RAMADHAN BULAN KESUNGGUHAN, KETAATAN, JIHAD DAN FUTUHAT
MAKTABAH AL-HIMMAH AD-DAULAH
AL-ISLAMIYYAH
Ramadhan 1436 H
Alih Bahasa: Usdul Wagha
Segala puji bagi Allah, shalawat
dan salam atas Rasulullah, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang berwali
kepadanya, Amma ba’du:
Kami telah memilihkan untuk
kalian wahai saudaraku – para mujahid – sebuah kalimat milik Syaikh al-Wazir
Abu Hamzah al-Muhajir Abdul Mun’im al-Badawi al-Mishri (taqabbalahullah) yang
beliau nasihatkan kepada para ikhwan mujahidin enam tahun yang lalu, kalimat
ini berjudul Ramadhan Bulan Jihad dan Ampunan, dan kami persembahkan untukmu
secara ringkas dan sedikit perubahan, maka simaklah apa yang dihaturkan oleh
Al-Muhajir (rahimahullah):
Segala puji bagi Allah Raja
Diraja, yang Maha Suci dari sifat nista, Maha Memiliki segala keagungan dari
berbuat zhalim, yang Maha Tunggal dalam keabadian, Yang Maha Mendengar segala
aduan, yang Maha Menyingkap segala musibah, shalawat dan salam semoga tercurah
kepada yang diutus dengan pedang menjelang hari Kiamat sebagai pembawa kabar
gembira dan peringatan, sebagai penyeru kepada Allah dengan izin-Nya dan
sebagai lentera yang terang benderang..amma ba’du;
Kita memuji kepada Allah Yang
Maha Mulia dan Maha Memberi yang telah menyampaikan kita kepada bulan ini, dan
kita mengaturkan salam kepada Umat Islam dan Mujahidin di jalan Allah yang
sedang beribath di perbatasan kemuliaan dan tempat kebanggaan, baik di timur mahupun
di barat, orang-orang yang baik dan ikhlas, yang jujur dan sabar, singa-singa
peperangan dan kesatria kejayaan, para Rijal Daulah Islamiyyah, Dari Abu
Hurairah (radhiyallahu anhu) bahwasanya Rasulullah (shallallahu alaihi wa
sallam) bersabda:
“Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, dan
ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaithan-syaithan”.
[Diriwayatkan oleh Muslim].
Al-Qurthubi (rahimahullah)
berkata:
“Boleh membawa pengertian hadits ini secara zahir, sehingga maknanya
bererti surga dibuka dan dihiasi bagi siapa yang meninggal pada bulan Ramadhan
dikarenakan kemuliaan ibadah yang terjadi di dalamnya, dan ditutup pintu neraka
sehingga tidak akan memasukinya orang yang meninggal pada bulan itu”.
[Al-Mufham].
Dan bulan kita yang mulia ini
merupakan rukun dari salah satu rukun-rukun Islam yang agung, dan tidak akan
tegak dien kecuali dengan rukun-rukunnya. Nabi (shallallahu alaihi wa sallam)
bersabda;
“Islam dibangun di atas lima perkara; Syahadat bahwa tidak ada ilah
yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa di bulan Ramadhan” (muttafaq
‘alaih).
Al-Qurthubi berkata:
“Dan pengkhususan menyebutkan
lima perkara ini tanpa menyebutkan di dalamnya jihad, padahal jihad yang
membuat dien ini unggul dan yang menghancurkan kekuatan orang-orang kafir, kerana
lima hal ini merupakan kewajiban yang langgeng atas setiap individu (fardhu
‘ain) dan tidak gugur atas orang yang memenuhi syarat-syaratnya, sedangkan
jihad adalah fardhu kifayah yang terkadang gugur pada beberapa waktunya”
[Al-Mufham].
Dengan gamblang dia
(rahimahullah) menyebutkan apabila keadaan jihad telah fardhu ‘ain maka dia
menjadi salah satu penopang Islam yang dia tidak akan tegak dan mulia kecuali
dengannya, bagaimana tidak, sedangkan jihad memiliki manfaat yang umum, dan
bahaya meninggalkannya sangat besar bagi dien, kehormatan, jiwa dan harta, dan
mujahid di jalan Allah mereka adalah orang-orang yang merealisasikan makna
iman, yang membenarkan nash al-Quran dengan pengakuan mereka kepadanya, Allah
berfirman di dalam surat Al-Hujurat:
{Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia tidak ragu dan berjihad dengan
harta dan jiwanya di jalan Allah, mereka itulah orang-orang benar}.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
(rahimahullah) berkata:
“Ini menjelaskan bahwa berjihad adalah wajib dan meninggalkan keraguan
adalah wajib, dan jihad walau dia secara hukum adalah fardhu kifayah – yakni di
masa-masa ketika hukumnya adalah fardhu kifayah – namun secara asal kaum
mukminin menjadi objek dari firman ini, sehingga mereka harus meyakini akan
kewajibannya dan bertekad untuk mengerjakannya manakala hukumnya telah menjadi
fardhu ‘ain”. [Majmu’ Al-Fatawa].
Maka jihad termasuk bagian dari
iman dan bahkan dia adalah puncak tertingginya, maka janganlah sampai engkau
luput darinya – semoga Allah menjagamu – dari mendapatkan bagianmu pada bulan
yang mulia ini. Di dalam Ash-Shahih diriwayatkan oleh Abu Hurairah
(radhiyallahu anhu) dari nabi (Shallallahu alaihi wa sallam) beliau bersabda:
“Allah menjamin atas orang yang keluar untuk berjihad di jalan-Nya,
tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena iman kepada-Ku dan membenarkan
rasul-rasul-Ku, untuk mengembalikannya kecuali dengan membawa pahala yang dia
raih atau ghanimah, atau memasukkannya ke dalam surga, jika bukan karena aku
khawatir akan memberatkan umatku tentu aku tidak akan tertinggal dari satu
sariyah pun, dan sungguh aku sangat berharap seandainya aku terbunuh di jalan Allah
kemudian aku dihidupkan lagi, lalu aku terbunuh lalu dihidupkan lagi lalu aku
terbunuh”.
Ibnu baththal (rahimahullah)
berkata; ‘intadaballah’ maksudnya: “adalah Allah mewajibkan dan memuliakan bagi
orang yang mengikhlaskan niat di dalam jihadnya untuk memperoleh apa yang Dia
janjikan” [Syarh Al-Bukhari].
Jadikanlah hidupmu nikmat di
dalam jihad dan di dalam petunjuk … sesungguhnya jihad penghimpun keimanan
Panggullah senjatamu dan
janganlah kilaunya menjadi hilang … sesungguhnya senjata adalah ciri para
pahlawan
Benamkanlah dirimu di dalam
pertempuran … karena umur tidak akan menjadi pendek lantaran keberanian
Bulan mulia telah menyambut
paginya … dan terkadang orang yang pengecut justru menendang banyak kebaikan
Nabi (shallallahu alaihi wa sallam)
bersabda;
“Di antara jalan hidup yang terbaik manusia adalah seorang laki-laki
yang menarik kendali kudanya di jalan Allah, dia akan melesat di atasnya,
setiap kali dia mendengar suara perang dia akan terbang melesat di atasnya
berharap agar dia terbunuh atau mencari kematian di tempat yang dia
perkirakan”. [Diriwayatkan oleh Muslim].
An-Nawawi (rahimahullah) berkata:
“Yakni sebaik-baik keadaan hidup
mereka adalah seorang laki-laki yang memegang …” [Syarh Al-Muslim].
Al-Qurthubi berkata di dalam
Al-Mufham;
“Yakni di antara jalan kehidupan paling mulia adalah jihad”.
Maka renungkanlah – semoga Allah
merahmatimu – sabda nabi (shallallahu alaihi wa sallam) “berharap terbunuh” setelah sabdanya: “Di antara jalan hidup yang terbaik manusia” sesungguhnya ini
menunjukkan bahwa mati di jalan Allah pada hakikatnya adalah hidup – walau
nafsumu yang senantiasa memerintahkanmu keburukan mendustakannya, serta syahwat
dan syubhat yang membuatmu berat darinya – maka sesungguhnya Allah telah
berfirman: {Dan janganlah sekali-kali
kalian mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu telah mati,
akan tetapi mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dan diberi rizki}.
Maka bersemangatlah – wahai
mujahid – untuk memperoleh syahadah pada bulan yang mulia ini, dan janganlah
engkau pernah mengira bahwa syahadah adalah barang pungutan yang tidak ada
harganya, namun dia adalah harta simpanan yang sangat agung yang tidak akan
diraih kecuali oleh mereka yang telah mengambil jatah kebaikan yang banyak,
sebuah kedudukan mulia yang tidak akan diperoleh kecuali oleh mereka yang telah
naik ke atas derajat yang tinggi.
Kemudian ketahuilah, bahwa jalan
menuju surga tidak ada tempat bagi orang-orang penakut dan pengecut, namun
hanya dilalui oleh para pemberani dan orang-orang mulia, mulia jiwa dan dien,
orang-orang yang menjual jiwanya kepada Allah di jalan Allah, dia adalah jalan
kesungguhan, kelelahan dan kepayahan, jiwa akan terenggut dan harta akan sirna,
sebagaimana jihad adalah kemuliaan dan keagungan.
Dan bagimu terdapat banyak sekali keteladaan dari kakek-kakek kita:
Suatu ketika raja Salibis Romawi
bernama Romanos sangat bersemangat untuk menghancurkan kaum muslimin lantaran
jumlah mereka yang sedikit dan persiapan mereka yang lemah pada pandagannya.
Maka dia pun datang membawa pasukan berjumlah dua ratus ribu pasukan untuk
memerangi sultan Alp Arslan hingga tiba di Malazgirt, dan sultan mendengar
jumlah mereka yang banyak, sedangkan dia tidak memiliki pasukan kecuali sekitar
lima belas ribu penunggang kuda, maka di pagi hari dia pun mengumpulkan
pasukannya di tempat pertemuan, dan ketika kedua pasukan sudah saling bertemu,
sultan mengirim utusan untuk meminta pejanjian damai, akan tetapi taghut Romawi
yang tertipu ini berkata;
“Tidak ada perjanjian damai kecuali di Ray (yakni di pusat negeri kaum
muslimin).”
Sultan Alp Arslan pun marah, dan
kedua pasukan akhirnya beradu pada hari Jum’at di saat para khatib sedang di
atas minbar-minbar, sultan lalu turun dan menaburi wajahnya dengan tanah,
kemudian menangis dan menundukkan diri kepada Allah yang di tangan-Nya terdapat
pertolongan, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kemudian dia membawa
senjatanya dan menaiki kudanya, mereka pun berbuat jujur kepada Allah, sehingga
turunlah pertolongan dan mereka berhasil membunuh orang-orang Romawi sesuai apa
yang mereka inginkan, dan hancurlah pasukan salib dan penuhlah tanah dengan
mayat-mayat mereka, bahkan taghut Romawi Romanos tertawan, lalu dia dihadapkan
kepada Sultan dan Sultan menamparnya sebanyak tiga kali, kemudian raja itu
menebus dirinya dengan uang sebanyak seribu lima ratus dinar dan dengan setiap
tawanan kaum muslimin yang dia miliki.
Wahai para pahlawan, wahai para muwahhidin mujahidin:
Engkau berada pada bulan yang
mulia dan penuh berkah, kalian mendapatkan pertolongan dari Allah atas jiwa
kalian dan musuh kalian, Allah memuliakan kalian dengan jihad atas kaum
murtaddin dan salibis, kalian telah memikul beban iqamatuddin dan membela kaum
lemah dan tertindas, maka kuatkanlah semoga Allah merahmati kalian, sungguh
Amirul Mukminin Abu Umar Al-Baghdadi telah mengucapkan sebuah perkataan agung
di saat dia berkata;
“Maka wajib atas setiap muslim yang memuliakan Allah dengan kemulian
yang sebenarnya dan mengagungkan agama Allah dan syariat-Nya, untuk mencurahkan
jiwanya dengan murah di jalan Allah”. Dan ketika dia berkata tentang penjara
dan tawanan yang ditujukan kepada para ummahat: “Dan wajib bagi kita untuk
kalian, biarlah mereka (para wanita) melihat darah kami mengalir di bawah
pagar-pagarnya hingga mereka melihat keluarga kalian terbebas”.
Maka berlakulah ikhlas dan
ikhlas, jama’ah dan jama’ah, teguhlah dan teguhlah, waspadalah dan waspadalah,
berdoa dan berdoa, tawakkal dan tawakkal wahai para tentara Allah, di hadapan
kalian musuh-musuh kalian {Maka bunuhlah kaum Musyrikin di mana saja kalian
temui, sergaplah mereka, kepunglah mereka, dan intailah mereka di setiap tempat
pengintaian}, sesungguhnya mereka adalah orang-orang zalim dan kafir yang
melampaui batas, mereka tidak memelihara (hubungan) kekerabatan dengan orang
mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian, mereka berjalan di muka bumi
dengan membuat kerusakan dan senang jika tersebar perbuatan keji terhadap
orang-orang yang beriman, dan mereka sangat ingin seandainya kalian kafir
sebagaimana mereka kafir sehingga kalian menjadi sama, maka tidak ada jalan
keluar bagi mereka kecuali mereka dibunuh atau disalib atau tangan dan kaki
mereka dipotong secara silang.
Segala puji bagi Allah Rabb
semesta alam, dan tidak ada permusuhan kecuali atas kaum yang zhalim.
Saudara kalian Abu Hamzah
Al-Muhajir
Ramadhan 1430 H
No comments:
Post a Comment