بسم
الله الرحمن
الرحيم
Oleh: John Cantlie
Perang terus meningkat, nilai
minyak terus menurun, dan Amerika mencetak $85 milyar setiap bulan untuk
mencegah kehancuran total. Krisis ekonomi tengah melaju cepat dan dunia
memerlukan mata uang stabil yang bisa diandalkan. Selama 5.000 tahun mata uang
tersebut adalah emas.
Dewasa ini “uang” benar-benar
sudah terlalu banyak di dunia. Sebagai akibatnya, segala sesuatu tidak akan
berjalan dengan baik hingga beberapa tahun ke depan. Anda dapat melihat pada
perekonomian di hampir setiap negara. Biaya hidup semakin meningkat seiring
dengan nilai mata uang yang semaking berkurang, sementara bank-bank sentral
mencoba untuk menggembungkan permasalahan begitu saja dengan mencetak lebih
banyak lagi kertas yang tertera nominal di dalamnya.
Upaya seperti ini terus saja dilakukan
sepanjang sejarah dan selalu saja gagal. Uang dolar semakin menurun, tetapi
kali ini turut mempengaruhi dunia.
Sejak tahun 1971, sistem keuangan
dunia berbasis pada kepercayaan. Mata uang hanya memiliki nilai tukar dengan
barang karena bank mengatakan harganya - $5 yang dipakai untuk membeli kopi dan
sandwich kemarin, jadi anda percaya bahwa hal itu berlaku untuk besok. Akan
tetapi, ketika sistem kepercayaan dalam masalah keuangan antara masyarakat dan
pemerintah jatuh ke titik rendah yang belum pernah terjadi sejak 1930-an,
sementara tidak satu pun mata uang dunia terikat pada nilai asli, realitas
krisis ekonomi dunia global tampak semakin dekat.
Ketika menjadi mata uang cadangan
dunia, hingga sekarang, dan mata uang tunggal untuk perdagangan minyak, dolar
AS meliputi sekitar 60% nilai seluruh mata uang di dunia dan lebih dari
setengah uang itu berada di luar Amerika Serikat. Jadi, ketika dolar jatuh,
maka ia akan menciptakan efek domino dan seluruh dunia akan jatuh bersama-sama.
Pada saat seperti itu, dunia
perlu mencari sesuatu yang lebih berharga daripada kertas untuk menopang
keuangannya. Sesuatu yang lebih berharga itu harus mempunyai nilai intrinsik,
nilai yang tidak naik dan turun begitu saja dengan hanya menekan beberapa
tombol di bank sentral. Barang tersebut bisa berupa sapi, sekarung beras, atau
satu barel minyak. Akan tetapi, selama ribuan tahun terakhir barang yang paling
populer yang memiliki nilai adalah emas.
Jumlahnya terbatas, sehingga
nilainya tidak akan pernah hilang. Bank tidak bisa begitu saja mencetak lebih
banyak uang menurut keinginannya. Ia mempunyai harga sesuai dengan keadaan
pasar, tidak berdasarkan catatan bank. Ini akan tahan lama. Anda dapat
menukarnya dengan barang. Dan untuk sekarang, hal itu sama berharganya atau lebih
dibandingkan dengan ribuan tahun yang lalu. Itulah yang namanya uang.
Sungguh menakjubkan untuk
berpikir bahwa segumpal emas yang mungkin telah digunakan untuk perdagagangan
selama ribuan tahun yang lalu masih beredar. Bisa saja ia sudah dilebur dan berbentuk
batangan atau dikalungkan pada leher seseorang, tapi ia masih tetap ada di
sekitar kita. Bandingkan dengan secarik kertas.
MENGAPA KITA MEMBICARAKAN UANG?
Bulan lalu Daulah Islam
mengumumkan rencana mereka untuk mencetak sendiri sejumlah uang dinar emas dan
dirham perak. Hal ini dalam rangka melepaskan diri mereka dari mata uang kertas
yang terikat dolar dan mengembangkan mata uang sendiri, sebuah mata uang yang
memiliki nilai intrinsik.
Setiap negara memerlukan mata
uang sendiri, dan perubahan yang dilakukan Daulah Islam ke emas dinar akan
menjadi suatu ide yang brilian menghadapi pasar yang bergejolak saat ini. Situs
keuangan Quartz menulis, “Dinar emas memiliki sejarah mendalam pada masa Islam
yang telah berlangsung pada masa yang hampir dekat dengan zaman Muhammad
(Rasulullah shallā Llāhu ‘alaihi wasallam, pen.) itu sendiri. Dinar Islam
muncul pada tahun 696 M, yaitu ketika Dinasti Umayyah – berpusat di Damaskus –
menguasai wilayah dari Jazirah Iberia
(Andalusia , pen.) hingga Sungai Indus di Amerika
Selatan.”
Dan nilai emas melonjak. Pada
tahun 2006, saya memegang 1 kg emas yang harganya ketika itu sekitar $17.000.
Sayangnya, itu bukan punyaku; seorang diler emas meminjamkannya padaku untuk
sebuah artikel. Semua staf di dalam gedung mendengarnya dan mereka datang untuk
melihat-lihat keindahannya. Emas murni membuat orang bertindak agak aneh
semacam itu. Akan tetapi, jika saya mempunyai uang untuk membelinya, batang
emas itu akan berharga $60.000 pada hari ini.
Dengan melakukan perluasan wilayah
Khilafah, akan menjadi sesuatu yang tepat bila Daulah Islam memperkenalkan
dinar dan dirham mereka sendiri. Keduanya merupakan mata uang yang bisa
diterapkan dan berbentuk praktis yang kekuatan penggunaannya terletak pada
tangan pebisnis dan konsumen. Dinar emas merupakan salah satu mata uang paling
kuat di dunia. Dengan emas akan masuk akal dipergunakan di saat ada krisis
ekonomi bergerak cepat, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam waktu yang
sangat lama.
Cengkeraman dolar AS terhadap
dunia terjadi semenjak perjanjian Bretton Woods pada tahun 1944 – ketika
mata-mata uang di dunia disandarkan pada dolar, yang pada gilirannya
disandarkan pada emas seharga $35 per ons – bertahan lama. Negara-negara di
dunia telah mengirim emas mereka kepada Amerika untuk diamankan selama Perang
Dunia ke-2 dan mereka mengumpulkan sekitar 20.000 ton emas. Selama tahun-tahun
peperangan yang merobek dunia, dolar menjadi aktiva cadangan global melalui
standar emas internasional yang diakui.
Amerika terus menggulirkan
uangnya. Akan tetapi, karena biaya pengeluaran berlebih, peperangan, dan
keserakahan membuat mereka pada tahun 1960-an mencetak uang lebih banyak
daripada jaminan emas. Diperkirakan
AS telah mengeluarkan $546 milyar
hanya selama Perang Dingin saja. Mereka mencetak uang seakan-akan sudah menjadi
mode, sehingga negara-negara di dunia menjadi nervous, mulai mengembalikan
dolar, dan meminta kembali emas mereka.
Hal ini menciptakan kebocoran dan
Bank Sentral AS terpaksa mengakui bahwa mereka tidak memiliki emas yang cukup
untuk dikembalikan. Pada tahun 1971, Presiden Nixon mengumumkan bahwa Amerika
tidak lagi menjaminkan dolar dengan emas, kecuali demi “kepentingan Amerika
Serikat.”
Itu adalah kesalahan terbesar
dalam sejarah modern. Nixon dengan segera menggantikan emas dengan minyak pada
tahun 1973 dengan menyatakan bahwa semua transaksi internasional dengan
negara-negara penghasil minyak OPEC dibuat dalam dolar. Keluarga kerajaan Saudi
yang korup dan buruk menyetujuinya. Sebagai imbalan untuk hanya menggunakan dolar
sebagai mata uang perdagangan minyak dan menginvestasikan milyaran dalam bentuk
obligasi AS, Amerika akan memberikan dukungan militer dan melindungi
ladang-ladang minyak mereka. Dengan posisi penawaran ada pada Saudi,
negara-negara OPEC lainnya menyesuaikan diri, maka lahirlah negara petrodolar.
Dolar sebelumnya disandarkan ke emas, dan sekarang disandarkan ke minyak.
“Tidak ada dolar, tidak ada akses
ke komoditas paling penting di dunia, “ kata Nick Giambruno, seorang penasihat
keuangan di Casey Research. “Jika Italia ingin membeli minyak dari Kuwait ,
maka mereka pertama-tama harus membeli dolar AS pada kurs pasar untuk membayar
minyak, sehingga menciptakan permintaan artifisial untuk dolar AS yang tidak
akan ada jika Italia membayarnya dengan euro.”
UNTUK SEMENTARA, SEMUA SESUAI
RENCANA
Arab Saudi meraup trilyunan uang.
Amerika meraup trilyunan uang. Namun kemudian, Saddam menganeksasi Kuwait
pada tahun 1991 dan AS yang mendapat bagian dari penawaran, menghancurkan
pasukan Ba’atsnya. Akan tetapi, mereka tidak berhenti di situ. Mereka lalu
menerapkan sanksi berat kepada rakyat Irak itu sendiri. Hal ini menyebabkan
kemiskinan yang mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 jiwa; itu hanya di
kalangan anak-anak saja. Akhirnya, pada tahun 2000 mantan rezim Ba’ats
mengumumkan bahwa mereka hanya akan menjual minyaknya dalam bentuk euro dan
tidak kepada “negara musuh.”
Amerika kembali pada tahun 2003
di bawah kebohongan “senjata pemusnah massal” dan “perang melawan terorisme”.
Dan setelah menghancurkan negara tersebut demi rakyatnya, mereka dengan segera
mengembalikan penjualan minyak dalam bentuk dolar. Amerika memulai peperangan
dan membunuh ratusan ribu orang untuk menjaga nilai dolar di antara kepentingan
ekonomi lainnya. Hal ini semakin jelas ketika AS dan sekutu-sekutunya mundur
sambil menonton Asad membantai lebih dari 200.000 orang di Suriah. Akan tetapi,
tidak lama setelah Daulah Islam bergerak menuju ladang-ladang minyak di Irak
dan Saudi, Amerika langsung terlibat.
Meskipun tindakan agresi adalah
untuk menjaga harga dolar di seluruh dunia, para politisi dan pemodal AS
mengetahui bahwa kejatuhan mereka hanya menunggu dalam hitungan hari. Anggota
Kongres Ron Paul mengatakan bahwa keruntuhan dolar sudah semakin dekat. “Kita
akan tahu saat itu akan semakin dekat ketika negara-negara penghasil minyak
meminta emas, atau yang setara, untuk minyak mereka daripada dolar atau euro,”
katanya.
Dan itulah yang terjadi saat ini.
Rusia dan Cina memperdagangkan minyak dengan mata uang mereka sendiri dan
mengumpulkan begitu banyak emas batangan, sehingga mereka siap untuk membunuh
dolar dan petrodollar sebagai alat perdagangan internasional. Cina telah
membangun sebuah gunung emas seberat 6.500 ton dalam bentuk batangan.
Negara-negara lain melakukan perdagangan dalam bentuk euro dan emas atau
berencana untuk melakukannya dalam waktu dekat.
Produsen gas alam terbesar di
planet ini, Perusahaan Gazprom dari Rusia, akhir-akhir ini telah menandatangani
perjanjian untuk beralih dari dolar ke euro dalam pembayaran. Gazprom juga
merupakan produsen besar minyak dan merupakan suatu langkah besar dalam usaha
melakukan de-dolarisasi. Cina akan mengikutinya.
Dan aksi militer yang dilakukan
Daulah Islam semakin memeras monopoli perdagangan minyak Amerika dengan
penyerangan, gangguan, dan pengambilalihan pasokan minyak di wilayah-wilayah
ekspansi mereka.
Irak merupakan pemasok minyak
terbesar kedua setelah Saudi, tapi dengan kemenangan Daulah Islam di sana menyebabkan pasokan
minyak menjadi sangat terganggu. Pasokan Libya
telah terganggu oleh serangan-serangan Daulah Islam, sedangkan produksi minyak Nigeria dihantam oleh mujahidin di sana . Ini bukan suatu
kebetulan, tetapi merupakan cara brilian untuk memukul Amerika secara tepat,
sehingga AS harus lebih banyak bergantung pada pasokannya sendiri. Untuk
menghentikan situasi menjadi lebih buruk, dalam keadaan panik Amerika
menginvestasikan milyaran uang untuk program pengeboran minyak dan gas mereka
sendiri, membuat mereka sekarang menjadi produsen terbesar di dunia dengan 11
juta barel per hari dan masuk ke dalam perang harga minyak dengan sekutu mereka
Arab Saudi.
Dengan demikian, tiba-tiba saja
pasar dibanjiri minyak murah di mana semua orang bisa membelinya dengan dolar
AS mereka yang semakin tidak berharga. Anda tidak perlu menjadi seorang ahli
keuangan untuk melihat ke mana semuanya akan mengarah. Perang, ledakan ekonomi,
deflasi kronis, dan akhirnya sistem keuangan global baru akan muncul dari
bawah.
Beralih ke emas pada saat seperti
itu masuk akal. Emas dan perak masih dipandang sebagai uang paling kuat di
dunia, sebab orang memerlukannya. Mereka mengetahui nilainya dan telah
mempergunakannya selama ribuan tahun. Tidak ada seorang pun yang menciptakan
suatu tempat yang lebih baik bagi manusia untuk hidup daripada di dalam rumah.
Tidak ada seorang pun menemukan cara yang lebih baik bagi manusia untuk tetap
merasakan kehangatan daripada memakai baju. Dan tidak ada seorang pun yang
menemukan uang yang lebih stabil daripada emas. Pada tahun 1944, uang dolar
disandarkan pada emas seberat $35 per ons – sekarang memerlukan $15.400 per ons
untuk menutupi jumlah dolar yang beredar!
Pemimpin Venezuela Hugo Chavez
menyadari hal tersebut dan memulai kampanyenya pada tahun 1998 untuk
mendapatkan kembali 211 ton emasnya dari AS. Dibutuhkan perdebatan yang sangat
panjang sebelum akhirnya emas mereka kembali; bila emas sudah masuk ke brankas
suatu negara, maka mereka tiada akan
suka jika dilepaskan. Akan tetapi, dia mulai menggelindingkan bola dan kini
semua negara menginginkan emas mereka. Swiss, Ekuador, Belanda, dan Austria
berteriak meminta kembali emas mereka. Jerman meminta emas mereka pada Bank
Sentral AS pada tahun 2012 dan hanya dijawab tidak ada.
Saat ini negara-negara semakin
menjaga jarak mereka dari dolar sebelum terjadinya krisis yang dimungkinkan
akan terjadi. Oleh karena itu, sangat
masuk akal bila Daulah Islam mencoba mencetak sendiri dinar emas. Jika anda
memperdagangkan uang yang mempunyai nilai di pasar bebas di saat negara-negara
lain hilir mudik membawa gerobak berisi uang kertas untuk membeli sepotong
roti, anda berada dalam posisi lebih kuat daripada mereka. Ekonomi anda akan
berkembang, sementara ekonomi mereka akan runtuh.
Emas dan perang senantiasa hidup
berdampingan, sebagaimana dikatakan oleh penulis ekonomi David Graeber. “Selama
perang ekspansi pada masa Dinasti Umayyah, sejumlah besar emas dan perak
dirampas (dijadikan ghanimah, pen.) dari istana, kuil, dan biara-biara, lalu
dicetak menjadi uang. Hal ini menjadikan Khilafah memproduksi dinar emas dan
dirham perak dengan kemurnian yang luar biasa.”
Tentu saja, banyak bank sentral
di seluruh dunia menganggap sampah ide untuk mengembalikan mata uang ke emas
atau dengan standar emas pada abad ke-21. Mereka melihatnya sebagai langkah
mundur jauh ke belakang. Akan tetapi, itulah pekerjaan bank-bank raksasa, yaitu
membuang emas. Sebabnya adalah jika dunia kembali ke sistem moneter dengan
standar logam mulia, maka kontrol bank-bank tersebut dan pemerintah terhadap
negara dan kesehatan keuangan masyarakat akan terhenti. Mereka akan kehilangan
pekerjaan. Anda tidak bisa memanipulasi nilai emas. Itulah yang dituntut oleh
pasar. Akan tetapi, dengan uang kertas anda dapat memainkannya semau anda. Dan
itu semua dirancang untuk memeras sebanyak mungkin uang di luar rata-rata
penghasilan konsumen.
“Sistem moneter kita mencuri uang
dari kelas menengah dan mentransfer harta orang kaya ke bank,” demikian
dikatakan pakar keuangan Mike Maloney. “Kami sudah melihat hal ini sepanjang
sejarah dan itu terus saja berulang dan berulang kembali.”
Sistem perbankan dunia adalah
bentuk penipuan yang dirancang untuk menyuapi dirinya sendiri dan pemerintah.
Tidak ada yang nyata. Hanya setumpuk besar kertas dan komputer yang dipenuhi
dengan angka. Dengan sistem yang ada sekarang, pemerintah dan bank menggenggam
semua emas sementara masyarakat hanya memiliki secarik kertas yang tiada
berharga untuk dimainkan. Dan ketika ekonomi bangkrut, tebak siapa yang tetap
memegang emas…
Itulah sebabnya, dengan
mengedarkan logam mulia, maka itu merupakan kebaikan bagi setiap orang selain
bank. Hal ini akan membalikkan keadaan dan menempatkan uang kertas kembali ke
sistem, sementara kekayaan riil dan logam mulia berada di tangan masyarakat.
Bank Sentral AS kini tengah
mencetak lebih dari $1 trilyun uang per hari dalam “Quantitative Easing 3”
dalam keputusasaan untuk mencegah deflasi dan mencari jalan keluar dari
kebangkrutan. Bisa jadi mereka kehabisan kertas dalam usahanya tersebut, tetapi
itu tetap tidak akan bekerja. Masa kejayaan dolar kini tengah berakhir seperti
halnya yang terjadi pada mata-mata uang kertas sebelumnya. Terlepas dari
kematian ratusan ribu orang dengan penundaannya, sejarah menunjukkan hal ini
tidak bisa dielakkan. Dan untuk pertama kalinya, semua mata uang di dunia juga
merupakan mata uang kertas yang tidak dijamin oleh apa pun. Pada saat
kebangkrutan datang, maka ia akan hancur…
Sumber: DABIQ Magazine Issue #6
Follow us on twitter:
@TheLastKhilafah
Diposkan 3 days ago oleh HNM
Label: AMERIKA SERIKAT ANALISIS
DABIQ DABIQ #6 DAULAH ISLAM DINAR DIRHAM DOLAR DUNIA EKONOMI EMAS JOHN CANTLIE
KHILAFAH KRISIS MATA UANG MINYAK PERAK PETRODOLAR UANG UANG KERTAS
No comments:
Post a Comment