“Tidak ada seorang lelaki pun yang datang dengan membawa seperti apa yang engkau bawa ini melainkan ia pasti dimusuhi.”
Seperti inilah gambaran yang
dikatakan Waraqah ibnu Naufal kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam atas
reaksi kaumnya terhadap dakwahnya. Harapan Waraqah ialah bersama Nabi
shollallahu ‘alaihi wasallam ketika Nabi diusir, namun hidup Waraqah tidak
mencapai masa itu.
Setelah itu, Nabi shollallahu
‘alaihi wasallam mulai menjalankan tugas yang karenanya Allah ‘azza wa jalla
mengutusnya. Kaumnya merespon dakwahnya dengan permusuhan yang besar. Mereka
menuduhnya sebagai tukang sihir, pendusta, orang gila, penyair, tukang tenung,
pengada-ngada, peniru, di samping tuduhan-tuduhan lainnya… Padahal sebelumnya
mereka memandangnya sebagai seorang lelaki yang jujur dan amanah! Mereka
menawari beliau kerajaan, wanita, dan harta, tetapi beliau menolaknya
disebabkan keikhlasan dan demi keridhaan Allah.
Mereka akhirnya membuat makar untuk membunuh atau mengusir beliau, tetapi Allah membalas makar musuh-musuhnya dan memerintahkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam untuk meninggalkan tempat paling diberkahi di muka bumi, yaitu Makkah, menuju tempat tinggal baru di Madinah.
Mereka akhirnya membuat makar untuk membunuh atau mengusir beliau, tetapi Allah membalas makar musuh-musuhnya dan memerintahkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam untuk meninggalkan tempat paling diberkahi di muka bumi, yaitu Makkah, menuju tempat tinggal baru di Madinah.
Sebuah Daulah pun berdiri dimana
Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan pasukannya berjuang melawan
kafilah musyrikin, peristiwa yang mengantarkan pada Ghozwah Badar al Kubro.
Kaum musyrikin marah, lalu mengirim wakil dan pasukan mereka.
Akhirnya kaum Muslimin berperang
dengan musyrikin Arab, suku-suku Badui Jazirah Arab, Yahudi, dan munafiqin
Madinah. Tatkala Daulah di atas manhaj kenabian bertambah kuat, kebencian dan
kemarahan kuffar berkembang menjadi Ghozwah Ahzab (“Perang Sekutu”).
Orang-orang Yahudi mengadakan makar dengan orang-orang munafiq dan meyakinkan
kabilah-kabilah Arab untuk menyerang Madinah sementara mereka menimbulkan
huru-hara dari dalam. Kaum Quraisy, Kinanah, dan sekutu-sekutu mereka bergerak
dari arah selatan. Ghathafan, suku-sukunya, dan sekutu-sekutu mereka bergerak
dari arah timur.
Jumlah mereka mencapai sepuluh ribu orang, lalu mereka
mengepung Madinah selama sebulan lamanya, sementara pihak Muslimin kalah dalam
jumlah. Akan tetapi, kesabaran mereka dalam menghadapi perang, ketakutan,
kelaparan, dan ekstrimnya cuaca, membawa kaum Muslimin pada kemenangan. Kabar
baik dari Nabi ialah setelahnya mereka akan menjadi pihak yang menyerang dan
orang-orang musyrik menjadi pihak yang bertahan.[1]
Bersambung
No comments:
Post a Comment