Sebuah hadith yang
dinyatakan oleh Abdullah ibn Hawalah berkata:
“Rasulullah mengatakan: “Kamu akan menaklukkan Sham, Romawi, dan Parsi,
sampai seseorang diantaramu punya sejumlah onta, sejumlah sapi dan sejumlah
kambing, sampai seseorang yang diberi 100 dinar, dan ia akan membelanjakannya,”
kemudian beliau meletakkan tangannya di kepalaku dan berkata “Wahai Ibn
Hawalah, jika kau melihat Khilafah telah sampai ke bumi yang diberkahi [Sham],
kemudian terjadi gempa bumi, kesengsaraan dan hal hal besar telah dating. Hari
kiamat akan lebih dekat pada hari itu kepada manusia daripada jarak antara
tanganku ke kepalamu.”
( Hadith sahih oleh
Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim )
---------------------
[DABIQ 8] PERGESERAN PARADIGMA MUSUH
TERHADAP DAULAH ISLAMIYAH
FEATURES April 6, 2015
676
Oleh: John Cantlie dalam majalah DABIQ edisi 8
Pasca bulan September yang mengeretakkan gigi, muncul kenyataan pahit
yang mau tidak mau harus diterima oleh banyak politisi barat bahwa Daulah Islam
sangat berbeda dari pandangan mereka sebelumnya. Dan mereka harus meresponnya
dengan cara yang berbeda pula.
Pertama, surat protes. Selalu ada
bahaya di belakang saya dalam mengabarkan perkembangan terakhir dan bahwa
beberapa observasi laporan berita yang saya berikan sudah basi. Tapi adakah
dari anda semua yang memperhatikan perubahan krusial dari para pimpinan Amerika
dan sekutunya dalam mendiskusikan tentang Daulah Islam akhir-akhir ini?
Dari raungan tak
bergigi Obama dalam pidato kenegaraannya pada 10 September, dimana ia
menyatakan bahwa Daulah Islam adalah “organisasi teroris murni dan biasa”.
Sepertinya beberapa penasehat dekatnya, beberapa tokoh selain NATO dan media
secara umum tidaklah sepakat dengan penyederhanaan deskripsi ini, meskipun
‘terorisme’ sangat tidak diragukan lagi sebagai salah satu taktik yang
digunakan untuk menghalang kemajuan Daulah Islam dan jihadnya.
Mantan menteri
pertahanan Obama, Chuck Hagel mengatakan bahwa “ini adalah masa paling
menantang dalam sejarah kepemimpinan Amerika”.
Dalam sebuah
wawancara dengan CBS, Hagel mengatakan bahwa, ”Kami tidak pernah menemui organisasi
seperti ISIL (Daulah Islam) yang sangat teroganisir, sangat terlatih, terdanai
dengan baik, strategis, sangat brutal, penuh kekerasan. Kami tidak pernah
menemui hal seperti ini dalam sebuah institusi. Mereka menyatu dalam sebuah
ideologi. Kecanggihan program sosial media mereka adalah sesuatu yang tidak
pernah kami temui sebelumnya. Semua itu disatukan dan terciptalah satu ancaman
kekuatan baru yang sangat dahsyat,”.
Bagi seorang mantan
menteri pertahanan, penggunaan bahasa yang bersifat memuji saat membincangkan
musuh menjadi pertanda yang sangat jelas bahwa Washington sangat tidak yakin dengan
perlawanan mereka menghadapi sebuah “organisasi biasa”. Dan Hagel tidak
sendirian dalam pernyataan yang penuh kesopanan ini. Jendral Martin Dempsey,
kepala staf joint chief mengakui di televisi bahwa “pertama, cara militer bukan
satu-satunya solusi untuk menghadapi ISIL (Daulah Islam). Dan kedua, kekuatan
udara saja juga bukan solusi baik di Irak ataupun Syria ,”.
Dan kutipan-kutipan
jurnalis dunia tidak berarti sama sekali, karena banyak dari mereka justru
menambah besar pemberitaan tentang pencapaian dan pemekaran Daulah Islam.
Beberapa ungkapan
kemustahilan menjadi mungkin saat ini. Ingatlah beberapa waktu lalu saat para
pemimpin Amerika sibuk meletakkan dasar-dasar untuk landasan situasi dewasa
ini. Kita mundur sedikit, dahulu tema utamanya adalah tentang menghabisi
“teroris” yang sulit dikendalikan di Iraq dan Afghanistan secara “mengejutkan
dan mengagumkan” dengan kekuatan mesin perang Amerika. Tapi saat ini
pejabat-pejabat itu terpaksa mengakui bahwa mungkin (hanya mungkin) mereka agak
terlalu dini menganggap Daulah Islam sebagai “organisasi teroris murni dan
biasa”. Dan itu hanya berjarak tiga bulan sejak kampanye mereka.
Saya bukanlah ahli
dalam masalah ini dan pandangan saya sangat awam, tapi secara umum sebuah
“organisasi biasa” tidak mungkin dapat mengepung kota-kota atau memiliki
kekuatan polisi sendiri. Anda tentu tidak akan pernah menyangka bahwa sebuah
“organisasi biasa” dapat memiliki tank-tank dan artileri, tentara bersenjata
berkekuatan sepuluh ribuan, dan memiliki drone sendiri. Tak seorangpun akan
menyangka bahwa ”organisasi biasa” mempunyai rencana mencetak mata uang
sendiri, sekolah dasar bagi kaum muda dan sistem peradilan yang berjalan dengan
baik.
Ini semua tentulah
ciri-ciri sebuah negara.
Media memakainya
secara sporadis, awalnya perlahan tapi selanjutnya jadi langkah bersama. Apakah
Daulah Islam, Khilafah yang dideklarasikan pada Juni lalu, benar-benar sebuah
Negara?
“ISIS (Daulah Islam)
akan ambil alih kota-kota, makin banyak teritori digabungkan, benar-benar
menjadi sebuah Negara yang kita tidak inginkan,” kata Letnan Kolonel (purn)
Bill Cowan di Fox News pada Oktober 2014.
Karena kurang nyaman
didengar oleh telinga barat, maka Islamic State (Daulah Islam) tidak mereka
anggap sebagai sebuah negara. Negara dapat saja lahir dalam sehari atau
beberapa jam dengan sebuah kudeta, ataupun semenit dengan penandatanganan
dokumen. Hal ini telah terjadi selama berabad abad. Jadi tidak beralasan
mengatakan tidak mungkin sebuah negara lahir dengan cara seperti itu. Dan kalau
Daulah Islam bukanlah sebuah negara, lalu apa?
Tentunya,
wilayah-wilayah yang telah dikuasai Daulah bukan lagi milik Bashar Al Asad yang
sembunyi di Damaskus bersama tentaranya setelah bertahun-tahun membunuh muslim Syria . Tidak
pernah ada legitimasi terhadap rezim tiraninya, dan kekuasaannya tak akan
pernah kembali.
Apakah ia juga milik
pemerintah boneka di Iraq ,
yang bersembunyi di Baghdad
sedangkan tentaranya sedang menjilat luka-luka akibat serangan mujahidin pada
musim panas lalu? Jelas tidak. Dan itu pastinya bukan milik the Free Syrian
Army, yang telah bertahun-tahun memilih menghisap rokok Gauloises, minum teh,
dan mengeluh bahwa tak ada yang bisa dilakukan tanpa bantuan serangan jet NATO.
Baiklah itulah mereka sekarang, mereka masih di titik nol.
Anggap saja jika
seseorang telah mengklaim daratan sepanjang Iraq
dan Syria ,
atau bagian-bagian lain dari Daulah Islam telah direbut. Dia tidak akan punya
motivasi untuk mengurusnya, atau mengerahkan militer untuk mempertahankannya.
Meskipun barat
mungkin tidak pernah menerima itu, ada saja politisi barat yang mulai menerima
kenyataan ini. Dan sedikit demi sedikit kita melihat perubahan bahasa,
perubahan paradigma yang ditandai dengan bagaimana para pemimpin berbicara
tentang Daulah. Sebab jika disebut negara –diakui atau tidak (Daulah islam tak
perduli)- maka akan terjadi perubahan secara dramatis.
Anda tidak bisa
begitu saja menghapus kata “organisasi teroris”, sebab itu tidak akan merubah
opini publik. Sebagaimana anda tidak bisa menjatuhkan bom-bom dan berharap itu
berlalu begitu saja. Tidak. Dan anda tidak bisa berharap pada tentara tak
berguna yang minim disiplin -bahkan lebih buruk- untuk melakukan pekerjaan yang
tidak ingin anda sentuh. Mereka semua akan gagal.
Pada saatnya nanti,
anda akan menginginkan menghadapi Daulah Islam sebagai sebuah negara dan
mungkin mempertimbangkan solusi gencatan senjata. Dan jika bukan hanya cara
non-militer yang dapat ditempuh untuk menghadapi Daulah Islam, anda akan
mencoba mendekati lagi suku Sahwah lain untuk melawan Daulah dengan melakukan
provokasi kemana-mana, guna memotong sokongan finansial atau sekedar menutup
media mereka (yang telah menghabiskan dana AS lebih dari 1,3 billiun dollar dan
gagal total) sampai pada satu titik dimana hanya tersisa satu pilihan, yaitu
menawarkan gencatan senjata.
Dengan harus menelan
harga diri, menerima kenyataan bahwa bendera hitam Khilafah berkibar di kaki
langit Afrika, Arabia, dan Asia . Maka
pergeseran paradigma barat terhadap Daulah menjadi tak terelakkan lagi.
Adakah jalan
lainnya? Meluncurkan serangan udara ke enam negara sekaligus? Mereka harus
menghancurkan setengah wilayah jika begitu caranya. Saya di Kobane pada Oktober
tahun lalu dan menyaksikan lebih dari 170 serangan udara AS yang merupakan
“Serangan terberat sejak kampanye serangan udara dimulai,” menurut koresponden
CBS Holly Williams. Serangan ini dimaksudkan untuk menghadapi serangan artileri
yang dimulai Daulah Islam, hanya manghasilkan hancurnya sebagian besar kota menjadi reruntuhan
puing. Terhitung ada lebih dari 600 serangan, dan sekarang habis tak ada yang
tersisa disana.
Saat kejadian itu,
saat serangan udara besar besaran dalam kegelapan malam beberapa waktu lalu,
saya yakin anda tidak mengatakan “hore.. Itu angkatan udara Amerika,”.
Pintu-pintu berguncang dari engselnya dan dinding retak terkena getaran, anda
akan dipenuhi dengan kegeraman. 20 menit kemudian terdengar suara tangisan bayi
ketakutan, para ibu menenangkan anak anak mereka dan sirine ambulan mengusung
korban luka ke rumah sakit. Itulah sisi “cermatnya“ pengeboman yang tidak
pernah nampak di dunia barat.
Apakah gencatan
senjata menjadi sesuatu yang realistis? Saat ini, hal itu terlalu dini.
Skenario yang dibuat adalah operasi militer besar-besaran terhadap Daulah Islam
yang dilakukan oleh milisi Iran
(tentara Iraq )
dan dilatari oleh AS. Tapi ketika itu gagal karena milisi Shiah takut dibakar
hidup-hidup, ketika serangan roket pasukan khusus telah dikerahkan untuk
membantu kegagalan tentara Iraq, dan ketika mujahidin mulai memenggal
tentara-tentara barat, maka setiap pilihan akan dipertimbangkan segera.
Gencatan senjata akan menjadi salah satu pilihannya.
Berapa Banyak Lagi Tentara Barat Yang Akan Mati?
Untuk saat ini, maka
jawabannya adalah BANYAK. Perancis, Belgia , Denmark , Australia , dan Kanada semua menjadi
target serangan Mujahidin dalam lebih dari tiga bulan terakhir. Dengan semakin
banyaknya pejuang pejuang islam dari berbagai kelompok di berbagai negara
berbai’at kepada Daulah Islam, pastilah menambah banyak serangan-serangan
dengan eksekusi yang lebih sempurna.
“Para pejuang
berdatangan dari berbagai penjuru dunia, dari Eropa, Amerika ,
Australia , dan lain lain
bertemu di Syria ”
ungkap Obama dalam wawancara di ’60 minutes’. “Ini menjadi titik tolak Jihadis
seluruh dunia. Dan ini menjadi tantangan bagi kami. Dimana kita mendapati
sebuah negara yang gagal dan terjerumus dalam perang sipil, namun organisasi
(Daulah) ini berkembang dengan pesat,”.
Seberapa lamanya
opsi ini akan diambil, tapi fakta perubahan bahasa di barat tak terhindarkan
lagi. Hanya berjarak 8 bulan dari kampanye mereka, beberapa figur politisi
senior di AS mulai mengakui bahwa Daulah Islam tidak seperti musuh manapun yang
mereka temui dulu, dan bahwa penyelesaian secara militer saja adalah tidak
mungkin.
Akhirnya, saya
melihat secara lebih sederhana, yang mungkin tidak merefleksikan besaran
kompleksitas peperangan modern dan pembangunan Negara. Gencatan senjata antara
barat dan Daulah Islam akhirnya akan mengarah pada berakhirnya dukungan Arab
dan boneka tiran non-Arab di kalangan dunia muslim. Ini juga akan menjadi akhir
dukungan kepada Israel .
Itu hanya pembuka, apa yang tidak mungkin bisa saja terjadi.
Perang sepenuhnya
dapat diprediksi, hanya ada satu dari dua kemungkinan, salah satu muncul
sebagai pemenang sementara yang lain dikalahkan, atau tercapainya gencatan
senjata. Itulah jalan untuk mengakhiri peperangan, Amerika dan sekutunya takkan
pernah memenangkan perang ini. Mereka tahu itu dan semua orang juga tahu itu.
Sampai pada satu
keadaan, satu-satunya pilihan yang berlaku untuk Amerika dan barat adalah
memilih pilihan yang ‘bijak’.
—-
Catatan Editor: Berhentinya peperangan antara Muslim dan kufar
takkan permanen. Perang terhadap kufar adalah kewajiban tetap bagi Muslim yang
hanya terhenti sejenak untuk tujuan syar’i yang lebih besar. Sebagaimana
gencatan senjata dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan musyrikin
Mekah di Hudaibiyah. Jangka waktu Perjanjian Hudaibiyah adalah sepuluh tahun.
Ketika gencatan sejata disepakati, maka berlakulah ia. Tapi bila diingkari
kufar maka akan dihukum dengan keduanya yaitu shar’ (jihad) dan qadar Alloh.
Penghianatan musyrikin mekah terhadap perjanjian Hudaibiyah yang disepakati
oleh Nabi shallahu alaihi wassalam berakibat langsung pada keberhasilan muslim
dalam pembukaan Mekah yang gemilang (sebagaimana diurai dalam sirah/sejarah).
Seperti juga
penghianatan salibis Romawi terhadap perjanjian dengan Muslim berakibat Muslim
menguasai Romawi.
Abdullah ibn Hawalah
berkata: “Rasulullah mengatakan
Kamu akan
menaklukkan Sham, Romawi, dan Parsi,
sampai seseorang
diantaramu punya sejumlah onta, sejumlah
sapi dan sejumlah
kambing, sampai seseorang yang diberi 100 dinar,
dan ia akan membelanjakannya,”
kemudian beliau meletakkan tangannya di kepalaku
dan berkata “Wahai
Ibn Hawalah, jika kau melihat Khilafah telah sampai ke bumi yang diberkahi
[Sham], kemudian terjadi gempabumi, kesengsaraan dan hal hal besar telah datang
Hari kiamat akan lebih
dekat pada hari itu kepada manusia daripada jarak
antara tanganku ke
kepalamu.”
[Sahih: Imam Ahmad
,Abu Dawud, dan Al Hakim]
No comments:
Post a Comment