NASIHAT LUKMAN HAKIM: "WAHAI ANAKKU, TIADA AMALAN SOLEH TANPA KEYAKINAN DENGAN ALLAH TAALA. SESIAPA YANG MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG LEMAH MAKA AMALANNYA JUGA MENJADI CACAT."

Blogger Widgets Blogspot Tutorial

Thursday, 1 October 2015

RUSIA DI SYAM WALAUPUN DI BULI OLEH AMERIKA SYARIKAT DI UKRAINE





Sambungan
PERSEKONGKOLAN KUFFAR MEMERANGI DAULAH ISLAMIYAH

Rusia juga terlibat dalam perang melawan wilayah Qawqaz, selain berada di pihak Amerika Serikat, Rofidhoh, dan Nushairiyyah di Iraq dan Syam dalam perang melawan Daulah Islamiyyah. Adapun di Iraq dan Syam, maka Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov mengatakan kepada wartawan pada “20 Februari 2015” bahwa “Amerika  Serikat dan Rusia bisa memulai pengadaan pertukaran intelijen untuk mengalahkan Daulah Islamiyyah.” 


Didahului oleh laporan dari “New York Times” pada “14 Oktober 2014” berjudul “U.S. and Russia Agree to Share More Intelligence on ISIS” (“AS dan Rusia Setuju untuk Lebih Sering Bertukar Intelijen dalam Hal ISIS”). Di dalam laporan tersebut, mereka menyatakan, “Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat dan Rusia telah setuju untuk saling bertukar lebih banyak lagi intelijen dalam masalah Daulah Islamiyyah, sementara dia berusaha meletakkan landasan untuk meningkatkan kerjasama dengan Moskwa… Kerry menegaskan bahwa dia menerima kerjasama yang lebih luas dengan Putin setelah pertemuan di sini dengan Sergey V. Lavrov, menteri luar negeri Rusia. … Dengan catatan bahwa 500 atau lebih sukarelawan Daulah Islamiyyah datang dari Rusia, Kerry berkata dia telah mengajukan gagasan bahwa kedua belah pihak saling meningkatkan pertukaran intelijen dalam melawan kelompok militan tersebut dan ancaman teroris lainnya, sementara Lavrov menyetujuinya. Dengan membuka pintu kerjasama di Iraq, Kerry mengatakan bahwa Lavrov telah menyetujui untuk menimbang-nimbang apakah Rusia akan lebih banyak memberikan dukungan pada pemerintahan Iraq yang terjebak dalam peperangannya melawan Daulah Islamiyyah – termasuk dengan menyediakan senjata.”

Rusia juga mendukung rezim Iraq yang didukung Amerika Serikat secara terbuka. Melalui kantor berita pemerintah Rusia Itar- Tass, Menteri Luar Negeri Rusia merilis sebuah pernyataan pada “26 September 2014” mengenai pertemuan yang diadakan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Perdana Menteri Iraq Haider al Abadi. Kementerian Luar Negeri berkata dalam pernyataan tersebut, “Selama berlangsungnya pertemuan, Lavrov mengkonfirmasikan dukungan Rusia bagi kemerdekaan Iraq, baik dalam bentuk integritas maupun kedaulatan wilayah… Moskwa siap untuk melanjutkan dukungannya pada Iraq dalam upayanya untuk memerangi ancaman teroris, terutama yang berasal dari Daulah Islamiyyah.”

Menurut “New York Times” di dalam artikel berjudul “Russian Jets and Experts Sent to Iraq to Aid Army” (“Pesawat-pesawat Jet dan Para Ahli Rusia Dikirim ke Iraq untuk Membantu Militer”) yang dirilis pada tanggal “29 Juni 2014,” “Para pejabat pemerintah Iraq mengatakan pada hari Ahad bahwa para ahli Rusia telah tiba di Iraq dalam rangka membantu militer Iraq untuk mendapatkan 12 pesawat tempur Rusia dalam perang menghadapi para ekstrimis Sunni … ‘Tiga atau empat hari lagi pesawat udara akan siap digunakan untuk mendukung pasukan kami dalam perang’ melawan para pemberontak Daulah Islamiyyah Iraq dan Syam, kata Jenderal Anwar Hama Ameen, komandan Angkatan Udara Iraq, merujuk pada pesawat udara SU-25 yang diterbangkan ke Iraq yang diangkut menggunakan pesawat-pesawat kargo Rusia pada malam Sabtu. Dua lagi diperkirakan datang pada Ahad nanti. Komandan Angkatan Udara Iraq, Jenderal Ameen, mengatakan bahwa para ahli militer Rusia telah tiba untuk membantu menyediakan pesawat-pesawat tempur SU-25, namun mereka hanya akan tinggal dalam waktu yang singkat. Lima pesawat udara Rusia terakhir akan tiba hari Senin, ujarnya … Ini merupakan laporan pertama bantuan militer Rusia di negara tersebut, meskipun Jenderal Ameen berkata bahwa mereka adalah para ahli, bukan penasihat. … Pada hari Kamis, Perdana Menteri Nuri Kamal al Maliki mengatakan bahwa pihak Iraq, berdasarkan kesepakatan dengan Menteri Pertahanan Rusia, telah meminta puluhan SU-25, sebuah jet tempur darat yang berguna bagi operasi dukungan udara jarak dekat. ‘Pesawat-pesawat tersebut datang cepat sekali,’ kata Jenderal Ameen dalam sebuah wawancara telepon, ‘karena kami membutuhkannya sesegera mungkin dalam konflik melawan para teroris ini.’ Dia mengatakan bahwa pihak Rusia akan meninggalkan Iraq kira-kira tiga hari setelah pesawat udara siap digunakan. … Jenderal Ameen mengatakan bahwa mereka masih mengharapkan berlangsungnya kembali hal seperti ini dalam waktu dekat. ‘Kami memiliki pilot-pilot yang mempunyai pengalaman lama dalam menerbangkan pesawat ini dan tentu saja kami mempunyai kawan-kawan Rusia yang membantu dan ahli-ahli yang mendatangkan pesawat udara ini untuk mempersiapkannya,’ katanya. ‘Hal ini nantinya akan menghasilkan serangan yang sangat kuat terhadap para teroris.’ … Pesawat udara baru ‘akan meningkatkan dan membantu kekuatan serta kemampuan pasukan udara Iraq untuk melenyapkan terorisme.’ Demikian sebuah pernyataan yang dikatakan oleh Kementerian Pertahanan Iraq.”

Menurut “The Hill” di dalam artikel berjudul “Hagel: US knows Iran, Russia aiding Iraq in fight against ISIS” (“Hagel: AS tahu bahwa Iran, Rusia membantu Iraq dalam perang melawan ISIS”) yang dirilis pada “11 Juli 2014,” Chuck Hagel mengomentari laporan bahwa “dengan mengutip para pejabat militer Iraq, Iran dan Rusia tengah melakukan serangan udara di negara mereka, yaitu dengan menyerang target-target Daulan Islamiyyah di Iraq dan Syam (ISIS),” dengan mengatakan, “Kami menyadari upaya pihak Iran dan Rusia untuk membantu Iraq.”

Maka dengan demikian, Iran dan semua sekutunya langsung terlibat dalam perang Salibis memerangi Daulah Islamiyyah. “Foreign Policy” melaporkan pada “12 November 2014” dalam artikel berjudul “Who Has Contributed What in the Coalition against the Islamic State?” (“Siapa yang berkontribusi terhadap semua yang ada di dalam Koalisi melawan Daulah Islamiyyah?”), “Walaupun Iran bukan rekanan koalisi yang diakui, tetapi Iran dan Amerika Serikat berunding secara informal.”

Semua ini berpuncak pada kesepakatan nuklir “Kerjasama Rencana Aksi Komprehensif” antara Barat yang dipimpin AS dan rezim dukungan Rusia.

Pada akhirnya, Amerika melayani kepentingan Dinasi Shofawiy dengan membantu serangan udara, intelijen, dan politiknya, sementara Dinasti Shofawiy pun bekerjasama dengan pihak Amerika secara sama dalam melawan mujahidin. Hal ini terjadi secara rahasia, tidak langsung, dan bahkan secara terang-terangan. “Penengah” – jika dibutuhkan – ialah rezim boneka Shofawiy di Iraq. David Petraeus (mantan komandan tertinggi Amerika di Iraq) mengomentari perang pemerintahan Obama dengan mengatakan, “Bantuan pasukan udara untuk milisi-milisi Syiah atau sebuah perang antara Syiah atas Sunni Arab tidak mungkin dilakukan Amerika Serikat.” Dan hal inilah yang tengah terjadi, bahkan ia adalah perang melawan Islam, bukan melawan Arab.


Bersambung







No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Nasihat Lukman Al-Hakim: “Anakku, apabila sesiapa datang kepada kamu dengan aduan bahawa si anu telah mencabut kedua-dua biji matanya dan kamu lihat dengan mata kepala sendiri bahawa kedua-dua biji matanya tercabut, namun janganlah kamu sampai kepada sesuatu kesimpulan sebelum kamu mendengar pihak yang lain. Tidak mustahil orang membuat aduan itulah yang mula-mula mencabut mata orang lain, boleh jadi sebelum kehilangan kedua-dua biji matanya dia telah mencabutkan empat biji mata orang lain.”