Redaksi Salam-Online – Selasa, 25
Muharram 1436 H / 18 November 2014 08:33
SALAM-ONLINE: Benua Amerika yang kita
kenal saat ini ternyata memiliki hubungan sejarah yang sangat kuat dengan
Islam. Nampak sekali dari banyaknya jejak-jejak peninggalan yang tersisa dan
masih bisa kita saksikan sampai detik ini, yang paling banyak adalah jejak
tentang nama-nama wilayah yang sangat identik dengan Islam. Amerika sudah
mengenal Islam, jauh sebelum para perompak dari Eropa datang. Islam sudah
menjadi kultur budaya di Amerika hingga akhirnya punah dan dimurtadkan oleh
para misionaris kristen asal Eropa.
Jika Anda mengunjungi Washington DC ,
datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip
perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku
Indian, tahun 1787. Di sana
akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak
dan Muhammad Ibnu Abdullah.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku
Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan
bentuk pemerintahan suku cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam. Lebih
lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian suku Cherokee yang menutup aurat,
sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas
lutut.
Cara berpakaian ini dapat
ditemukan dalam foto atau lukisan suku cherokee yang diambil gambarnya sebelum
tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah
dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.
Berbicara tentang suku Cherokee,
tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku cherokee yang
berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary, suku mereka pada 1821.
Syllabary adalah semacam aksara. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z,
maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa
adalah, aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan
aksara Arab. Bahkan, beberapa tulisan masyarakat cherokee abad ke-7 yang
ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada
sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.
Bukti dalam sumber-sumber Barat:
1. Profesor Barry Fell (Baca:
Biografi Sejarah dari Wikipedia), pensiunan dosen dari Harvard University dan
juga anggota dari American Academy of Science dan Seni, Royal Society, epigrafi
Society dan Masyarakat Penemuan Ilmiah dan Purbakala, bersikeras tentang
kedatangan Islam di Amerika pada tahun 650-an, 2 prediksi pendapat ini pada
kaligrafi Cufic adalah peradaban yang ditemukan di berbagai penggalian di
seluruh Amerika. Jika kata-kata Profesor Fell memiliki nilai kebenaran, maka
umat Islam telah tiba di Amerika selama era Khalifah Utsman, atau setidaknya di
masa Ali, khalifah keempat.
2. Bukti kedua yang ditawarkan oleh
Profesor Fell adalah bahwa tulisan “In the Name of Allah” (gambar 1). Demikian
juga, batu bantalan tulisan “Muhammad adalah Nabi Allah” (gambar 2) adalah
berkaitan dengan era yang sama. Seperti terlihat dengan perbandingan dua
gambar, prasasti tidak dalam gaya modern Arab,
sebaliknya mereka berada dalam gaya
Cufic, relevan dengan abad ketujuh.
Orang-orang Arab, sesuai dengan
temuan Profesor Fell, menetap di Nevada
selama abad ketujuh dan kedelapan. Keberadaan awal dari sebuah sekolah, yang
diajarkan Islam dan ilmu pengetahuan, khususnya navigasi, telah terungkap
setelah penyelidikan arkeologi yang dilakukan oleh Profesor Heizer dan Baumhoff
of California Universitas sekitar WA 25 di situs Nevada. Penggalian di Nevada
telah menemukan tulisan di naskhi Arab dan gaya Cufic yang tertulis di batu yang membawa
informasi tentang sekolah ini (gambar 3).
3. Pada abad kedua belas, Athapcan
Tribe, terdiri dari Apache asli dan Navajos, menyerbu wilayah yang dihuni oleh
orang-orang Arab. Pribumi yang buta huruf terpesona dengan sekolah-sekolah yang
didirikan oleh orang-orang Arab, dan, mungkin dengan bantuan tawanan, berusaha
meniru subyek yang sama, mengubah bentuk geometris menjadi binatang mitos, yang
dilakukan selama berabad-abad.
4. Gambar 5 adalah tulisan Cufic
ditemukan pada tahun 1951 di White Mountains, dekat dengan kota
Benton di perbatasan Nevada . Kata-kata Setan maha mayan, yaitu
Iblis adalah sumber dari segala kebohongan, telah ditulis dalam gaya Cufic khas abad
ketujuh.
5. Sekali lagi, sebuah prasasti batu
milik pasca-650 CE, bantalan huruf Cufic H-M-I-D, kata Hamid (gambar 6). Tulisan Arab lain yang
ditemukan di bebatuan Atlata di Valley of Fire di Nevada.
6. Seorang Penulis Jurnal Amerika,
saat bepergian dari Malden ke Cambridge di negara bagian Massachusetts pada
tahun 1787, menulis, Pendeta Thaddeus Mason Harris melihat beberapa koin
ditemukan oleh pekerja selama pembangunan jalan. Para
pekerja, tidak mempedulikan koin tersebut. Akibatnya, Harris memutuskan untuk
mengirim uang tersebut ke perpustakaan Harvard College
untuk pemeriksaan (gambar 7). Penelitian menghasilkan bahwa ini sebenarnya
adalah Samarqand Dirham dari abad kedelapan dan kesembilan. Seperti dapat
dilihat pada gambar, koin nyata menampilkan prasasti La ilaha illa-Allah
Muhammadun Rasulullah (Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasul-Nya)
dan Bismillah (dengan nama Allah).
7. Gambar 8 menunjukkan sepotong
batu ditemukan di sebuah gua di wilayah Corinto di El Salvador . Bantalan prasasti
Malaka Haji Malaya ini telah diidentifikasi sebagai prasasti abad ketiga belas
yang menunjukkan kedatangan Muslim di Amerika Selatan, yang mungkin datang dari
suatu tempat di daerah Indonesia .
Secara umum, suku-suku Indian di
Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak
teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang
diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan
seorang Kepala Suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian, there was only
inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the
Eternal.” Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia
dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah.
Subhanallah… Bagaimana bisa
Kepala suku Indian Cheeroke itu Muslim? Sejarahnya panjang.
PENEMU BENUA AMERIKA PERTAMA ITU
ADALAH LAKSAMANA CHENG HO (SEORANG MUSLIM DARI CINA), BUKAN COLOMBUS
Semangat orang-orang Islam dari
Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet
belum terdengar) tempat tinggalnya, selain untuk melebarkan pengaruh, mencari
jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam, mendorong
beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap
gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap begitu
kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya, sebut
saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak
terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Menurut catatan ahli sejarah dan
ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad
seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua
Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin
al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan
bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912),
Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889,
menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang
disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta
yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang
dilakukan untuk mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan
berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat
bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia .
Dr. Youssef Mroueh juga menulis
bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari
dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar
juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas
yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan
membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut
catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan
Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009), seorang navigator dari Granada bernama
Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada Februari tahun 999
melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada
Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan
menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan
Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali
bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman
Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307), raja keenam dalam dinasti
Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291.
Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh
ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali
di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu ,
ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan
Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci
eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu
yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan
dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekspedisi perjalanan darat dan laut banyak
dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal
dari Timbuktu .
Sultan yang tercatat melanglang
buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312),
saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua
kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri
sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan
eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun
1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri
Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan
Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika
selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara
cukup akurat.
Dua abad kemudian, penemuan benua
Amerika diabadikan di dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat pada tahun
1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517.
Peta ini menunjukkan letak
belahan bumi bagian barat, Amerika Selatan dan bahkan benua Antartika, dengan
penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492, 70
tahun dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid
(berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai
saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di
Kuba , Mexico , Texas dan Nevada .
Namun, tidak seperti Columbus yang ingin
menguasai dan memperbudak, bahkan membantai rakyat Amerika asli (baca:
Kebohongan Amerika tentang Christopher Columbus), Orang-Orang Islam datang
untuk berdagang dan bahkan beberapa di antaranya menikahi orang-orang pribumi.
Dan tahukah Anda? Bahwa 2 orang
nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus ,
kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang Islam, yaitu dua bersaudara
Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan
Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). (THACHER, JOHN BOYD: Christopher Columbus,
New York 1950).
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di tanah Amerika,
Laksamana Cheng Ho sudah terlebih dahulu datang ke sana . Para
peserta seminar yang diutus oleh Royal Geographical Society di London sangat
kaget karena penemuan seorang kru kapal
selam dan uraian sejarawan bernama Gavin Menzies. Dia juga seorang mantan
perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris
(baca: Biography Gavin Menzies).
Menzies yang tampil dengan penuh
keyakinan, menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mashur
asal Cina, Laksamana Cheng Ho. Bersama bukti-bukti yang ditemuinya dari catatan
sejarah, dia lantas membuat kesimpulan bahawa pelaut serta pengembara ulung
dari Dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Cheng Ho
‘mengalahkan’ Columbus
dengan jarak (perbedaan) waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies
tentu membuat semua orang tertipu karena masyarakat dunia selama ini mengetahui
bahawa Columbus-lah penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Penjelasan
Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.
Menzies menunjukkan sebuah
peta sebelum Columbus memulai ekspedisinya, lengkap dengan
gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Cheng Ho yang
disandarkan sebagai bahan bukti. Menzies sangat yakin setelah ia meneliti
ketepatan dan kesahihan bahan-bahan bersejarah tersebut.
(dp/Daulahislam/heboh.co)
salam-online
No comments:
Post a Comment