NASIHAT LUKMAN HAKIM: "WAHAI ANAKKU, TIADA AMALAN SOLEH TANPA KEYAKINAN DENGAN ALLAH TAALA. SESIAPA YANG MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG LEMAH MAKA AMALANNYA JUGA MENJADI CACAT."

Blogger Widgets Blogspot Tutorial

Tuesday 7 July 2015

MENGENALI SEKUTU MEMERANGI DAULAH ISLAMIYAH



Sekutu-Sekutu Al Qa’idah Di Syam (Bahagian 1)
May 22, 2015 1,659 Views

Abu Hamzah al-Muhajir (rahimahullah) pernah menyampaikan pesannya kepada fraksi nasionalis di Iraq, “Kepada yang berjuang untuk bangsa dibawah panji nasionalis patriotis, Saya  katakan, seseorang yang  datang kepada Rasul shallallahu alaihi wa sallam –dalam Bukhari & Muslim riwayat Abu Musa- bertanya ‘ya Rasullullah, siapakah yang berperang di jalan Allah? Seseorang mungkin berperang karena kemarahanya atau perang karena hamiyyah (kesombongan)?  Maka Rasul shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kepalanya dan berkata “siapapun yang berperang supaya kalimat Allah itu tinggi maka ia berperang di jalan Allah,”.

An Nawawi, Ibnu Hajar dan yang lainnya  mengatakan bahwa hamiyyah adalah berperang untuk harga diri, iri hati atau mempertahankan marga/keluarganya. Kemudian, Al Hafidh Ibnu Hajar dalam bukunya ‘Al Fath’, dikatakan bahwa:


“Mungkin saja seseorang berperang untuk menolak bahaya dan berperang karena marah bisa berarti perang untuk mencari keuntungan”.

Jadi apakah perang kalian, wahai manusia, bertujuan sebagaimana apa yang Rasul shallallahu alaihi wa sallam peringatkan? Yang dikehendaki syari’ah Allah seperti al Hafidh ibnu Hajar dalam ‘Al Fath’ mengatakan:

“Perang itu tidaklah fi sabilillah kecuali kalau peperangan itu hanya untuk kalimat Allah yang paling tinggi”.

Pembebasan negeri dan tujuan lain di dalamnya adalah akiba, bukan tujuan. Anda tahu keburukan perang ini, sebagaimana para penguasa arab hari ini yang naik tahta kekuasaan dengan bendera nasionalisme. Apa hasilnya? Bukankah kerugian dunia dan akhirat? [Makalah Kedua].

Amirul Mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi (rahimahullah) mengatakan:

“Pemikiran nasionalisme dan patriotisme bertolak belakang dengan Agama dalam banyak hal yang mendasar.

Pertama, keutamaan seseorang harus berdasarkan ketakwaan bukan berdasarkan darah (keturunan). Allah (ta’ala) berfirman {“Wahai manusia sungguh telah ciptakan kamu, laki laki dan perempuan dan menjadikamu bersuku suku dan berkabilah-kabilah supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa”}[Al Hujurat:13].

Kedua, nasionalisme berlawanan dengan prinsp al Wala’ dan al Bara’ -dasar utama agama-. Orang Kristen Iraq adalah saudara mereka yang memiliki hak sama, sementara orang India atau Turki yang muslim tidak punya hak yang sama. Syari’at mereka mengharuskan melebihkan ‘Uqbah ibnu Abi Mua’ayt dan Abu Jahl daripada Bilal yang Ethopia dan Salman yang dari Parsi.

Ketiga, nasionalisme berlawanan dengan keterikatan /persaudaraan antar mukminin. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Mukmin dengan mukmin lainya seperti sebuah bangunan, tiap bagian berpegangan erat satu dengan lainnya,” [HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa Al Ash’ari].

Nabi juga menyebut:

“Cinta, Kasih sayang dan simpati  antar mukmin satu dengan lainnya seperti, kalau betis nyeri maka seluruh tubuh meresponnya dengan kurang tidur dan demam,” [Bukhari dan Muslim dari An Nukman ibnu Bashir].

Keempat, nasionalime berdasarkan seruan partisan (sikap berat sebelah). Allah ta’ala berfirman,

“Ketika orang orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah,” [Al Fath:26].

Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda

“Siapa yang menyeru pada ‘ashabiyah (nasionalisme), ia bukan dari golongan kami” (diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jubayr ibnu Mut’im) [Adhillah ‘Alal-Mu’minin A’izzah ‘Alal-Kafirin].

Amirul mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi (rahimahullah) juga mengatakan:

“Amat menyedihkan bibit-bibit sekulerisme menyebar kebohongan, dirumuskan berdasarkan itu, diperdebatkan berdasarkan itu, dan mengangkat bendera kebutaan atas nama nasionalisme dan patriotisme, keduanya adalah konstitusi bawaan Negara Majusi. Mereka membuat sumber-sumber daya Iraq –khususnya air dan minyak- menjadi hak milik mereka yang memiliki kewarganegaraan Iraq saja! Apa yang akan terjadi jika Rasulullah hijrah ke tanah kita? Tentu saja nabi shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke tempat yang bukan miliknya dan berdiam di rumah selain miliknya. Akankah, menurut doktrin mereka, semua sumber daya itu halal untuk beliau dan sahabat-sahabatnya? Tidak. Untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan muhajirin setelahnya punya kuasa memimpin, lalu jika itu terjadi maka harus menghadapi kekasaran dari perlawanan mereka!  Bagaimana tidak, orang-orang ini adalah orang-orang yang mengatakan:

Iraq adalah untuk orang Iraq dan segala sumber daya adalah untuk orang Iraq’.

Ya, untuk semua orang Iraq meskipun dia dari Yazidi penyembah setan atau Sabian Mandaeans. Semua –menurut mereka- punya hak yang seimbang, apakah seorang Muslim atau Rafidi Majusi! Tak perduli apakah orang Iraq ini penyembah Allah yang Maha Mulia atau setan pembangkang. Hak-haknya akan dilindungi! Wahai muwahiddin, kita yakin setiap Muslim bersaudara, meskipun dia dari Filipina. Dan penyembah syetan adalah musuh kita meski pun dia orang Iraq asli,” [Fa’ammaz-Zabadu Fayadhhabu jufa’a].

Pada 25 Desember 2014, telah dibentuk Jabhah Syamiyyah di Aleppo. Terdiri dari:

Jabhah “Islamiyah”,
Jaisyul “Mujahidin”,
Harakah “Nuruddin Zanki”,
Fastaqim Kama Umirt, Jabhah Ashalah wa Tanmiyah,
dan baru baru ini, Harakah Hazm.

Kebanyakan faksi ini adalah anggota Dewan Komando Revolusioner Nasionalis Suriah. Semua Faksi ini mengira akan menerima bantuan ‘tanpa syarat’ dari rejim teluk, CIA, Koalisi Nasional Suriah (SNC) atau Dewan Militer Tertinggi FSA, sementara faksi-faksi tersebut “bukan bagian” dari salah satu dari pemberi bantuan tersebut.

Pada Febuari 2015,  Jabhah (Fornt) baru tersebut telah bersepakat dengan Pemerintahan Otonomi Persatuan Demokratik Kurdi dan Satuan Pelindung Rakyat (YPG) -sayap militer Partai Persatuan Demokrat (PYD)-, yang merupakan cabang Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), untuk mengimplementasikan syari’ah di Afrin! Bagaimana jadinya nasionalis ‘islamis’, berencana untuk mengimplementasi “syari’ah” beriringan dengan Marxist dan demokrasi sekuler? Tak akan mungkin. Apakah PKK yang dibantu pesawat salibis di ‘Aynul Islam akan membantu penerapan syariah?!bendera nalionalis sekutu alqaida di Syam

Senario nasionalis “islami” bekerja bersama beriring dengan nasionalis sekuler untuk membangun pemerintahan nasionalis dengan elemen “islam” dan demokrasi dalam kerangka konstitusi, adalah sama seperti yang telah terjadi di Mesir, Libya dan Tunisia. Tentara salibis berharap pada akhirnya pemisahan dua kubu, duduk-duduk dan tinggal menunggu untuk mendukung sisi yang lebih menguntungkan bagi mereka dibanding sisi yang lain. Kedua sisi berlomba mempertunjukkan kemurtadan untuk memenangkan hati dari salibis dan sekutu mereka, thaghut-thaghut Arab.

Meskipun permainan ini sangat jelas bagi mereka yang mengerti iman dan waqi’, namun hal itu dirasa belum jelas bagi pengklaim jihad Syam (Jabhah Jaulani).  Sempalan-sempalan yang memerangi Daulah Islam bersama Faksi Sahawat, yang akhirnya membentuk Jabhah Syamiyyah mengklaim faksi ini adalah batalion mujahidin yang ikhlas. “Keikhlasan”  yang diklaim Jabhah Jaulani  semakin jelas dari hari ke hari.









No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Nasihat Lukman Al-Hakim: “Anakku, apabila sesiapa datang kepada kamu dengan aduan bahawa si anu telah mencabut kedua-dua biji matanya dan kamu lihat dengan mata kepala sendiri bahawa kedua-dua biji matanya tercabut, namun janganlah kamu sampai kepada sesuatu kesimpulan sebelum kamu mendengar pihak yang lain. Tidak mustahil orang membuat aduan itulah yang mula-mula mencabut mata orang lain, boleh jadi sebelum kehilangan kedua-dua biji matanya dia telah mencabutkan empat biji mata orang lain.”