Dalam beberapa kesimpulan makar
terakhir, Insya Allah para salibis dan sekutu murtaddin mereka sebelum
malhamah kubro.
Pertama, para salibis telah mejadi lemah untuk mengobarkan perang
mereka sendiri. Hal ini karena operasi 11 September 2001 yang diberkahi dan
sesudah itu jihad di Afghanistan
dan Iraq .
Mereka terlalu lelah dari segi finansial, militer, dan psikologis untuk memulai
perang lain lagi, meskipun tidak diragukan lagi bahwa mereka akhirnya akan
memerangi muslimin di Dabiq setelah pengkhianatan salibis dalam gencatan senjata
di kemudian hari. Karena kelemahan mereka, mereka akan dipaksa untuk bersandar
pada sekutu mereka dan agen-agen mereka untuk berperang.
Di Iraq, sejak keruntuhan rezim murtaddin Ba’ats, taghut Saddam,
sekutu mereka ialah atheis Kurdi dari Peshmerga, kekuatan pemerintahan safawi,
milisi Safawi, dan Murtaddin Shahawat “Sunni”. Berkali-kali, Shahawat “Sunni”
ditinggalkan demi kestabilan rezim Safawi pusat. Shahawat tidak dapat dipercaya
sepenuhnya sejak beberapa faksi mereka pada masa lalu pernah berpartisipasi
dalam perang melawan para salibis dan sekutu Rafidi mereka. Sesuai dengan itu,
setelah penarikan pasukan Amerika, Shahawat mengkhianati mantan sekutu Safawi
mereka, dan banyak dari anggota mereka dipenjarakan dan disiksa oleh Rafidah
yang pernah dilayani mereka.
Di Sham, pada awalnya para salibis telah menaruh keyakinan pada
Free Syrian Army (FSA), yang merupakan milik “pemerintahan” interim Syrian
National Coalition (SNC). Tetapi para salibis terkaget-kaget pada banyaknya
bantuan militer dan non-militer yang mereka adakan untuk faksi-faksi ini telah
dijual kepada para pedagang dan penyalur senjata dan akhirnya berakhir di
Daulah Islam. Apa yang tidak terjual oleh agen yang tak dapat diandalkan oleh
para salibis akan diambil oleh tentara khilafah sebagai rampasan perang. Para salibis tidak dapat mengandalkan FSA, karena terlalu
korup dan kepemimpinan yang minim kesetiaan. Karenanya sekutu besar mereka di
kawasan ini saat ini ialah atheis Kurdi milik PKK –sekutu taghut Bashar.
Sepanjang awal tahun yang berlangsung di Sham, PKK menguasai sebagian Halab,
ar-Raqqah, dan al-Barakah melalui perjanjian dengan rezim Nushayri, dan diberi
tugas oleh Bashar untuk menghancurkan muslimin yang memberontak melawan rezim
di kawasan ini. PKK adalah inti dari Shabihah Kurdi dan melanjutkan misinya di
daerah yang mereka kendalikan. Tapi karena mereka lebih setia sebagai satu
organisasi dan karena mereka lebih terarah “secara ideologi”, maka para salibis
lebih menyukai PKK daripada FSA. Para salibis mengandalkan sekutu
Kurdi dari Rafidah di Iraq
(Peshmerga) dan pada sekutu Kurdi dari Nushayriyah di Sham (PKK). Dan juga,
kebijakan mereka mendukung rezim Safawi di Iraq dan bernegosiasi dengan
kepemimpinan Safawi di Iran memberi kekuatan dan kemantapan untuk melakukan
pergerakkan secara internasional.
Rafidah dengan cepat ambil bagian di Yaman. Rezim Syria telah bersekutu dengan Iran . Lebanon secara luas dibawah
kekuasaan milisi Rafidah. Dan dengan besarnya populasi Rafidi di Bahrain,
Kuwait, dan “Saudi Arabia” (di propinsi sebelah Timur – Qatif, Dammam, Al-Ahsa
– Najran, dan bahkan Madinah), populasi Rafidi yang lebih sedikit berada di
Qatar dan UAE, dan populasi Ibadi di Oman sudah lebih dahulu pindah, thaghut
Arab merasakan betul singgasananya terancam. Sementara itu, thaghut Turki
mengkhawatirkan aspirasi para salibis sekutu Kurdi dan perlawanan dengan rezim
Erdogan yang berbasis minoritas Rafidi di Turki. Tiga serangkai thaghut ini
juga mencemaskan bahwa memperpanjang perang di Yaman dan Sham akan memperkuat
Daulah Islam, hal ini akan membuka tabir dan pengkhianatan thaghut, dan menjadi
bukti bahwa Daulah Islam satu-satunya yang menjadi pembela Ahlus Sunnah melawan
Rafidah dan atheis.
Dengan cepat, para thaghut Turki,
Al Salul, dan Qatar
bergerak tanpa izin dari tuan mereka. Mereka mendapat dukungan dari thaghut
Arab dan non-Arab yaitu Bahrain, Kuwait, UAE, Mesir, Yordan, Maroko, Senegal,
Bangladesh, Sudan, Pakistan, dan Somalia, untuk membantu rezim Abd Rabbuh
Mansur Hadi melawan Rafidah Houthi dan Ali Abdullah Saleh di Yaman. Dan
meskipun para mantan salibis mengklaim tidak terkait dengan Iran , tapi para salibis ini telah
menjanjikan dukungannya untuk operasi ini.
Turki kemudian akan diminta
sekutu Shahawat mereka di Halab –yang kecanduan bantuan Turki- untuk memulai
perang melawan PKK di sebagian wilayah, setelah genjatan senjata panjang
ditinjau ulang oleh PKK dan faksi Shahawat termasuk Jabhah Jaulani. Tiga
serangkai murtadin –Turki, Al Salul, dan Qatar- juga menjadi corong bantuan
bagi koalisi yang baru terbentuk, faksi yang juga kecanduan dukungan taghut
–“Jaysh al-Fath”- untuk berperang melawan rezim Nusayri di Idlib dan
al-Qalamun. “Jaish al-Fath” dengan
segera menyusun prioritasnya yaitu perang melawan Daulah Islam di Qalamun. Corong
bantuan ini diakui oleh FSA, SNC, tiga serangkai murtadin, para salibis, dan
bahkan anggota faksi-faksi “Jaysh al-Fath” (seperti Faylaq ash-Sham).
Faksi-faksi Shahawat termasuk Jabhah Jaulani melawan mujahidin Dar’a yang
mereka tuduh khawarij. Sebuah faksi koalisi “Islami”
yang serupa dengan “Jaysh al-Fath” dengan cepat terbentuk di Halab. Dan
tiba-tiba faksi Shahawat telah maju atas Nusayriyyah di Latakia dan tempat lain
lagi, sementara sekutu “pemberontak” kesayangan para salibis di Sham –FSA-
secara militer terbukti tak dapat diandalkan.
Sementara itu, tiga serangkai
murtadin mulai menarik dukungan suara bagi rezim Shafawi di Iraq, ketakutan
ambisi jangka panjang mereka akan mengganggu singgasana milik mereka. Mereka
juga memerintahkan para pemimpin Jabhah “Islam” untuk berkumpul lagi di Turki
dan mendiskusikan perkembangan di Sham, rencana ke depan, dan syarat-syarat
dukungan “tak bersyarat” mereka. Satu
dari rencana yang didiskusikan ialah “badai
penyelesaian” di Sham sebagai tameng bagi Shahawat dalam upayanya
meningkatkan perlawanan dengan Daulah Islam. Lagi, kecanduan pada bantuan
thaghut adalah satu masalah bagi faksi-faksi Shahawat yang akan memberi jalan
bagi mereka untuk tenggelam lebih jauh dalam kemurtadan.
Melalui semua ini, tiga serangkai
murtadin ingin “membuktikan” pada tuan
salibis mereka bahwa mereka tetap penting untuk masa depan kawasan ini, bahwa
mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi hasil akhir disana, dan bahwa
pendapat mereka berarti ketika berkaitan dengan hubungan Rafidi-Amerika dan
persoalan ambisi nuklir Rafidi. Intinya, tiga serangkai ini tamak, takut, dan
iri dengan perpindahan mereka. Mereka ingin mereka sendiri, bukan Rafidah, yang
menjadi sekutu kesayangan para salibis.
Kompetisi ini, antara para
salibis dan para thaghut, antara murtaddin “Sunni”
dan Rafidah, antara FSA dan Jabhah “Islam”,
antara Jabhah Jaulani dan faksi-faksi nasionalis, antara Jabhah Jaulani dan faksi-faksi “Islam”, dan antara
atheis Kurdi dan faksi-faksi “oposisi”, semua ini adalah tanda-tanda akan
segera hancurnya makar mereka.
"(Orang-orang Yahudi dan
orang-orang munafik) dengan keadaan bersatu padu sekalipun, tidak berani
memerangi kamu melainkan di kampung-kampung yang berbenteng kukuh, atau dari
sebalik tembok. (Sebabnya): permusuhan di antara mereka sesama sendiri amatlah
keras; engkau menyangka mereka bersatu padu, sedang hati mereka berpecah belah
(disebabkan berlainan kepercayaan mereka). Yang demikian itu, kerana mereka
adalah kaum yang tidak memahami (perkara yang sebenarnya yang memberi kebaikan
kepada mereka)."
{Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati
mereka berpecah belah. Yang demikian karena mereka adalah kaum yang tidak
mengerti} [Al-Hasyr: 14].
Para salibis akhirnya akan
mendapati bahwa mereka tidak dapat menghadapi Daulah Islam kecuali secara
langsung, saling berhadapan, atau lainnya –karena pendarahan mereka tiada
henti- para salibis akan dipaksa untuk melepaskan peperangan mereka melawan
muslimin hingga waktu yang ditentukan Allah bagi al-Malhamah al-Kubra.
Ya Allah, yang menurunkan kitab,
yang cepat hisabnya, yang menggerakkan awan-awan, menundukkan
golongan-golongan, buatlah mereka gemetar, dan anugerahi kami kemenangan atas
mereka.
No comments:
Post a Comment