SERANGAN YANG SEMPURNA
John Cantlie
بسم الله الرحمن الرحيم
Sesuatu yang awalnya berupa
gerakan eksplosif di Irak, kini tiba-tiba menjelma menjadi suatu fenomena yang
dihadapi Barat dan dunia demokrasi secara keseluruhan sebagai perangkat rusak.
– John Cantlie
“Ini adalah sebuah prinsip inti
kepresidenanku: jika anda mengancam Amerika, maka anda tidak akan menemukan
tempat berlindung yang aman.” Obama, September 2014
“Ketika mereka berusaha keras
membangun tempat berlindung yang aman, ini akan menjadi titik awal untuk
mengadakan serangan atas Amerika, Barat, dan serangan global.” RAND
Corporation, Maret 2015
Berbagai bai’at kini dinyatakan
pada waktu yang tampaknya terjadi setiap bulan dari kelompok-kelompok Islam di
seluruh dunia kepada Islamic State. Maka itu benar-benar suatu hal yang
dido’akan oleh setiap mujahid dan sebuah mimpi buruk bagi para pemimpin militer
dan politik dunia demokrasi. Pertumbuhan luar biasa Khilafah dan fakta bahwa ia
adalah entitas hidup dan bernafas dengan wilayah seluas ribuan mil persegi
telah memberikan Muslimin di sekitar Timur Tengah, Asia, dan Afrika kepercayaan
dan keyakinan untuk mengulurkan tangan, memberikan bai’at kesetiaan, dan
melancarkan berbagai operasi dengan kesatuan dan kekuatan tujuan yang sama
sekali tidak terlihat sebelumnya.
Sesuatu yang awalnya berupa
“kelompok” Islam paling eksplosif di dunia modern secara deras meningkat
menjadi gerakan Islam paling eksplosif yang belum pernah terjadi sebelumnya di
dunia.
Tidak pernah terjadi sebesar ini
sebelumnya pada skala maupun secepat ini. Sapuan besar di Pakistan, Nigeria,
Libya, Yaman, dan Jazirah Sinai sekarang ini, semuanya bersatu di bawah bendera
hitam tauhid, sama-sama terikat satu oleh Daulah Islam. Mujahidin di
provinsi-provinsi di Afganistan yang dulu merupakan kancah pertempuran dahsyat
selama lebih dari satu dekade dan membuat Amerika menghabiskan trilyunan dolar,
maka kini – kurang dari enam bulan setelah Amerika “menarik diri” secara
memalukan – loyal kepada Khilafah.
Mujahidin Afrika Barat menguasai
banyak wilayah di Nigeria
dan serangan mereka meningkat, mendorong keluar tentara nasional yang keletihan
dan hancur yang sekarang sebetulnya berada di ambang kejatuhan. Mereka mengumumkan
bai’at kepada Khilafah pada Maret dan ingatlah, mereka merupakan kelompok yang
sama yang diklaim oleh Obama tahun lalu berhasil dipukul mundur oleh kebijakan
intervensi Amerika. Tentu saja, dia mengklaim bahwa model serupa (memutus dana,
perangkat perekrutan, dan kemauan untuk berperang) yang bekerja begitu “baik”
dalam menurunkan moral mujahidin di sana
sebelum bai’at, akan bekerja sama baiknya terhadap Daulah Islam.
Tampaknya tidak bekerja seperti
yang direncanakan.
Kekuatan di balik pergerakan ini
mengerikan. Satu ekor singa dapat membunuh antilop, tetapi sebuah rasa harga
diri yang lapar dan cerdik dapat – jika mereka bekerja bersama-sama –
menjatuhkan seekor gajah Afrika. Ketika kelompok-kelompok mujahid di seluruh
dunia menyatukan kekuatan, maka kekuatan di balik Daulah Islam menempatkan
mereka pada posisi untuk melahap lebih banyak lagi mangsa.
Sekali lagi, Barat dan
sekutu-sekutunya tiba-tiba saja terperangkap total ketika kini mereka
mendapatkan diri mereka bukan hanya berperang melawan satu musuh di Irak dan
Syam, namun kini sebuah tentara internasional yang terdiri dari mujahid
berjumlah ratusan ribu dari berbagai negara; maka semua benua terbelah. Dalam
satu tahun, ia membuat pihak koalisi menghabiskan sebagian besar waktu mereka
untuk bersama-sama melakukan serangan atas Daulah Islam yang kini hanya melihat
gerombolan Syi’ah yang didukung oleh serangan udara menyerang Tikrit. Akan
tetapi, itu hanyalah berita yang telah usang yang baru saja dimulai. Mengapa fokus
ke Tikrit ketika Timur Tengah, Afrika, dan Asia
sekarang sudah siap?
Pergerakan ini tidak menunjukkan
tanda-tanda berkurang. Sungguh, kelompok-kelompok Islam yang cepat dan bersatu
serta berbagi fokus dan kepercayaan yang murni ini justru semakin meningkat.
Dan semakin banyak kelompok bergabung, semakin kuat pergerakan tersebut.
Ketika kelompok-kelompok itu
mengembangkan serpihan sel yang mengobarkan peperangannya sendiri-sendiri
berubah menjadi tubuh yang satu dan bersatu, maka ia berubah menjadi kekuatan
yang luar biasa, seperti halnya bola salju yang menggelinding dari atas gunung.
Ia semakin membesar hinga berakhir dengan sebuah longsoran salju. Semakin
banyak kesatuan bekerja bersama, maka mereka bisa saling memanfaatkan kemampuan
dan kekuatan untuk menutupi celah hingga hanya terdapat sedikit kelemahan.
“Katakan satu kelompok bagus
dalam membuat bom dan kelompok lainnya bagus dalam membuat propaganda.”
Demikian dikatakan Jonah Blank dari RAND Corporation, sebuah lembaga
“think-tank” AS. “Jika anda meletakkan bom yang benar di tempat yang benar
untuk efek propaganda yang benar, maka hal itu jauh lebih penting daripada
bekerja sendiri-sendiri.”
Gary Bernsten, mantan pegawai
intelijen CIA, berkata dalam sebuah wawancara dengan Fox News tanggal 9 Maret,
“Ini bukan bukan hanya suatu propaganda. ISIS
mempunyai milyaran dolar dana. Mereka mempunyai jaringan komunikasi yang
terhubung dengan kelompok-kelompok ini. Dan hal itu menunjukkan kepadamu betapa
berbahaya dan efektifnya ISIS . Mereka
benar-benar kelompok teroris Sunni paling sukses dalam sejarah karena mereka
telah mengukir sebuah ruang bagi sebuah negara bangsa, dan kelompok-kelompok
ini mengakuinya. Ini menunjukkan bahwa pernyataan Obama ‘ini bukanlah Islam’
adalah sebuah perkataan yang salah (batil). ISIS telah bekerja dengan cemerlang
dalam menjual dirinya kepada ratusan ribu manusia di sana yang tengah mencari sebuah pesan
(risalah).”
Lalu, mengapa Obama terlambat
menyadarinya? Dengan sejujurnya, saya belum pernah mendengar komentar si peraih
hadiah Nobel Perdamaian akhir-akhir ini, namun pasti ia tidak bisa terlalu lama
bersenang-senang. Pada akhir September, dia mengatakan, “Strategi untuk membuat
para teroris yang mengancam kita ini seraya menolong rekan-rekan yang ada di
garis depan, selama bertahun-tahun merupakan hal yang berhasil kita peroleh di
Yaman dan Somalia .”
Saya tidak mendapatkan informasi mengenai situasi saat ini di Somalia , tetapi
Yaman tengah bergejolak. Islamic State telah mendapatkan keuntungan dari chaos
(kekacauan) yang terjadi di sana .
Dan jelas sekali tidak ada yang namanya “berhasil kita peroleh.” Kedutaan
Amerika telah ditutup lebih dari tiga bulan sekarang ini, disebabkan takut akan
adanya kemungkinan serangan “teroris”, sementara negara tersebut terus
mengalami chaos. Apakah anda suka bila kata-kata tersebut dihidangkan dengan
makanan yang enak atau asam, ya Presiden?
“[Obama] menyebutkan kebijakan AS
atas Yaman dan Somalia
sebagai sebuah gambaran yang sukses dengan apa yang tersedia bagi Irak dan
Suriah – sebuah pukulan satu-dua dari angkatan udara AS yang dibantu sejumlah
angkatan darat lokal. Tetapi Somalia
adalah sebuah negara yang gagal dan Yaman nyaris tidak sehat; keduanya tetap
merupakan inkubator (mesin penetas) bagi terorisme berbahaya.” Demikian yang
ditulis oleh Washington Post dalam merespon pernyataan presiden. Dan itu
terjadi delapan bulan yang lalu, yaitu sebelum Muslimin di seluruh dunia
mengangkat senjata dalam jumlah yang banyak.
Tatkala Daulah Islam merampas
senjata dari kelompok-kelompok proksi yang didukung Amerika dan Iran setelah
dibantai mujahidin, maka mereka mendapatkan tank, roket peluncur, sistem rudal,
dan sistem anti-pesawat udara. Dengan mendapatkan pesawat udara bisa menjadi
langkah logis selanjutnya. Ini adalah alur sebuah film horor Barat yang berbau
politik.
Apa yang tengah terjadi saat ini
merupakan sebuah penyatuan kemampuan dan pengalaman yang memperlihatkan bahaya
terbesar yang belum pernah dialami oleh Barat dalam era modern. Ketika anda
mendapatkan sekumpulan mujahid yang kuat dalam berperang; semua bekerjasama dan
saling bertukar informasi untuk pertama kalinya di bawah satu bendera, maka
potensi bagi adanya sejumlah operasi pada tingkat yang belum pernah terlihat
sebelumnya meningkat berkali-kali lipat.
“Tatkala Daulah Islam merampas
senjata dari kelompok-kelompok proksi yang didukung Amerika dan Iran setelah
dibantai mujahidin, maka mereka mendapatkan tank, roket peluncur, sistem rudal,
dan sistem anti-pesawat udara.”
Mari saya tunjukkan sebuah
operasi hipotesis ke atas meja. Daulah Islam mempunyai milyaran dolar di bank,
maka mereka menyeru wilayah mereka di Pakistan untuk membeli sebuah
peralatan nukllir melalui diler senjata yang terhubung dengan pejabat-pejabat
yang korup di kawasan tersebut. Senjata itu kemudian dikirim lewat darat hingga
mencapai Libya , lalu dibawa
oleh mujahidin ke selatan, yaitu Nigeria . Pengapalan obat-obat
terlarang dari Kolombia menuju Eropa akan melewati Afrika Barat, maka
memindahkan barang selundupan jenis lainnya dari timur ke barat bisa saja
terjadi. Nuklir yang disertai mujahidin tiba di pantai Amerika Selatan dan
dibawa melewati perbatasan yang keropos di Amerika Tengah sebelum tiba di
Meksiko dan kemudian ke perbatasan Amerika Serikat. Dari sana, dengan sekali lompatan,
melewati terowongan yang biasa menyelundupkan barang, dan ‘sim salabim’; mereka
kini bercampur dengan 12 juta orang asing “ilegal” lainnya di Amerika yang
membawa bom nuklir di dalam bagasi mobil mereka.
Barangkali skenario semacam itu
terlalu jauh, namun itu merupakan kesimpulan dari semua ketakutan agen-agen
intelijen Barat dan secara umum lebih mungkin saat ini daripada setahun yang
lalu. Jika bukan sebuah nuklir, bagaimana bila ia adalah beberapa ribu ton
bahan peledak amonium nitrat? Itu cukup mudah dilaksanakan. Daulah Islam tidak
membuat rahasia apa pun, karena faktanya mereka memiliki setiap niat untuk
menyerang Amerika di kampung halamannya sendiri dan mereka tidak akan berterus
terang tentang dua mujahid yang mengadakan puluhan insiden jika berasal dari
Khilafah. Mereka akan melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang bisa membuat
operasi yang telah terjadi tampak seperti menembak tupai. Dan semakin banyak
kelompok yang berbai’at, maka semakin mungkin untuk menarik sesuatu yang
benar-benar dahsyat.
Ingat! Semua ini sudah terjadi
dalam waktu kurang dari setahun. Betapa akan lebih berbahaya lagi keadaan
jaringan komunikasi dan suplai satu tahun ke depan? Jika Barat benar-benar
gagal menemukan cara untuk mengatasi kemunculan Daulah Islam, kemudian
sekutu-sekutunya dengan cepat berbai’at kepadanya dari seluruh dunia, maka
bentuk signifan yang besar apa lagi yang akan lepas dari mereka kelak?
Mari saya akhiri dengan sebuah
contoh singkat tentang motivasi kecil dari para pejuang Muslim yang sekarang
dihadapi pihak Barat. Baru-baru ini saya mempunyai kesempatan untuk bertemu
dengan dengan seorang pejuang kharismatik dari sebuah negara Arab. Orangnya
berpendidikan dan cerdas. Dia mengatakan kepada saya dengan perasaan muak bahwa
beberapa saudaranya yang sedarah bekerja sebagai prajurit di ketentaraan sebuah
rezim Arab. Dia mengatakan, “Saya berkata kepada mereka sekali tiap beberapa
bulan dengan harapan mereka bisa berubah. Jika mereka menolak, maka insya Allah,
saya memiliki kesempatan untuk membunuh mereka semua di medan tempur. Mereka berperang karena rezim
thaghut yang mencintai Amerika, sedang saya berperang karena Allah. Siapa yang
lebih kuat?”
Itu adalah sebuah contoh yang
menimbulkan rasa hormat dan sederhana yang karenanya Barat tidak akan pernah
memenangkan perang ini. Barangkali pernah terjadi satu kali kesempatan untuk
menyerang di dalam perbatasan pihak Barat atau di perbatasannya oleh Daulah
Islam bisa dicegah lewat negosiasi; tetapi itu tidak lagi. Pada saat wilayah
Daulah Islam bergerak dari satu perbatasan ke perbatasan lainnya seperti sebuah
api liar yang membakar tak terkendali, maka itu hanya soal waktu saja sebelum
Daulah Islam mencapai dunia Barat.
Sumber: Majalah DABIQ #9
No comments:
Post a Comment