dengan aduan bahawa si anu telah mencabut kedua-dua biji matanya dan kamu lihat dengan mata kepala sendiri bahawa kedua-dua biji matanya tercabut, namun janganlah kamu sampai kepada sesuatu kesimpulan sebelum kamu mendengar pihak yang lain. Tidak mustahil orang membuat aduan itulah yang mula-mula mencabut mata orang lain, boleh jadi sebelum kehilangan kedua-dua biji matanya dia telah mencabutkan empat biji mata orang lain.”