NASIHAT LUKMAN HAKIM: "WAHAI ANAKKU, TIADA AMALAN SOLEH TANPA KEYAKINAN DENGAN ALLAH TAALA. SESIAPA YANG MEMPUNYAI KEYAKINAN YANG LEMAH MAKA AMALANNYA JUGA MENJADI CACAT."

Blogger Widgets Blogspot Tutorial

Sunday, 11 January 2015

KRISIS



KRISIS
MISCELLANEOUS

بسم الله الرحمن الرحيم

  

Perang terus meningkat, nilai minyak terus menurun, dan Amerika mencetak $85 milyar setiap bulan untuk mencegah kehancuran total. Krisis ekonomi tengah melaju cepat dan dunia memerlukan mata uang stabil yang bisa diandalkan. Selama 5.000 tahun mata uang tersebut adalah emas.

Dewasa ini “uang” benar-benar sudah terlalu banyak di dunia. Sebagai akibatnya, segala sesuatu tidak akan berjalan dengan baik hingga beberapa tahun ke depan. Anda dapat melihat pada perekonomian di hampir setiap negara. Biaya hidup semakin meningkat seiring dengan nilai mata uang yang semaking berkurang, sementara bank-bank sentral mencoba untuk menggembungkan permasalahan begitu saja dengan mencetak lebih banyak lagi kertas yang tertera nominal di dalamnya.

Upaya seperti ini terus saja dilakukan sepanjang sejarah dan selalu saja gagal. Uang dolar semakin menurun, tetapi kali ini turut mempengaruhi dunia.

Sejak tahun 1971, sistem keuangan dunia berbasis pada kepercayaan. Mata uang hanya memiliki nilai tukar dengan barang karena bank mengatakan harganya - $5 yang dipakai untuk membeli kopi dan sandwich kemarin, jadi anda percaya bahwa hal itu berlaku untuk besok. Akan tetapi, ketika sistem kepercayaan dalam masalah keuangan antara masyarakat dan pemerintah jatuh ke titik rendah yang belum pernah terjadi sejak 1930-an, sementara tidak satu pun mata uang dunia terikat pada nilai asli, realitas krisis ekonomi dunia global tampak semakin dekat.

Ketika menjadi mata uang cadangan dunia, hingga sekarang, dan mata uang tunggal untuk perdagangan minyak, dolar AS meliputi sekitar 60% nilai seluruh mata uang di dunia dan lebih dari setengah uang itu berada di luar Amerika Serikat. Jadi, ketika dolar jatuh, maka ia akan menciptakan efek domino dan seluruh dunia akan jatuh bersama-sama.

Pada saat seperti itu, dunia perlu mencari sesuatu yang lebih berharga daripada kertas untuk menopang keuangannya. Sesuatu yang lebih berharga itu harus mempunyai nilai intrinsik, nilai yang tidak naik dan turun begitu saja dengan hanya menekan beberapa tombol di bank sentral. Barang tersebut bisa berupa sapi, sekarung beras, atau satu barel minyak. Akan tetapi, selama ribuan tahun terakhir barang yang paling populer yang memiliki nilai adalah emas.

Jumlahnya terbatas, sehingga nilainya tidak akan pernah hilang. Bank tidak bisa begitu saja mencetak lebih banyak uang menurut keinginannya. Ia mempunyai harga sesuai dengan keadaan pasar, tidak berdasarkan catatan bank. Ini akan tahan lama. Anda dapat menukarnya dengan barang. Dan untuk sekarang, hal itu sama berharganya atau lebih dibandingkan dengan ribuan tahun yang lalu. Itulah yang namanya uang.

Sungguh menakjubkan untuk berpikir bahwa segumpal emas yang mungkin telah digunakan untuk perdagagangan selama ribuan tahun yang lalu masih beredar. Bisa saja ia sudah dilebur dan berbentuk batangan atau dikalungkan pada leher seseorang, tapi ia masih tetap ada di sekitar kita. Bandingkan dengan secarik kertas.


MENGAPA KITA MEMBICARAKAN UANG?

Bulan lalu Daulah Islam mengumumkan rencana mereka untuk mencetak sendiri sejumlah uang dinar emas dan dirham perak. Hal ini dalam rangka melepaskan diri mereka dari mata uang kertas yang terikat dolar dan mengembangkan mata uang sendiri, sebuah mata uang yang memiliki nilai intrinsik.

Setiap negara memerlukan mata uang sendiri, dan perubahan yang dilakukan Daulah Islam ke emas dinar akan menjadi suatu ide yang brilian menghadapi pasar yang bergejolak saat ini. Situs keuangan Quartz menulis, “Dinar emas memiliki sejarah mendalam pada masa Islam yang telah berlangsung pada masa yang hampir dekat dengan zaman Muhammad (Rasulullah shallā Llāhu ‘alaihi wasallam, pen.) itu sendiri. Dinar Islam muncul pada tahun 696 M, yaitu ketika Dinasti Umayyah – berpusat di Damaskus – menguasai wilayah dari Jazirah Iberia (Andalusia, pen.) hingga Sungai Indus di Amerika Selatan.”

Dan nilai emas melonjak. Pada tahun 2006, saya memegang 1 kg emas yang harganya ketika itu sekitar $17.000. Sayangnya, itu bukan punyaku; seorang diler emas meminjamkannya padaku untuk sebuah artikel. Semua staf di dalam gedung mendengarnya dan mereka datang untuk melihat-lihat keindahannya. Emas murni membuat orang bertindak agak aneh semacam itu. Akan tetapi, jika saya mempunyai uang untuk membelinya, batang emas itu akan berharga $60.000 pada hari ini.

Dengan melakukan perluasan wilayah Khilafah, akan menjadi sesuatu yang tepat bila Daulah Islam memperkenalkan dinar dan dirham mereka sendiri. Keduanya merupakan mata uang yang bisa diterapkan dan berbentuk praktis yang kekuatan penggunaannya terletak pada tangan pebisnis dan konsumen. Dinar emas merupakan salah satu mata uang paling kuat di dunia. Dengan emas akan masuk akal dipergunakan di saat ada krisis ekonomi bergerak cepat, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam waktu yang sangat lama.

Cengkeraman dolar AS terhadap dunia terjadi semenjak perjanjian Bretton Woods pada tahun 1944 – ketika mata-mata uang di dunia disandarkan pada dolar, yang pada gilirannya disandarkan pada emas seharga $35 per ons – bertahan lama. Negara-negara di dunia telah mengirim emas mereka kepada Amerika untuk diamankan selama Perang Dunia ke-2 dan mereka mengumpulkan sekitar 20.000 ton emas. Selama tahun-tahun peperangan yang merobek dunia, dolar menjadi aktiva cadangan global melalui standar emas internasional yang diakui.

Amerika terus menggulirkan uangnya. Akan tetapi, karena biaya pengeluaran berlebih, peperangan, dan keserakahan membuat mereka pada tahun 1960-an mencetak uang lebih banyak daripada jaminan emas. Diperkirakan AS telah mengeluarkan $546 milyar hanya selama Perang Dingin saja. Mereka mencetak uang seakan-akan sudah menjadi mode, sehingga negara-negara di dunia menjadi nervous, mulai mengembalikan dolar, dan meminta kembali emas mereka.

Hal ini menciptakan kebocoran dan Bank Sentral AS terpaksa mengakui bahwa mereka tidak memiliki emas yang cukup untuk dikembalikan. Pada tahun 1971, Presiden Nixon mengumumkan bahwa Amerika tidak lagi menjaminkan dolar dengan emas, kecuali demi “kepentingan Amerika Serikat.”

Itu adalah kesalahan terbesar dalam sejarah modern. Nixon dengan segera menggantikan emas dengan minyak pada tahun 1973 dengan menyatakan bahwa semua transaksi internasional dengan negara-negara penghasil minyak OPEC dibuat dalam dolar. Keluarga kerajaan Saudi yang korup dan buruk menyetujuinya. Sebagai imbalan untuk hanya menggunakan dolar sebagai mata uang perdagangan minyak dan menginvestasikan milyaran dalam bentuk obligasi AS, Amerika akan memberikan dukungan militer dan melindungi ladang-ladang minyak mereka. Dengan posisi penawaran ada pada Saudi, negara-negara OPEC lainnya menyesuaikan diri, maka lahirlah negara petrodolar. Dolar sebelumnya disandarkan ke emas, dan sekarang disandarkan ke minyak.

“Tidak ada dolar, tidak ada akses ke komoditas paling penting di dunia, “ kata Nick Giambruno, seorang penasihat keuangan di Casey Research. “Jika Italia ingin membeli minyak dari Kuwait, maka mereka pertama-tama harus membeli dolar AS pada kurs pasar untuk membayar minyak, sehingga menciptakan permintaan artifisial untuk dolar AS yang tidak akan ada jika Italia membayarnya dengan euro.”


UNTUK SEMENTARA, SEMUA SESUAI RENCANA

Arab Saudi meraup trilyunan uang. Amerika meraup trilyunan uang. Namun kemudian, Saddam menganeksasi Kuwait pada tahun 1991 dan AS yang mendapat bagian dari penawaran, menghancurkan pasukan Ba’atsnya. Akan tetapi, mereka tidak berhenti di situ. Mereka lalu menerapkan sanksi berat kepada rakyat Irak itu sendiri. Hal ini menyebabkan kemiskinan yang mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 jiwa; itu hanya di kalangan anak-anak saja. Akhirnya, pada tahun 2000 mantan rezim Ba’ats mengumumkan bahwa mereka hanya akan menjual minyaknya dalam bentuk euro dan tidak kepada “negara musuh.”

Amerika kembali pada tahun 2003 di bawah kebohongan “senjata pemusnah massal” dan “perang melawan terorisme”. Dan setelah menghancurkan negara tersebut demi rakyatnya, mereka dengan segera mengembalikan penjualan minyak dalam bentuk dolar. Amerika memulai peperangan dan membunuh ratusan ribu orang untuk menjaga nilai dolar di antara kepentingan ekonomi lainnya. Hal ini semakin jelas ketika AS dan sekutu-sekutunya mundur sambil menonton Asad membantai lebih dari 200.000 orang di Suriah. Akan tetapi, tidak lama setelah Daulah Islam bergerak menuju ladang-ladang minyak di Irak dan Saudi, Amerika langsung terlibat.

Meskipun tindakan agresi adalah untuk menjaga harga dolar di seluruh dunia, para politisi dan pemodal AS mengetahui bahwa kejatuhan mereka hanya menunggu dalam hitungan hari. Anggota Kongres Ron Paul mengatakan bahwa keruntuhan dolar sudah semakin dekat. “Kita akan tahu saat itu akan semakin dekat ketika negara-negara penghasil minyak meminta emas, atau yang setara, untuk minyak mereka daripada dolar atau euro,” katanya.

Dan itulah yang terjadi saat ini. Rusia dan Cina memperdagangkan minyak dengan mata uang mereka sendiri dan mengumpulkan begitu banyak emas batangan, sehingga mereka siap untuk membunuh dolar dan petrodollar sebagai alat perdagangan internasional. Cina telah membangun sebuah gunung emas seberat 6.500 ton dalam bentuk batangan. Negara-negara lain melakukan perdagangan dalam bentuk euro dan emas atau berencana untuk melakukannya dalam waktu dekat.

Produsen gas alam terbesar di planet ini, Perusahaan Gazprom dari Rusia, akhir-akhir ini telah menandatangani perjanjian untuk beralih dari dolar ke euro dalam pembayaran. Gazprom juga merupakan produsen besar minyak dan merupakan suatu langkah besar dalam usaha melakukan de-dolarisasi. Cina akan mengikutinya.

Dan aksi militer yang dilakukan Daulah Islam semakin memeras monopoli perdagangan minyak Amerika dengan penyerangan, gangguan, dan pengambilalihan pasokan minyak di wilayah-wilayah ekspansi mereka.

Irak merupakan pemasok minyak terbesar kedua setelah Saudi, tapi dengan kemenangan Daulah Islam di sana menyebabkan pasokan minyak menjadi sangat terganggu. Pasokan Libya telah terganggu oleh serangan-serangan Daulah Islam, sedangkan produksi minyak Nigeria dihantam oleh mujahidin di sana. Ini bukan suatu kebetulan, tetapi merupakan cara brilian untuk memukul Amerika secara tepat, sehingga AS harus lebih banyak bergantung pada pasokannya sendiri. Untuk menghentikan situasi menjadi lebih buruk, dalam keadaan panik Amerika menginvestasikan milyaran uang untuk program pengeboran minyak dan gas mereka sendiri, membuat mereka sekarang menjadi produsen terbesar di dunia dengan 11 juta barel per hari dan masuk ke dalam perang harga minyak dengan sekutu mereka Arab Saudi.

Dengan demikian, tiba-tiba saja pasar dibanjiri minyak murah di mana semua orang bisa membelinya dengan dolar AS mereka yang semakin tidak berharga. Anda tidak perlu menjadi seorang ahli keuangan untuk melihat ke mana semuanya akan mengarah. Perang, ledakan ekonomi, deflasi kronis, dan akhirnya sistem keuangan global baru akan muncul dari bawah.

Beralih ke emas pada saat seperti itu masuk akal. Emas dan perak masih dipandang sebagai uang paling kuat di dunia, sebab orang memerlukannya. Mereka mengetahui nilainya dan telah mempergunakannya selama ribuan tahun. Tidak ada seorang pun yang menciptakan suatu tempat yang lebih baik bagi manusia untuk hidup daripada di dalam rumah. Tidak ada seorang pun menemukan cara yang lebih baik bagi manusia untuk tetap merasakan kehangatan daripada memakai baju. Dan tidak ada seorang pun yang menemukan uang yang lebih stabil daripada emas. Pada tahun 1944, uang dolar disandarkan pada emas seberat $35 per ons – sekarang memerlukan $15.400 per ons untuk menutupi jumlah dolar yang beredar!

Pemimpin Venezuela Hugo Chavez menyadari hal tersebut dan memulai kampanyenya pada tahun 1998 untuk mendapatkan kembali 211 ton emasnya dari AS. Dibutuhkan perdebatan yang sangat panjang sebelum akhirnya emas mereka kembali; bila emas sudah masuk ke brankas suatu negara, maka  mereka tiada akan suka jika dilepaskan. Akan tetapi, dia mulai menggelindingkan bola dan kini semua negara menginginkan emas mereka. Swiss, Ekuador, Belanda, dan Austria berteriak meminta kembali emas mereka. Jerman meminta emas mereka pada Bank Sentral AS pada tahun 2012 dan hanya dijawab tidak ada.

Saat ini negara-negara semakin menjaga jarak mereka dari dolar sebelum terjadinya krisis yang dimungkinkan akan terjadi.  Oleh karena itu, sangat masuk akal bila Daulah Islam mencoba mencetak sendiri dinar emas. Jika anda memperdagangkan uang yang mempunyai nilai di pasar bebas di saat negara-negara lain hilir mudik membawa gerobak berisi uang kertas untuk membeli sepotong roti, anda berada dalam posisi lebih kuat daripada mereka. Ekonomi anda akan berkembang, sementara ekonomi mereka akan runtuh.

Emas dan perang senantiasa hidup berdampingan, sebagaimana dikatakan oleh penulis ekonomi David Graeber. “Selama perang ekspansi pada masa Dinasti Umayyah, sejumlah besar emas dan perak dirampas (dijadikan ghanimah, pen.) dari istana, kuil, dan biara-biara, lalu dicetak menjadi uang. Hal ini menjadikan Khilafah memproduksi dinar emas dan dirham perak dengan kemurnian yang luar biasa.”

Tentu saja, banyak bank sentral di seluruh dunia menganggap sampah ide untuk mengembalikan mata uang ke emas atau dengan standar emas pada abad ke-21. Mereka melihatnya sebagai langkah mundur jauh ke belakang. Akan tetapi, itulah pekerjaan bank-bank raksasa, yaitu membuang emas. Sebabnya adalah jika dunia kembali ke sistem moneter dengan standar logam mulia, maka kontrol bank-bank tersebut dan pemerintah terhadap negara dan kesehatan keuangan masyarakat akan terhenti. Mereka akan kehilangan pekerjaan. Anda tidak bisa memanipulasi nilai emas. Itulah yang dituntut oleh pasar. Akan tetapi, dengan uang kertas anda dapat memainkannya semau anda. Dan itu semua dirancang untuk memeras sebanyak mungkin uang di luar rata-rata penghasilan konsumen.

“Sistem moneter kita mencuri uang dari kelas menengah dan mentransfer harta orang kaya ke bank,” demikian dikatakan pakar keuangan Mike Maloney. “Kami sudah melihat hal ini sepanjang sejarah dan itu terus saja berulang dan berulang kembali.”

Sistem perbankan dunia adalah bentuk penipuan yang dirancang untuk menyuapi dirinya sendiri dan pemerintah. Tidak ada yang nyata. Hanya setumpuk besar kertas dan komputer yang dipenuhi dengan angka. Dengan sistem yang ada sekarang, pemerintah dan bank menggenggam semua emas sementara masyarakat hanya memiliki secarik kertas yang tiada berharga untuk dimainkan. Dan ketika ekonomi bangkrut, tebak siapa yang tetap memegang emas…

Itulah sebabnya, dengan mengedarkan logam mulia, maka itu merupakan kebaikan bagi setiap orang selain bank. Hal ini akan membalikkan keadaan dan menempatkan uang kertas kembali ke sistem, sementara kekayaan riil dan logam mulia berada di tangan masyarakat.

Bank Sentral AS kini tengah mencetak lebih dari $1 trilyun uang per hari dalam “Quantitative Easing 3” dalam keputusasaan untuk mencegah deflasi dan mencari jalan keluar dari kebangkrutan. Bisa jadi mereka kehabisan kertas dalam usahanya tersebut, tetapi itu tetap tidak akan bekerja. Masa kejayaan dolar kini tengah berakhir seperti halnya yang terjadi pada mata-mata uang kertas sebelumnya. Terlepas dari kematian ratusan ribu orang dengan penundaannya, sejarah menunjukkan hal ini tidak bisa dielakkan. Dan untuk pertama kalinya, semua mata uang di dunia juga merupakan mata uang kertas yang tidak dijamin oleh apa pun. Pada saat kebangkrutan datang, maka ia akan hancur…


Sumber: DABIQ Magazine Issue #6

Follow us on twitter: @TheLastKhilafah
Diposkan 3 days ago oleh HNM
Label: AMERIKA SERIKAT ANALISIS DABIQ DABIQ #6 DAULAH ISLAM DINAR DIRHAM DOLAR DUNIA EKONOMI EMAS JOHN CANTLIE KHILAFAH KRISIS MATA UANG MINYAK PERAK PETRODOLAR UANG UANG KERTAS













No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Nasihat Lukman Al-Hakim: “Anakku, apabila sesiapa datang kepada kamu dengan aduan bahawa si anu telah mencabut kedua-dua biji matanya dan kamu lihat dengan mata kepala sendiri bahawa kedua-dua biji matanya tercabut, namun janganlah kamu sampai kepada sesuatu kesimpulan sebelum kamu mendengar pihak yang lain. Tidak mustahil orang membuat aduan itulah yang mula-mula mencabut mata orang lain, boleh jadi sebelum kehilangan kedua-dua biji matanya dia telah mencabutkan empat biji mata orang lain.”