Dia, sang pahlawan Abu Malik at
Tamimi turun dari kuda jihad, dan beranjak pergi. Dia telah meninggalkan dunia,
dengan segala prestis, kekayaan, dan kemewahannya, demi memburu jalan untuk
kehidupan sejati di akhirat. Ia menempuh ribuan mil jauhnya guna
mencari jalan jihad dengan aqidah
tauhid yang murni dimana al wala' dan al bara' diaplikasikan.
Syaikh Abu Malik Anas an Nashwan dilahirkan
di dalam sebuah keluarga kaya ternama di negeri Haromayn dimana ia mengambil
studi ilmu Syari'ah, namun kemudian meninggalkan dunia akademisnya untuk
mengejar ilmu dan amal sebagai seorang Murobithun di pos-pos perbatasan.
Ia tiba di Afghanistan utara di mana ia berjuang
bersama para kesatria-kesatrianya, ia ajarkan mereka agama, dan
menjadi hakim di antara mereka dengan apa-apa yang telah Allah turunkan. Dia tinggal
di antara mereka sebagai orang yang sangat dicintai, dimana setiap patah kata
yang keluar dari lisannya selalu didengar, dan tetap bekerja sebagai hakim di sana selama empat tahun.
Tatkala percikan tauhid menerangi bumi Iraq dan Syam, ia dan sekelompok ikhwah
Muhajirin bergegas untuk memberikan dukungan pada Daulah Islamiyyah, dengan
mengunjungi kepemimpinan al Qa'idah.
Syaikh tengah menyelesaikan
permasalahan yang membebani al Qa'idah, dan ia putuskan berdasarkan hukum Allah
dengan adil, akan tetapi ternyata hal itu tak bersesuaian dengan hasrat para pemimpin
al Qa'idah. Pendiriannya tetap teguh, menjulang tinggi ibarat gunung, maka ia
tampik berbagai tawaran yang diberikan oleh tandzim di Khurosan, yang berkeinginan untuk
mendekatkannya dengan Jawlani di Syam.
Ia adalah seorang lelaki dengan
keyakinan aqidah yang kuat. Aku tidak akan pernah lupa ketika di Syam ia
membicarakan orang-orang yang mengklaim telah berhijrah, "Bagaimana bias seseorang
bisa mengorbankan diri mereka untuk membantu FSA dan sekutu-sekutunya yang mengaku menegakkan
syari'ah, menguasai sebuah wilayah dan menegakkan hukum selain hukum
Allah?!".
Setelah bergabung ke dalam
barisan Daulah Islamiyyah dan memberikan bai'at pada Amirul Mukminin Ibrahim Ibn
'Awwad al Qurasyi al Baghdadi -hafidzahullah-, ia mengambil bagian dalam sebuah
pertempuran di wilayah Halab dimana ia terluka. Setelah pulih, asy Syaikh mulai
bekerja di Dewan Riset dan Kajian, kemudian menjadi kepala Komite Syari'ah di bawah Komite
Pengawas Umum Daulah. Syaikh terus menerus meminta izin Untukberpartisipasi
dalam pertempuran, dan keinginannya pun akhirnya dikabulkan. Oleh karenanya, ia
berpartisipasi dalam pertempuran membebaskan kota Sukhnah, di mana ia bergerak maju
bersama dengan saudara-saudaranya, tertembak musuh dan gugur karena pecahan
proyektil yang mengenainya.
Ia telah bekerja siang dan malam
untuk melayani Daulah Islamiyyah ,
ia membela agama, mendirikan halaqoh-halaqoh
keilmuan, menjadi hakim diantara manusia dan menyelesaikan semua permasalahan
mereka dengan hukum Allah. Dia menjadi teladan yang baik, tiada pernah sekalipun
meninggalkan sholat malam.Hingga hati setiap insan mengikutinya. Sang kesatria
kini telah pergi, membuat hati para musuh mendidih dengan
rasa iri dan dengki, sementara
hati kita diliputi kebahagian sembari mengatakan, "Sampai jumpa –In sya Allah-
di taman keabadian bersama sang pemimpin umat manusia, para nabi, dan para sahabat yang
diberkahi, Insyaa Allah,".
Semoga darahmu yang tertumpah menjadi
cahaya yang menerangi jalan bagi kita agar kita daapat mengikuti jejakmu.
Semoga Allah merahmati dan mengampunimu, duhai Anas an Nashwan.
Saudara kalian,
Abu Jarir ash Shomali
------------------
1 Catatan Editor: Syaikh Abu
Malik (semoga Allah menerimanya) pernah mengadili kasus beberapa anak dari
pemimpin al-Qa'idah, yang telah melakukan spionase dan fāhishah. Kisah ini
disebutkan pada Waziristan ".
No comments:
Post a Comment