TEORI KONSPIRASI ADALAH SYIRIK ! (BAGIAN 1)
Senin, 13 Sya`ban 1436
Dikutip dari majalah Dabiq edisi 9
Kaum musyrik
Jahiliyyah di Jazirah Arab sekalipun tidak meragukan bahwa Allah sendiri yang
memiliki kekuatan mutlak, ilmu, dan kepemilikan, tetapi mereka melakukan syirik
dalam berbagai bentuk, termasuk menyifatkan sebagian pengetahuan yang ghaib
kepada tukang ramal, menempatkan bagian hasil tanaman dan ternak mereka kepada
berhala-berhala, dan mengklaim bahwa berhala-berhala mereka itu menjadi
perantara yang memiliki beberapa pengaruh atas mereka.
Adapun pengakuan
bahwa berhala, dukun, dan raja mempunyai kekuatan, ilmu, dan kepemilikan mutlak
atau nyaris mutlak, maka ini sudah di luar keadaan fitrah orang-orang
jahiliyyah yang telah rusak sekalipun. Sayangnya, pemahaman syirik ini (baik
yang ashgar maupun yang akbar) telah memasuki hati dan benak banyak pemimpin,
ulama, dan da’i yang dianggap “Islam”
–meniru nasionalis Arab sebelum mereka – ketika mereka mulai menggambarkan
musuh-musuh Islam dengan sifat-sifat rubūbiyyah (ke-Rabb-an Allah) yang
terbatas hanya milik Allah.
Bagi mereka, kaum kafir mempunyai ilmu, kekuatan,
dan kepemilikan yang mendekati mutlak untuk merencanakan dan melaksanakan
setiap konspirasi besar yang mereka kehendaki. Seolah-olah mereka menyifatkan
kepada kaum kafir itu kemampuan untuk menciptakan dengan kata “kun (jadilah)”!
Kejahatan mereka tampak nyata sekali dalam perkara yang berhubungan dengan
jihad.
Jika seseorang
ingin melakukan jihad, para pemimpin ini akan memperingatkan mereka bahwa jihad
saat ini adalah konspirasi untuk memusnahkan pemuda Muslim, sehingga membiarkan
negeri-negeri Muslim berada di tangan orang-orang sekuler. Jika seseorang
hendak bergabung dengan suatu jama’ah jihad, mereka akan mengingatkannya bahwa
jama’ah tersebut adalah ciptaan orang-orang kafir sehingga membantu kepentingan
kafir. Jika operasi jihad – seperti 11 September – dilakukan atas orang-orang
kafir, mereka akan mengklaim operasi ini adalah konspirasi orang-orang kafir
untuk menjustifikasi agresi mereka terhadap Muslimin.
Jika seorang
pemimpin jihad meraih syahadah, mereka akan mengatakan bahwa kuffar
memanfaatkannya dan perlu mencampakkannya agar dia tidak memutuskan untuk
keluar dan mengungkap “konspirasi” di
mana dia diduga terlibat di dalamnya. Jika mujahidin membebaskan teritorial
yang diduduki kuffar, mereka akan berkata bahwa kuffar membiarkan mereka untuk
melakukannya karena kepentingan kafir membutuhkan perang jangka panjang. Jika
mujahidin mengumumkan sebuah negara Islam, mereka akan mengatakan bahwa kuffar
memfasilitasinya untuk menjustifikasi campur tangan urusan umat Islam.
Jadi,
menurut para pakar teori ini, hampir semua peristiwa di dunia seakan terhubung
kembali dengan kaum kafir, agen intelijen, riset, teknologi, dan pendukung
konspirasi mereka!
Dengan demikian,
teori konspirasi sudah menjadi sebuah dalih untuk meninggalkan jihad, menjadi
kekaguman besar terhadap kaum kafir, mengabaikan kewajiban bai'at,
dan mengejar dunia; semua atas nama “kesadaran” politik.[1]
No comments:
Post a Comment